visitaaponce.com

BRIN Kembangkan Pesawat Udara Nir Awak

BRIN Kembangkan Pesawat Udara Nir Awak
Pesawat Nir Awak yang tengah dikembangkan BRIN.(BRIN)

BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah berupaya mengembangkan Pesawat udara Nir Awak (PUNA). Pesawat Nir Awak tersebut dikembangkan para peneliti BRIN bersama dengan PT Elevasi Teknologi Aeronautika (INAERO).

"PUNA yang sedang dikembangkan ini memiliki kemampuan peluncuran dan pendaratan secara vertikal. Salah satu kegiatan pengujian sistem PUNA tersebut, yakni sistem autopilot nantinya akan diuji di laboratorium DO-178C yang terdapat di Pusat Riset Teknologi Terbang (PRTP) BRIN," ujar Kepala Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN, Fadilah Hasim, dilansir dari laman resmi BRIN pada Kamis (1/6).

Lebih lanjut, Fadilah menjelaskan PUNA akan dikembangkan menggunakan basis AEROpro B type. AEROpro B type merupakan salah satu produk PUNA berjenis fixed wing dari INAERO. Material yang digunakan adalah fiber karbon komposit.

Baca juga: Thomas Djamaluddin Patuhi Keputusan BRIN

"Saat melakukan misi terbang, cara meluncurkan PUNA ini menggunakan tali pelontar, sehingga memerlukan lahan dengan luasan tertentu," terangnya.

Demikian pula untuk pendaratannya. Misi terbang peluncuran dan pendaratan dikendalikan dengan remote kontrol secara manual. Saat mencapai ketinggian terbang yg telah ditentukan, PUNA akan beralih ke mode autonomus, dimana sistem autopilot akan mengambil alih kendali penerbangan dari pilot, agar PUNA mengikuti misi terbang yang telah ditentukan.

Baca juga: Darurat Bencana Asap, Modifikasi Cuaca di Kalbar Dilakukan 15 hari

Mengacu pada AEROpro B type tersebut, INAERO bersama dengan PRTP-BRIN mengembangkan PUNA tersebut menjadi AEROpro BX type. Tipe ini dikembangkan agar memiliki kemampuan lepas landas dan pendaratan secara vertikal. AEROpro BX ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemetaan presisi skala luas, dimana pesawat ini diproyeksikan sanggup mengcover area seluas 300--500 ha sekali terbang.

Dibanding model lain Fadilah menyebutkan, AEROpro BX ini memiliki fleksibilitas untuk melakukan lepas landas dan pendaratan dari mana saja, tanpa perlu memerlukan landasan. Dengan begitu pesawat dapat digunakan untuk misi-misi pemetaan atau pemantauan di daerah-daerah yang tidak memiliki landasan/lapangan sebagai tempat lepas landas dan pendaratan.

Kelemahan

Meski begitu tipe AEROpro BX bukan tanpa kelemahan. Tipe ini memiliki daya tahan terbang yang lebih rendah dibandingkan versi non-VTOL untuk konfigurasi kapasitas baterai yang sama.

"Di samping itu, kapasitas angkut payload juga lebih kecil dibandingkan dengan yang versi non-VTOL, dikarenakan versi VTOL itu memmbawa beban tambahan berupa komponen VTOL yaitu engine, propeller, frame penyangga engine," ucapnya.

Fadilah melanjutkan, di tahun 2023 ini ia mengharapkan sistem Autopilot yang telah dikembangkan untuk PUNA AEROpro BX type tersebut dapat diuji di laboratorium DO-178C dengan tujuan untuk memverifikasi dan memvalidasi persyaratan dari sistem autopilot yang telah didefinisikan di tahun 2022.

"Jika sesuai dengan rencana awal, diharapkan PUNA AEROpro BX type ini dapat memasuki tahapan pengujian akhir di tahun 2024 dan dapat mulai dipasarkan di tahun 2025," pungkasnya.

BRIN sendiri telah memiliki Laboratorium DO-178C yang dapat dimanfaatkan untuk verifikasi dan validasi perangkat lunak flight control law yang terpasang di dalam sistem autopilot UAV. Kerja sama dengan pihak industri menjadi salah satu langkah BRIN untuk membangun ekosistem riset yang baik di Indonesia.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat