visitaaponce.com

Sosok Kartini Peternak Indonesia, Nenih Jalani Multi Peran

Sosok Kartini Peternak Indonesia, Nenih Jalani Multi Peran
Teh Nenih, peternak tangguh yang juga ibu dari dua anak asal Jawa Barat, dikenal sebagai Kartini Peternakan.(Ist)

BUAH pemikiran penting dari RA Kartini, yang menjadikannya ikon dari pemberdayaan perempuan Indonesia adalah bagaimana perempuan bisa memiliki kesempatan yang sama dalam menjalani peran dan meraih mimpi yang dicita-citakan.

Kesempatan untuk meraih pendidikan terbaik, kesempatan untuk menentukan pilihan dalam kehidupan, kesempatan untuk memberdayakan diri dan lingkungan.

Perjuangan Kartini nyatanya masih perlu untuk terus dilanjutkan bersama. Data dari Index Global Gender Gap 2021 menunjukkan Indonesia berada di peringkat 101 dari 156 negara terkait hal kesenjangan gender.

Baca juga : Kasus PMK Di Cianjur Tersebar di 11 Kecamatan

Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Eni Widiyanti, menyatakan,“Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan masih tergolong minim – hanya 53%, dibandingkan laki-laki yang mencapai 82%."

"Dalam 10 tahun terakhir kesenjangan ini tidak juga kunjung mengecil," ucapnya.

"Peningkatan dan penguatan partisipasi dan peran perempuan di berbagai sektor termasuk peternakan, menjadi upaya yang penting dilakukan untuk meningkatkan TPAK Nasional, sekaligus meningkatkan pendapatan perempuan untuk kesejahteraannya dan pertumbuhan ekonomi nasional,” paparnya.

Baca juga : Pemilik Peternakan Di Cianjur Diminta Terbuka Soal Ternak Terjangkit PMK

Menurut Eni, industri peternakan sapi perah, menjadi peluang bagi perempuan Indonesia untuk juga dapat meningkatkan taraf perekonomian diri dan keluarga, sekaligus berperan dalam ketersediaan asupan bergizi baik bagi masyarakat Indonesia.

Sosok Kartini peternak perempuan Indonesia

Sosok peternak perempuan asal Jawa Barat berusia 40 tahun, Nenih, sayangnya belum sempat memiliki kesempatan untuk meraih pendidikan terbaik.

Baca juga : Kartini dari Kampung Sinagar

Sejak kecil, ayahnya telah meninggal dunia, dan sang ibu berjuang seorang diri sebagai peternak sapi perah, membiayai dan membesarkan Nenih dan ke-4 kakaknya. Keterbatasan membuat Nenih hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah Dasar (SD).

Dari sang ibu, Nenih belajar arti perjuangan. Pesan dan kecintaan pada ibunya pula, yang memicu Nenih untuk bisa menjadi perempuan yang lebih berdaya.

Inilah mengapa, ketika mulai membina rumah tangganya sendiri, Nenih bertekad untuk memampukan diri, agar juga bisa memiliki penghasilan sendiri.

Baca juga : Mentan Syahrul Dorong Pengembangan Ternak Sapi Unggul

Nenih bersyukur, memiliki suami yang juga mendukung semangatnya ini. Dimulai dari merawat sapi orang lain dengan sistem bagi hasil, pada 2011 Nenih akhirnya berhasil mengumpulkan uang untuk membeli satu sapi perah miliknya sendiri.

Bukan tanpa tantangan, sebagai perempuan dan juga ibu dua orang anak, Nenih paham betul tanggung jawabnya yang jalaninya setiap harinya.

Apalagi, sebagai anggota masyarakat, Nenih juga aktif terlibat dalam organisasi kemasyarakatan seperti pengajian dan koperasi peternakan. 

Baca juga : Sentra Susu Cipageran, Bukti Sukses Wirausaha Muda

“Membagi waktu dan pikiran terkait urusan rumah, kendang dan lingkungan menjadi tantangan yang saya rasakan," ujar perempuan yang akrab dipanggil Teh Nenih ini.

"Apalagi di awal beternak, saya hanya menjalani usaha sebagaimana saya melihat ibu saya beternak. Sibuk cari rumput, belum kepikiran tentang cara pencatatan atau pembukuan," katanya.

"Tapi saya gak boleh nyerah, karena saya sudah punya cita-cita untuk bisa kasih anak-anak kesempatan sekolah yang lebih baik dari saya. Saya juga ingin jalanin pesan ibu saya, untuk bisa terus jadi peternak. Jadi saya harus terus maju, tentunya dengan dukungan dari keluarga juga”, ujar Teh Nenih.

Baca juga : Inspirasi dari Kreator Perempuan di TikTok

Semangat dan daya juang yang dimiliki Nenih membukakan jalan baginya untuk menimba ilmu peternakan hingga ke Belanda.

Menjadi bagian dari Inisiative Dairy Development Program yang diusung Frisian Flag Indonesia, pada 2019, Nenih terbang ke Belanda untuk mempelajari cara mengelola peternakan sapi perah, langsung dari para peternak di Friesland.

Di sana, Nenih menimba ilmu terkait manajemen kandang, pemberian pakan, hingga metode pencatatan yang lebih baik.

Baca juga : Banyak Instalasi Bio Digester di Lembang Ditelantarkan

Memiliki ketertarikan dan keunggulan di bidang pencatatan, menjadi salah satu modal keberhasilan Nenih dalam mengembangkan usaha peternakan sapi perah miliknya. 

Usaha yang terus berkembang, memberi berkah dan peningkatan kesejahteraan bagi Nenih dan keluarga kecilnya.

Dari hasil usahanya, Nenih kini memiliki rumah yang lebih nyaman, serta kandang yang lebih luas untuk menampung 11 sapi perah miliknya.

Baca juga : Agam Genjot Populasi Sapi Lokal

Lebih dari itu, bersama suami, Nenih berhasil memberikan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anaknya.

Putra pertamanya bahkan saat ini telah berhasil mandiri, dan menjadi anggota koperasi sapi perah di Jawa Barat

Sementara putra keduanya tengah menjalani pendidikan sebagai siswa SMA. Tak hanya untuk keluarga, kebermanfaatan juga terus Nenih tebarkan kepada rekan sesama peternak sapi perah di sekitarnya, dengan membagi ilmu dan pengalaman terkait peternakan yang dimilikinya.

Baca juga : Wamentan Harap Pasuruan Tingkatkan Populasi Sapi Perah lewat KUD

Nenih belum berhenti. Ia masih terus mengejar mimpi, sekaligus memenuhi pesan dari mendiang sang ibu yang dicintai.

Saat ini, Nenih tengah menyisihkan pendapatan untuk bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Ia juga bermimpi, dapat melakukan regenerasi terkait usaha sapi perah kepada anak-anaknya kelak.

Nenih adalah gambaran Kartini masa kini. Satu dari 1.500 peternak perempuan yang menjadi binaan Frisian Flag Indonesia melalui program Dairy Development Program (DDP) FFI.

Baca juga : Istri Capres Anies Baswedan Dialog dengan Tokoh Perempuan Jabar

Sosok pahlawan perempuan, penggerak laju kemajuan keluarga. Nenih tidak sendiri. Sosok-sosok pahlawan kemajuan keluarga juga ditemukan pada peternak perempuan lainnya. Salah satunya Ibu Mita Kopiah.

Kisah dan keseharian dari Ibu Mita, bahkan menginspirasi sutradara perempuan Indonesia, Nia Dinata, untuk menggagas sebuah film pendek, bertepatan dengan momen peringatan 100 tahun kehadiran Frisian Flag® di Indonesia.

Kisah yang terinspirasi dari Ibu Mita dapat disaksikan di YouTube Frisian Flag Indonesia. 

Baca juga : Teaching Factory Polbangtan Kementan Sukses Bantu Kelahiran Sapi Ongol

Program Dairy Development Program (DDP) yang bekerja sama dengan mitra koperasi, menggelar serangkaian pelatihan intensif kepada peternak perempuan Indonesia.

Berbagai program pendampingan dan pemantauan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas susu segar dalam negeri, serta turut meningkatkan kualitas dan kesejahteraan para peternak perempuan di Indonesia.

“Dari Teh Nenih, Bu Mita dan sosok-sosok peternak perempuan Indonesia kita belajar, bagaimana perempuan memiliki peran penting dalam memajukan kesehatan dan kesejahteraan keluarga," ujar Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia Andrew F. Saputro. 

"Tak hanya itu, melalui perannya sebagai ibu, perempuan juga menjadi sekolah pertama bagi anak, untuk belajar tentang daya juang dan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan," katanya.

"Sebagai perusahaan, Frisian Flag berharap untuk dapat terus mendampingi para perempuan di Indonesia untuk dapat terus #MelajuKuatBersama, serta memberikan akses dan kesempatan bagi para peternak perempuan, untuk lebih berdaya dan bermakna bagi sekitarnya,” jelas Andrew. (RO/OL-09) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat