visitaaponce.com

Imlek Diharapkan Jadi Momentun Memperkuat Sikap Saling Berbagi

Imlek Diharapkan Jadi Momentun Memperkuat Sikap Saling Berbagi
Perayaan Imlek Untar(Dok. Untar)

REKTOR Universitas Tarumanagara Agustinus Purna Irawan, mengatakan Tahun Baru Imlek harus dijadikan momentum untuk memperkuat sikap saling berbagi dan saling tolong menolong untuk pengembangan Universitas. 

Hal itu pun terus dijalankan Untar sehingga banyak mendulang prestasi, yang terbaru adalah naiknya peringkat QS Rating untuk Untar yang sebelumnya bintang tiga kini menjadi bintang empat.

QS Rating publikasi tahunan peringkat universitas yang dilakukan oleh Quacquarelli Symonds (QS).

“Kita bersyukur Untar saat ini sudah menjadi rujukan, banyak Perguruan Tinggi, hampir tiap minggu, kami diundang oleh Dikti maupun LLDikti untuk memberikan sharing. Tanggal 8 kami diundang ke Esa Unggul, untuk sharing tentang bagaimana mencapai Perguruan Tinggi yang  atau Akreditasi unggul,” kata Agustinus.

“Tanggal 13 ada juga undangan di Gunadarma terkait dengan pengembangan dosen, semua itu dilakukan oleh Dikti  dan Untar menjadi narasumber pada kegiatan-kegiatan tersebut. Saya kira ini sesuatu yang luar biasa yang kita capai,” tambahnya.

Dalam perayaan Imlek 2574 Kongzili, Untar mengangkat budaya Solo yang dilangsungkan di Auditorium Gd. M lantai 8, Kampus I Untar , Jakarta Barat, Kamis (2/1).

Pada perayaan imlek ini, Untar memperkenalkan budaya Solo,  melalui berbagai pertunjukan seni seperti  Tari Gambyong Surakarta. Tarian ini, salah satu bentuk tarian Jawa klasik yang berasal-mula dari wilayah Surakarta dan biasanya dibawakan untuk pertunjukan atau menyambut tamu.

Baca juga : 20.351 Peserta Ikuti Pelatihan Kurikulum Merdeka Melalui MOOC Pintar

Selain itu ditampilkan video tentang akulturasi budaya Jawa-Tionghoa yang ada di Kota Surakarta. Kota Surakarta atau Solo menjadi salah satu daerah yang kental akan peradaban budaya Tionghoa sehingga berakulturasi dengan budaya Jawa. 

Kota Surakarta  pada zaman dulu adalah kota maju yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Mataram sebagai pusat Kerajaan. Orang yang tinggal di Surakarta bukan hanya penduduk pribumi saja tetapi terdiri dari berbagai bangsa seperti Belanda dan Tionghoa Itulah sebabnya ada beberapa tradisi Surakarta yang lahir dari perpaduan budaya dua bangsa baik dalam segi kuliner seni dan budaya maupun arsitekturnya.

Sebut aja, ada timlo. Kuliner yang satu ini, namanya mirip dengan  kimlo, salah satu sup populer khas Negeri Tirai Bambu. Awalnya, para pedagang China di Solo memperkenalkan kimlo dengan daging babi sebagai bahan utama.

Seiring perkembangan zaman makanan ini pun cukup diminati berbagai kalangan hingga akhirnya penggunaan daging babi digantikan dengan ayam dan telur modifikasi resep itulah yang menjadi cikal bakal timlo sebagai makanan khas Surakarta.

Ketua Pengurus Yayasan Tarumanagara Ariawan Gunardi mengapresiasi tema yang diangkat dalam perayaan Tahun Baru Imlek kali ini, yakni Bersatu Dalam Keberagaman Untuk Kesejahteraan Bersama”. Tema tersebut sesuai dengan filosofi kelinci air yang menjadi simbol hewan di tahun baru Imlek ini.

“Tema pada hari ini, Pak rektor tadi canangkan mengenai kebersamaan Unity mengenai persahabatan ini yang Inline dengan yang disimbolkan tahun kelinci air,  supaya antara Yayasan Tarumanegara sebagai holding dan juga unit usaha yayasan baik Untar sekolah tinggi rumah sakit dan PT PT itu menjadi satu ekosistem menjadi satu keluarga Tarumanegara yang kompak antara satu dengan yang lain lainnya,” ujar Ariawan.

“Saya rasa ini momen yang baik untuk kita membangun kekompakan dan juga kita mengapresiasi di Untar ini sudah banyak yang sudah dilakukan Pak rektor sudah menambah us rating menjadi empat bintang,” sambung Ariawan. (RO/OL-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat