Periset BRIN Kembangkan Mycoprotein dari Kacang Koro
![Periset BRIN Kembangkan Mycoprotein dari Kacang Koro](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/06/23c715e6efbba2d150fa5898bd15c849.jpg)
PERISET Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, Dandy Yusuf, menyampaikan saat ini Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Mikrobiologi Terapan tengah mengembangkan pemanfaatan kacang koro (Canavalia ensiformis) sebagai bahan baku mycoprotein. Mycoprotein adalah adalah protein dari jamur yang kaya protein, kaya serat, dan rendah kolesterol.
Protein merupakan sumber nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan manusia. Fungsi protein bagi tubuh diantaranya yaitu sebagai sumber energi dan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kebutuhan akan protein tinggi, khususnya bagi anak-anak sangat diperlukan untuk perkembangan tubuh dan otaknya.
“Kami tengah mengidentifikasi potensi kapang asal tempe untuk hidup pada kacang Koro. Kami telah melakukan riset untuk mengembangkan kacang Koro menjadi bahan baku mycoprotein. Kami telah memperoleh isolat kapang potensial dari tempe dan oncom tradisional Indonesia. Saat ini kami tengah melakukan proses lanjutan untuk menghasilkan bubuk tinggi protein lewat proses fermentasi dan defatisasi,” jelas Dandy dalam Kunjungan Industri ke PT. Yasa Jamur Sriwijaya pada Senin (12/6) di Cimahi, Bandung.
Baca juga: Unas Gandeng BRIN Perkenalkan Metode Rames ke Peneliti dan Akademisi
Lebih lanjut Dandy menerangkan, kacang koro mengandung 30% protein. Ketika kacang Koro difermentasi kemudian setelah itu melewati proses maserasi dan sonikasi, diharapkan ada 60% kandungan protein yang dihasilkan.
“Sesuai standar CODEX, kandungan minimal 60% protein dalam suatu bahan pangan dapat diklaim sebagai produk high protein,” kata Dandy.
Pemilihan kacang koro sebagai bahan baku pembuatan mycoprotein yang mempunyai kandungan protein yang tinggi sebagai upaya memanfaatkan komoditas lokal, sehingga tidak perlu mengimpor bahan baku dari luar.
Baca juga: BRIN Kembangkan Pesawat Udara Nir Awak
Periset Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, R. Haryo Bimo Setiarto, yang juga tergabung dalam tim penelitian ini mengatakan target selanjutnya dari riset ini adalah memperbaiki kualitas mycoproteinnya dan juga penguatan pengolahan.
“Harapan kami akhir tahun ini ada prototype sample. Sehingga di tahun berikutnya riset ini akan berkembang untuk menentukan olahannya akan seperti apa,” ujar Haryo.
Kunjungan industri ini merupakan implementasi dari kerjasama yang telah terjalin antara Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN dan PT. Yasa Jamur Sriwijaya. Ruang lingkup kerjasama yang tengah dijalani diantaranya adalah melakukan penelitian dan pengembangan teknologi produksi mycoprotein sel tunggal melalui fermentasi menggunakan komoditas lokal; membuat formulasi produk daging analog berbasis mycoprotein sel tunggal; dan membuat prototipe daging analog berbasis mycoprotein sel tunggal.
Direktur PT. Yasa Jamur Sriwijaya, Widya Putra menambahkan tujuan dari kerjasama ini adalah untuk memberikan terobosan baru menghasilkan protein yang sustainable dan lebih terjangkau harganya.
“Idenya adalah mengganti weight protein yang biasanya impor yang tentunya dengan harga lebih mahal. Intinya dari kerjasama ini adalah menghasilkan sumber protein dengan harga lebih terjangkau dan proteinnya lebih bagus. Harapannya bisa menjadi solusi stunting untuk negara kita,” pungkas Widya.
(Z-9)
Terkini Lainnya
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap