Fenomena Myopia Booming Kurang Disadari oleh Masyarakat Indonesia
![Fenomena Myopia Booming Kurang Disadari oleh Masyarakat Indonesia](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/10/608fb1a4ca43e1730b34f2c33caeffb6.jpg)
MATA minus (myopia) adalah masalah kesehatan yang umum terjadi di seluruh dunia. Faktanya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksikan bahwa setengah populasi dunia akan bermata minus di tahun 2050 mendatang. Semenjak pandemi Covid-19, kurangnya waktu untuk beraktivitas di luar rumah menjadi salah satu pemicu terjadinya mata minus terutama pada anak-anak. Faktor penggunaan gadget yang intens menjadi salah satu penyebab fenonema Myopia Booming.
Ledakan Mata Minus (Myopia Booming) terjadi di beberapa negara Asia Timur dan Tenggara, termasuk Indonesia, dengan pertumbuhan kasus mata minus yang sangat signifikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada pada 312 anak, 41% di antaranya mengalami mata minus dan 21% mengalami gangguan refraksi penglihatan yang berat.
"Dari data yang saya pelajari dan temuan pada pasien-pasien saya, prevalensi kenaikan mata minus pada anak-anak sekolah di Indonesia mencapai 20%. Ini artinya, 10 sampai 15 dari 40 anak di setiap ruangan kelas mengalami kelainan refraksi ini dan mereka membutuhkan alat bantu penglihatan agar bisa melihat lebih jelas. Tentunya prevalensi ini meningkat dari tahun ke tahun terutama sejak pandemi Covid-19, anak-anak lebih sering menggunakan gadget atau smartphone-nya sehingga terjadinya kenaikan mata minus yang pesat," kata dr. Andri Agus Syah, OD, FPCO, FAAO selaku Dokter Optometri dan Praktisi Terapi Mata Minus (Orthokeratology), Sabtu (22/10), di VIO Optical Clinic.
Para orang tua harus menyadari bahwa fenomena Myopia Booming ini tidak bisa disepelekan karena kesehatan mata itu memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak serta prestasi belajar mereka. Mata minus yang tidak terkoreksi dengan baik bisa menimbulkan beberapa komplikasi yang berbahaya bagi kesehatan mata. Bahkan seseorang yang mengalami mata minus yang tinggi bisa berisiko besar untuk mengalami kebutaan.
“Ada beberapa kondisi yang bisa timbul akibat gangguan refraksi miopi yang tidak ditangani dengan baik seperti mata malas. Mata malas kerap terjadi pada anak-anak, dimana terjadi miopi yang berat pada satu mata sehingga otak hanya mengandalkan mata yang sehat. Faktanya, penglihatan mata malas tidak bisa dibantu dengan kacamata atau lensa kontak biasa. Selain itu, mata minus yang dibiarkan bisa berisiko besar terjadinya penyakit katarak dan glaukoma. Kalau seseorang punya ukuran minus yang tinggi, dia juga punya risiko tinggi untuk mengalami ablasi retina atau retina matanya lepas," tambah dr. Weni Puspitasari, Sp. M selaku spesialis mata di VIO Optical Clinic, Grand Galaxy-Bekasi Selatan.
Namun, kabar baiknya 80% gangguan penglihatan ini bisa dicegah sejak dini dengan berbagai cara seperti mengurangi intensitas penggunaan gadget yang berlebih, lebih sering beraktivitas di luar, dan yang paling penting selalu rutin melakukan pemeriksaan mata. Pemeriksaan mata yang baik dianjurkan untuk dilakukan setiap 6 sampai dengan 12 bulan sekali. Dengan ini, kita dapat mencegah terjadinya penyakit mata yang bisa membahayakan kesehatan mata kita.
“Ada cara yang efektif untuk bisa mengatasi mata minus pada anak-anak tanpa harus menempuh metode pembedahan. Namanya Ortho-K atau yang dikenal dengan Terapi Mata Minus (Terapi Ortho-K). Fungsi Terapi Ortho-K ini adalah membentuk ulang kornea mata yang melonjong dan tidak beraturan sehingga bentuk korneanya menjadi kembali bulat. Penggunaannya sangat efektif dilakukan saat malam hari atau pada saat tidur minimal 8 jam. Pada saat bangun dan beraktivitas, penglihatan pasien menjadi jernih tanpa bantuan kacamata atau lensa kontak. Terapi Ortho-K harus rutin digunakan sesuai dengan anjuran dokter untuk menurunkan mata minus dan menahannya agar hasilnya maksimal,” tandas dr. Andri Agus Syah, OD, FPCO, FAAO, Dokter Optometri dan Praktisi Terapi Mata Minus (Ortho-K) di VIO Optical Clinic.
American Academy of Ophthalmology mengungkapkan bahwa penggunaan Ortho-K ini sudah mendapat FDA (Food and Drug Administration) Approval sehingga aman digunakan mulai dari pasien yang usianya anak-anak hingga orang dewasa. Jadi, terapi ini termasuk alami dan tingkat keberhasilannya juga lumayan tinggi sebesar 85-90%. (OL-13)
Terkini Lainnya
18 Tewas dan 48 Terluka Akibat Ledakan Bom di Negara Bagian Borno, Nigeria
Polisi Temukan Serbuk Potasium di TKP Ledakan Bogor
Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Aceh Timur, 1 Orang Dirawat
Sistem Pertahanan Udara Iran Diaktifkan, Tidak Ada Ancaman Besar Dilaporkan
Ledakan di Iran, Media AS Laporkan Serangan Israel
Terjadi Ledakan, Panglima TNI Tegaskan Gudang Amunisi di Ciangsana Tak akan Direlokasi
Pajanan Timbel Jangka Panjang Ganggu Tumbuh Kembang Anak
Puluhan Pasien Tinggalkan Gaza untuk Mendapat Perawatan Medis
Dear Orangtua, Kenali Gejala dan Dampak dari Gangguan Anak Alergi Susu Sapi
Ketahanan Kesehatan Global
Tingkatkan Kewaspadaan Risiko Penularan Flu Burung di Pintu Masuk Negara
Negara-Negara di Eropa Selatan Cari Cara Atasi Obesitas Pada Anak
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap