visitaaponce.com

Waspadai Aritmia Bisa Menyerang Kalangan Usia Muda

JANTUNG merupakan organ vital yang bekerja 24 jam terus-menerus untuk memompa darah dan mendistribusikan oksigen dan nutrisi keseluruh tubuh.

Kemampuan jantung untuk memompa darahsecara adekuat guna mencukupi kebutuhan tubuh tak lepas dari aktivitas kelistrikan jantung.

Gangguan fungsi jantung akibataktivitas listrik jantung yang abnormal inilah yang disebut aritmia.

Lebih jelasnya, aritmia yaitu suatu kondisi ketika detak jantung tidak teratur, lebih cepat, atau lebih lambat dari yang seharusnya. Pada kondisi istirahat, detak jantung normal berkisar antara 60 – 100 kali  per menit.

Keluhan yang sering dirasakan pasien dengan gangguan aritmia sangat beragam, misalnya rasa berdebar-debar, dada tidak nyaman, sesak napas, cepat capai, ataupun kliyengan atau sempoyongan.

Pada kondisi yang lebih berat, gejala bisa berupa stroke, pingsan, bahkan kematian mendadak.

“Ada banyak kasus aritmia yang kami tangani, baik pasien usia muda maupun lanjut usia, baik laki-laki maupun perempuan," jelas dr. Sunu Budhi Raharjo,Sp.JP(K), Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Subspesialis Intervensi Elektrofisiologis (konsultan aritmia) di Heartology Cardiovascular Center.

Baca juga: Jangan Sepelekan Aritmia si Penyebab Henti Jantung

"Pasien usia muda sering datang dengan keluhan rasa berdebar-debar atau rasa tidak nyaman di dada, yang muncul secara tiba-tiba," ujarnya.

"Oleh karena kemunculannya yang tiba-tiba, deteksinya sering tidak mudah," kata dr.Sunu.

 "Selain perekaman jantung menggunakan elektrokardiografi (EKG), kadang diperlukan perekaman kontinyu selama beberapa hari supaya mampu mendeteksi gangguan aritmia yang diderita oleh seorang pasien dengan alat Holter Monitor,” paparnya

“Belum lama ini kami berhasil mendeteksi gangguan aritmia pada seorang laki-laki muda usia 30 tahun," jelas dr.Sunu.

Keluhan berdebar dirasakan sudah sejak setahun yang lalu, namun rekaman EKG sering ditemukan normal.

Perekaman irama jantung secara kontinyu selama 24 jam berhasil mendeteksi adanya aritmia yang berupa denyut ekstra sebanyak hampir 25% dari keseluruhan denyut jantungnya.

Obat-obat sudah dikonsumsi, bahkan tindakan kateter ablasi sudah diupayakan di kota lain. Namun keluhan belum membaik.

Kegiatan dan pekerjaan sehari-hari sangat terganggu dengan penyakitnya ini.

"Setelah melalui pemeriksaan yang menyeluruh, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan tindakan kateter ablasi 3 dimensi untuk hasil yang lebih presisi dan maksimal” jelas dr. Sunu.

Kateter ablasi adalah tindakan intervensi non-bedah dengan menggunakan kateter yang digunakan untuk memandu dokter memetakan, melokalisir dan menghancurkan jaringan penyebab impuls listrik tidak normal pada jantung.

“Pada pasien tersebut, setelah dilakukan ablasi konvensional, gangguan irama jantungnya belum membaik," ucap dr.Sunu.

"Namun, dengan teknologi 3D, alhamdulillah gangguan aritmianya berhasil disembuhkan, sehingga kualitas hidup pasien tersebut jauh lebih nyaman dan beliau tidak perlu minum obat lagi,” ungkap dr Sunu.

Pada kasus aritmia yang lebih kompleks, misalnya atrial fibrilasi (AF) yang berisiko meningkatkan stroke sampai 5 kali  lipat, atau ventrikular takikardia (VT) yang bisa mengancam nyawa pasien.

"Kami menggabungkan teknologi 3D di Heartology Cardiovascular Center dengan teknologi HD Grid 3D Mapping System untuk meningkatkan keberhasilan tindakan dan mengurangi kekambuhan gangguan aritmianya," jelas dr. Sunu.

HD Grid menggunakan kateter multipolar dan multidirectional yang memungkinkan penggabungan pemetaan magnetic dan impedans secara bersamaan, sehingga tindakan kateter ablasi 3D memiliki tingkat presisi dan akurasi yang tinggi.

Data klinis menunjukkan bahwa penggunaan teknologi ini mampu menurunkan tingkat kekambuhan AF menjadi hanya sekitar 10% setahun pascatindakan (beberapa kali lipat lebih baik dibanding teknologi konvensional).

“Heartology Cardiovascular Center berkomitmen untuk memberikan pelayanan komprehensif yang didukung teknologi medis mutakhir untuk semua pasien jantung dan pembuluh darah, termasuk aritmia sehingga menghasilkan medical outcome terbaik, membantu pasien mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik, dan meningkatkan harapan hidup pasein,” pungkas dr. Sunu. (RO/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat