visitaaponce.com

Mengenal Tokoh Tiga Serangkai, Peranannya dalam Indische Partij

Mengenal Tokoh Tiga Serangkai, Peranannya dalam Indische Partij
Makam Pahlawan Nasional dr Tjipto Mangunkusumo.(MI/Akhmad Safuan.)

TIGA Serangkai merupakan julukan perkumpulan atau kelompok yang beranggotakan tiga pendiri dan pemimpin organisasi Indische Partij. Hal ini dapat kalian pahami berdasarkan sejarahnya sebagai berikut. 

Sejarah Tiga Serangkai

Berdasarkan sejarah, Indische Partij (IP) merupakan salah satu organisasi yang berdiri pada era pergerakan nasional di Indonesia pada awal abad ke-20. Sejarah perjuangan perhimpunan berhaluan politik yang cukup keras ini digagas oleh Tiga Serangkai.

Organisasi ini memiliki keunikan yang terletak pada namanya yang masih menggunakan bahasa Belanda. Hal ini tidak lain karena pada masa itu bahasa Belanda merupakan bahasa utama di kalangan kaum terpelajar. Selain itu, penggunaan sebutan Indonesia masih belum lazim disebutkan sehingga menggunakan kata "Indische".

Baca juga: Harkitnas Sejarah Budi Utomo

Organisasi ini menjadi wadah perjuangan dengan wujud partai politik yang terbuka bagi semua orang di Hindia Belanda dengan mengusung ideologi nasionalisme Hindia. Douwes Dekker sebagai salah seorang pendiri menyebutkan bahwa tujuan dari pembentukan Indische Partij ialah mempersiapkan negara mandiri yang bebas dari belunggu Belanda. Mengusung semangat patriotisme yang tinggi, organisasi ini berkembang pesat sampai pada daerah-daerah yang ada di Indonesia pada masa itu.

Tokoh tiga serangkai

Indische Partij (IP) dibentuk oleh tiga serangkai yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara. Ini guna mengadakan kerja sama antara orang indo dan orang Indonesia asli atau bumiputera. 

a. Ki Hadjar Dewantara.

Ki Hadjar Dewantara terkenal sebagai bapak pendidikan karena kepeduliannya terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Selain itu, Ki Hadjar Dewantara alias Raden Mas Soewardi Soeryanigrat juga merupakan wartawan dan berpengalaman bekerja di beberapa surat kabar seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.

Baca juga: Arti Tut Wuri Handayani, Makna Semboyan Ki Hajar Dewantara

Di samping aktif dalam bidang jurnalis, Ki Hadjar Dewantara juga berkiprah dalam bidang politik. Ia bergabung dalam organisasi Budi Utomo yang berdiri pada 20 Mei 1908. 

Sejak itu, Ki Hadjar Dewantara ikut turun dalam memperjuangkan nasionalisme Indonesia dan pada 1912 turut terlibat dalam pendirian Indische Partij. Baginya, tujuan nasionalisme adalah menghapuskan dominasi kolonial dan menyadarkan kaum peranakan, Indo, dan bumiputera untuk bersatu-padu menghadapi musuh yang sama, yakni pemerintah kolonial.

Selama memperjuangkan nasionalisme, Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai sosok yang berani dan keras dalam mengkritik kebijakan kolonial. Akibatnya, ia juga harus menjalani pengasingan berkali-kali serta masuk penjara sebelum memutuskan berjuang melalui kancah pendidikan dengan mendirikan Taman Siswa. 

Ki Hadjar Dewantara banyak menyumbangkan jasanya khususnya dalam bidang pendidikan. Ia juga mencetus semboyan pendidikan yang sampai saat ini masih terkenal. Semboyan itu ialah Ing Ngarsa Sung Tuladha (guru adalah pendidik yang harus memberi contoh atau menjadi panutan), Ing Madya Mangun Karsa (pendidik harus selalu berada di tengah muridnya dan terus membangun semangat mereka untuk berkarya), Tut Wuri Handayani (guru adalah pendidik yang terus menuntun, menopang, dan menunjuk arah yang benar bagi anak didiknya).

b. Douwes Deker. 

Douwes Dekker merupakan penggagas utama terbentuknya Indische Partij yang memiliki nama asli Danudirja Setiabudi. Meskipun Douwes Dekker merupakan keturunan Belanda, ia pelopor munculnya nasionalisme di Indonesia pada awal abad ke-20.

Menjadi sosok yang bukan keturunan asli Indonesia, ia beberapa kali harus mengalami diskriminasi dari orang Belanda murni. Douwes Dekker juga merupakan salah satu orang Indo (Hindia Belanda) yang tidak dapat menduduki posisi kunci pemerintah karena tingkat pendidikannya. 

Dari perlakukan diskriminasi tersebut, Douwes Dekker pun memiliki ide untuk mencetus Indische Bond, organisasi yang dipimpin oleh orang-orang asli Hindia Belanda. Namun, Indische Bond tidak dapat berjalan dengan baik, karena tidak mendapat dukungan yang cukup dari masyarakat.

c. Tjipto Mangunkusumo. 

Tjipto Mangunkusumo lahir di Desa Pecagakan, Jepara, pada 4 Maret 1886. Baginya, Indische Partij merupakan upaya mulia mewakili kepentingan-kepentingan semua penduduk Hindia Belanda, tidak memandang suku, golongan, dan agama. 

Sewaktu masih di IP, Tjipto sempat diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya. Ia baru dikembalikan ke Tanah Air pada 1917.

Secara umum, pandangannya mengenai persatuan Indonesia masih sama dengan pemikiran Douwes Dekker.  Tjipto beranggapan bahwa penggabungan unsur-unsur Barat dan Timur berperan sebagai faktor penting dalam menjamin pertumbuhan subur bagi negara dan rakyat, termasuk kaum bumiputera. 

Di samping dikenal sebagai aktivis pergerakan nasional, ia juga berprofesi sebagai seorang dokter. Tjipto Mangunkusumo wafat pada 8 Maret 1943 dan dimakamkan di TMP Ambarawa. Berkat jasa-jasanya, pemerintah Indonesia mengabadikannya di pecahan uang logam rupiah baru Rp200. Namanya juga diabadikan menjadi rumah sakit besar di Jakarta.  

Peran tiga serangkai dalam Indische Partij

Tujuan Indische Partij sebagai salah satu pergerakan nasional di Indonesia cukup penting dalam membangun semangat patriotisme terhadap Tanah Air. Indische Partij yang biasa disingkat IP merupakan organisasi politik pertama yang memiliki tujuan untuk kemerdekaan Indoesia.

Indische Partij memiliki pengaruh yang cukup besar untuk pergerakan nasional Indonesia. Walaupun tidak bertahan lama, Indische Partij memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pergerakan di Indonesia. Partai ini dibentuk oleh tiga cendekiawan Hindia Belanda yang dikenal sebagai tiga serangkai.

Program organisasi yang didirikan oleh tiga serangkai

Untuk menimbulkan kerja sama antara orang Indo dengan bumiputera, Indische Partij memiliki beberapa program kerja, yaitu: 

a. Menyerap cita-cita nasional Hindia (Indonesia).  
b. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik dalam bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan. 
c. Memberantas berbagai usaha yang mengakibatkan kebencian antaragama. 
d. Memperbesar pengaruh pro Hindia di pemerintahan. 
e. Berusaha mendapatkan hak bagi semua orang Hindia. 
f. Dalam pengajaran, harus bertujuan bagi kepentingan ekonomi Hindia dan memperkuat ekonomi mereka yang lemah. 

Penyebab tiga serangkai ditangkap pemerintah Hindia Belanda

Partij RM Suwardi Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul Als ik een Nederlander was (Andaikan aku seorang Belanda). Akibat dari tulisan itu RM Suwardi Suryaningrat ditangkap. 

Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang dimuat dalam De Expres pada 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees? berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap. 

Itu membuat rekan dalam Tiga Serangkai, Douwes Dekker, mengkritik dalam tulisan di De Express pada 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat (Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat). 

Kecaman-kecaman yang menentang pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari Indische Partij ditangkap. Pada 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Douwes Dekker dibuang ke Kupang, NTT, sedangkan Dr. Cipto Mangunkusumo dibuang ke Pulau Banda. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat