visitaaponce.com

Merdeka Belajar Ciptakan SDM Berdaya Saing, Kompeten, dan Berakhlak Mulia

Merdeka Belajar Ciptakan SDM Berdaya Saing, Kompeten, dan Berakhlak Mulia
Ilustrasi Merdeka Belajar(Dok. kemendikbudristek)

HINGGA tahun ketiga pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, berbagai kebijakan ung­gulan di bidang pendidikan telah berhasil ditelurkan. Yang paling menonjol adalah kebijakan Merdeka belajar. Merdeka Belajar dibuat berdasarkan amanat Presiden RI Joko Widodo.

“Arah pendidikan yang di­amanatkan oleh Presiden dan Wakil Presiden adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi arahnya adalah untuk menciptakan SDM yang berdaya saing dan kompeten sesuai dengan karakter yang dirangkum sebagai profil Pelajar Pancasila, yaitu pembelajar sepanjang hayat yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif,” jelas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim kepada Media Indonesia.

Menurut Mendikbudristek Nadiem, Merdeka Belajar merupakan elaborasi dari tujuan yang diarahkan Presiden Joko Widodo, karena di setiap episode yang diluncurkan terkait dengan peningkatan kualitas SDM.

“Hadirnya Kurikulum Merdeka salah satunya berangkat dari hasil evaluasi pembelajaran semasa pandemi, di mana terjadi keter­tinggalan pelajaran (learning loss) yang dialami para siswa. Dari hasil evaluasi, Kemendikbudristek lalu mengeluarkan kurikulum darurat yang merupakan sari atau penyederhanaan dari kurikulum 2013, dan kurikulum darurat ini terbukti efektif mengurangi dampak learning loss,” jelas Mendikbudristek Nadiem.

Menurut dia, Kurikulum darurat sudah terbukti efektif mengurangi learning loss, kemudian mengalami penyempurnaan-penyempurnaan yang pada akhirnya menghasilkan Kurikulum Merdeka. Pada tahun ajaran 2022/2023, implementasi Kurikulum Merdeka tidak serta merta harus dilakukan oleh satuan pendidikan.

“Sekolah yang sudah siap mengimplementasikan secara utuh dapat langsung menggunakan Kurikulum Merdeka, namun bagi sekolah yang masih nyaman dengan Kurikulum 2013 pun tidak dipaksa untuk menggunakan,” imbuh Mendikbudristek Nadiem. 

Untuk membantu guru, kepala sekolah, dan dinas untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, kementerian meluncurkan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Platform ini menjadi wadah bagi guru untuk saling berkreasi, belajar dari guru di sekolah atau daerah lain, dan mendapatkan konten-konten pembelajaran atau praktik baik yang dibagikan oleh guru lain.

Kebijakan Merdeka Belajar terdiri dari 22 episode. Berbagai episode Merdeka Belajar yang telah diluncurkan sampai sejauh ini telah mencatatkan capaian positif. (lihat grafik).

Misalnya, pada Merdeka Belajar Episode I yang memuat Asesmen Nasional (AN), tahun ini sudah dilakukan untuk kedua kalinya. Pada pelaksanaan pertama, hasil AN dijadikan baseline untuk merancang perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di setiap satuan pendidikan dan daerah.

Begitu juga dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang saat ini menaungi berbagai program bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri, baik di dalam maupun di luar kampus, bahkan hingga ke luar negeri. Program-program tersebut misalnya kampus mengajar, pertukaran mahasiswa merdeka, IISMA, Wirausaha, magang dan studi independen besertifikat, dan lain sebagainya.

Dari sisi budaya, salah satu episode Merdeka Belajar adalah kanal Indonesiana TV. Kanal ini merupakan satu-satunya kanal khusus budaya yang menyajikan ragam budaya khas Indonesia. Masyarakat dapat menyaksikan sajian budaya tersebut melalui laman indonesiana.tv.

Di samping kanal budaya, pemerintah melalui Kemendikbudristek juga menyediakan Dana Indonesiana, bagi budayawan, seniman, pegiat budaya, maupun institusi budaya untuk meningkatkan kompetensi atau mengembangkan potensi budaya dengan menggunakan dana abadi kebudayaan. Informasi tentang dana indonesiana, diakses di https://danaindonesiana.kemdikbud.go.id/.

Digitalisasi pendidikan

Pandemi Covid-19 menyebabkan krisis pembelajaran di Indonesia akibat penutupan sekolah selama hampir dua tahun. Guna mengatasi krisis tersebut, Teknologi adalah satu-satunya cara yang dapat digunakan.

Ekosistem Teknologi yang ada di Kemendikbudristek di antaranya adalah Platform Merdeka Mengajar (PMM). “Platform ini sudah diinstal oleh 1,6 juta pengguna, dan terdapat lebih dari 50 ribu kon­ten pembelajaran di dalamnya yang merupakan karya dari para guru. Platform ini juga dapat diakses oleh para guru yang jauh dari keramaian kota atau di daerah 3T, karena konten-konten di dalamnya dapat diunggah dan diunduh, sehingga tidak perlu jaringan internet terus menerus untuk mengaksesnya,” jelas Mendikbudristek Nadiem.  
 
Aplikasi lain, SIPLah, sebuah pasar digital untuk pengadaan sekolah. Dengan SIPLah, sekolah-sekolah yang ada di daerah bisa mendapatkan barang yang sama, harga yang sama dengan sekolah di kota. Tidak hanya itu, sekolah sekarang tidak perlu khawatir lagi dengan pertanggungjawaban pengadaan, karena semuanya sudah disediakan melalui aplikasi SIPLah.

“Untuk pendidikan tinggi, kita juga menyediakan Kedaireka, sebuah platform yang mempertemukan perguruan tinggi dengan dunia usaha dan industri. Di platform ini, industri dapat menyampaikan kebutuhan yang nanti akan ditangkap oleh perguruan tinggi untuk disediakan (dirancang) agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut,” kata Nadiem. Ekosistem Kedaireka dirancang untuk menguatkan ekosistem riset dan meningkatkan inovasi yang berdampak luas dari perguruan tinggi.

Telah terjadi peningkatan signifikan jumlah penerima manfaat Kedaireka dari tahun 2021 ke tahun 2022. Yaitu 81% peningkatan pengguna platform dari perguruan tinggi, 400% peningkatan pengguna platform dari DUDI, 251% peningkatan untuk proposal Kreasi Reka, 367% peningkatan untuk Peluang Cipta, Peningkatan signifikan jumlah proposal yang masuk ke Kedaireka, dari 1.000 proposal pada 2021 menjadi 5.000  proposal pada 2022, dan peningkatan signifikan untuk total dana kolaborasi, dari 2 triliun  pada 2021 menjadi 11 triliun pada 2022. (Yan/OL-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat