visitaaponce.com

Obesitas Jadi Bom Waktu, Kemenkes Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Harus Diatur

Obesitas Jadi Bom Waktu, Kemenkes: Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Harus Diatur
Ilustrasi(Istimewa)

DIREKTUR Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan dalam kurun waktu 10 tahun terjadi peningkatan obesitas yang cukup signifikan dari 10,5% di 2007 dan naik menjadi 21,8% di 2018 di Indonesia.

Obesitas menjadi faktor risiko terhadap penyakit-penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, jantung, hipertensi, penyakit metabolik, dan nonmetabolik.

"Sekaligus berkontribusi menjadi penyakit kematian tertinggi, pada penyakit kardiovaskular, ginjal, dan diabetes itu merupakan angka yang paling banyak meninggal. Selain memberikan dampak pada penyakit tidak menular sekaligus menyebabkan kerugian pada sisi ekonomi," kata Maxi dalam Press Briefing, Senin (6/3).

Komorbid obesitas pada Penyakit Tidak Menular (PTM) memerlukan biaya yang tidak sedikit. Ia mengatakan biaya JKN terkuras habis untuk penyakit tidak menular. Selain penyakit jantung dan pembuluh darah, ada juga diabetes, stroke, dan kanker yang menjadi Kementerian Kesehatan,yang paling banyak habis untuk penyakit-penyakit ini.

Obesitas juga menjadi masalah dunia dan mengancam masyarakat dunia termasuk di Indonesia. Pada 2030 diperkirakan satu dari lima wanita dan satu dari tujuh pria akan hidup dengan obesitas atau setara dengan satu miliar orang di seluruh dunia.

"Jadi memang prevalensi obesitas semakin meningkat dan lebih banyak pada wanita," ujarnya.

Penyakit obesitas akan menjadi beban ganda di negara-negara berkembang, di satu sisi malnutrisi masih banyak dan obesitas juga masih banyak.

Ia menilai salah satu cara bagaimana mengatasi obesitas perlu mengatur konsumsi Gula, Garam, Lemak (GGL), beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Meksiko bagaimana mereka berhasil mengendalikan GGL berlebih. Di Indonesia sudah ada peraturan dari Kementerian Kesehatan namun pengawasannya yang perlu ditingkatkan.

Ada 3 pilar kampanye untuk menurunkan angka obesitas, pertama mendorong percakapan atau komunikasi jadi mengangkat isu obesitas menjadi topik pembicaraan baik formal maupun non formal di masyarakat.

"Tujuannya agar masyarakat mengenal kesehatan bagaimana kita mengangkat topik ini agar lebih menarik. Topik kedua yakni mengubah perspektif obesitas, bahwa ada peran masyarakat dan lingkungan yang berpengaruh pada obesitas. Sehingga perlu adanya gerakan di masyarakat luas namun perlu juga cara pandangan bahwa obesitas merupakan masalah bersama yang memerlukan tindakan yang nyata dan kolektif," jelasnya.

Pilar ketiga yakni merumuskan upaya nasional dari mendorong percakapan, upaya kolektif, dan mengarah pada tindakan untuk mengambil tindakan proaktif untuk mencegah dan mengatasi penyakit tersebut.

Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan Eva Susanti menjelaskan permasalahan obesitas harus melibatkan lintas sektor karena ada beberapa hal intervensi yang memang membutuhkan intervensi dari seluruh lintas sektor baik itu program.

"Kemudian stakeholder terkait organisasi profesi dan beberapa lembaga swadaya masyarakat yang memang concern untuk bisa memperhatikan agar cegah obesitas serta mengatur pola makan sehat dan seimbang," tuturnya. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat