visitaaponce.com

Pentingnya Bermuhasabah dan Meneladani Nabi dalam Berbangsa

Pentingnya Bermuhasabah dan Meneladani Nabi dalam Berbangsa
Ketua Gugus Tugas Pemuka Agama BNPT Mahmudi Affan Rangkuti(Ist)

KETUA Gugus Tugas Pemuka Agama (GTPA) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mahmudi Affan Rangkuti menilai pentingnya umat untuk  bermuhasabah sebagai refleksi diri dalam memperingati Maulid Nabi Saw dengan meneladani keempat sifatnya, yakni sidik, amanah, tablig, dan fatanah.

"Hal itu terutama dalam konteks membangun kehidupan berbangsa antarumat," kata Mahmudi di Jakarta, Jumat (7/10).
 
Dikemukakan bahwa momen Maulid Nabi dinanti kalangan umat Islam untuk bermuhasabah apakah para pengikutnya sudah benar itibak atau mengikuti sifat, etika, kesantunan, perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad Saw.
 
Ia lantas menekankan bahwa muhasabah ini urgen dan esensi untuk menjadi refleksi umat Islam sebagai pengikut Rasulullah.
 
Menurut dia, melalui sifat yang pertama, yaitu sidik atau benar, dalam konteks kekinian sejatinya umat harus cerdas dan bijaksana dalam menyampaikan serta memilah informasi agar tidak terjebak dalam pergumulan hidup pada era digital.
 
Kedua, amanah atau dapat dipercaya, yang bermakna bahwa umat harus waspada dalam interaksi sosial yang kini kerap diwarnai dengan pembohongan. Misalnya, pembelokan fakta terkait dengan ajaran jihad yang justru membawa pada kemudaratan, maksiat, dan sebagainya.
 
"Ketiga, tablig atau menyampaikan. Tentu yang disampaikan dalam hal ini adalah wahyu Allah SWT. Wahyu yang mengajak akan kebaikan. Mengajak pada hal yang baik dan maslahat bagi alam semesta berikut isinya," jelasnya.
 
Keempat, fatanah atau cerdas. Mahmudi menyebut sifat ini sebagai sifat yang sangat moderat. Sifat ini menggambarkan pada keseimbangan dalam menjalankan hidup. Tidak ke kiri juga tidak ke kanan. Akan tetapi, stabil berada di posisi tengah. Menyatukan, mendamaikan, dan membuat jadi normal.


Baca juga: Guru Madrasah Harus Dukung Strategi Implementasi Moderasi Beragama

    
Mahmudi mengutarakan bahwa umat Islam diyakini semua tahu dan memahami keempat sifat Nabi Muhammad saw. ini. Akan tetapi, mau atau tidak menjalankannya, ini problem statement-nya.
 
Maka, lanjut dia, dalam Maulid Nabi Muhammad Saw pada tahun ini sudah sepatutnya merenung, introspeksi dengan satu sikap muhasabah untuk memulai dengan berbicara tenang dengan hati sendiri apakah benar mencintai Nabi Muhammad.
 
Tidak hanya itu, Ketua Umum Pengurus Besar Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia (PB FKAPHI) ini menilai dalam konteks berbangsa dan bernegara, sejatinya Rasulullah, bahkan Islam pun telah memiliki konsep yang final dan wajib diteladani oleh segenap umat guna menyuburkan rasa cinta Tanah Air, bangsa, dan negara.
 
"Apa-apa yang sudah diwariskan Nabi Muhammad Saw sudah sangat jelas dan tak perlu untuk diperdebatkan," katanya menegaskan.
 
Ia menegaskan bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, dan itu final dalam muatan mengabdi pada bangsa dan negara.
 
"Tugas umat Islam adalah bagaimana menghadirkan wajah Allah SWT di muka bumi, dan menghadirkan senyuman Nabi Muhammad Saw di peradaban saat ini," ungkapnya.
 
Dengan menghadirkan wajah Allah SWT dan senyuman Nabi Muhammad Saw di muka bumi melalui itibak pada sifat Nabi, dia meyakini dengan sendirinya akan tercipta atmosfer baru dari kondisi saat ini yang sarat akan narasi yang kerap mempertentangkan bentuk negara bangsa Indonesia ini agar digantikan dengan bentuk negara dan hukum yang berlandaskan keagamaan.
 
Hal ini, menurut dia, karena bangsa ini sangat mengayomi terhadap keragaman suku, adat, dan budaya. (Ant/OL-16)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat