visitaaponce.com

Cegah Wasting sebelum Jadi Stunting, Berikan Makanan Tambahan Ini

Cegah Wasting sebelum Jadi Stunting, Berikan Makanan Tambahan Ini
Beda wasting dan stunting.(Kemenkes)

PEMBERIAN Makanan Tambahan (PMT) menjadi salah satu jurus andalan pemerintah dalam mencegah wasting (berat badan anak di bawah standar/kurus) dan stunting (kurus dan pendek). Apa saja jenis makanan tambahan yang bisa diberikan?

"Makanan tambahan diusahakan lokal," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam Launching Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan Pangan Lokal di Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Rabu (17/5).

Menkes menyampaikan, jangan hanya nasi atau karbohidrat saja yang diberikan pada anak. "Yang utama adalah protein hewani," sergah Menkes.

Baca juga : Anak kian Kurus Akibat Gizi tak Terurus

Karena seberapa banyak pun diberi makanan jika hanya nasi saja berat badannya tetap turun maka harus diberikan protein hewani. "Protein hewani bisa berupa telur, ikan, daging ayam, atau daging sapi," jelasnya.

Jika anak dengan berat badan tidak naik dilakukan intervensi maka hanya membutuhkan waktu 2-4 minggu maka berat badannya kembali naik jika diberi protein hewani terus menerus.

Baca juga : Ini Delapan Zat Gizi yang Harus Dipenuhi Ibu Hamil

Budi menjelaskan sebelum masuk ke kondisi stunting, anak akan mengalami wasting sehingga harus dicegah dan diselesaikan sebelum masuk ke kondisi stunting. Jika tidak diintervensi maka anak sudah masuk ke kondisi wasting dan bisa masuk ke kondisi stunting.

"Tiga tahap pertama seperti berat badan anak tidak naik, berat badan turun, maupun gizi kurang itu anak harus cepat dibawa ke puskesmas harus ketemu dokter dan harus dikasih intervensi," katanya lagi.

Intervensi kehamilan

Selain itu menurut Budi, penanganan stunting harus dilakukan juga pada saat masa kehamilan karena determinan paling besarnya terjadi sebelum anak lahir.

Dengan begitu, sahut Budi, jangan sampai ibu mengalami kekurangan gizi, karena bisa menyebabkan kekurangan gizi juga pada anak atau yang disebut Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBBLR) sehingga bisa sebabkan stunting.

"Intervensi ibu yang bisa dilakukan seperti pengukuran lengan jika lengan ibu tidak kunjung gemuk maka perlu ditambah makanan dan berat badannya naik. Jika ukuran lengannya di atas 23,5 cm itu harusnya bisa mengurangi stunting di hulu," tuturnya.

Budi menyebutkan Presiden ingin sekali angka stunting turun sehingga kapasitas manusia lebih baik sehingga pada saat bonus demografi terjadi sehingga produktivitas tinggi dan GDP tinggi dan masuk G7 countries karena Produk Domestik Bruto sudah bisa mencapai U$2 triliun.

Survei Status Gizi Indonesia 2022

STUNTING atau anak bertubuh pendek bukan satu-satunya masalah gizi yang dihadapi Indonesia. Hal itu terlihat dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang dipaparkan Kementerian Kesehatan pada 27 Januari 2023.

SSGI yang menjadi tolok ukur kondisi gizi anak itu menyebut, telah terjadi peningkatan angka prevalensi anak-anak wasting (berat berdasarkan tinggi badan di bawah normal/kurus) dan underweight (berat badan kurang), sedangkan angka prevalensi anak stunting dan overweight (kelebihan berat badan) turun.

Berdasarkan catatan tren status gizi balita hasil dari SSGI 2022, angka wasting naik 0,6% menjadi 7,7% dan underweight naik 0,1% menjadi 17,1%. "Meski angkanya naik tidak sampai 1%, hal ini perlu menjadi perhatian bersama," kata Deputi Bidang Lalitbang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Muhammad Rizal Martua Damanik, saat merespons hasil survei.

Lewat hasil SSGI 2022 ini, Rizal mengatakan, kita semestinya sadar bahwa masalah gizi anak harus menjadi perhatian serius. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat