visitaaponce.com

Musim Kemarau Tingkatkan Risiko Kanker Kulit

Musim Kemarau Tingkatkan Risiko Kanker Kulit
Paparan sinar matahari menjadi penyebab utama kanker kulit(Freepik)

MUSIM kemarau dapat meningkatkan risiko kanker kulit. Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Perhimpunan Ajli Bedah Onkologi Indonesia Yadi Permana.

"Tentu saja musim kemarau dapat meningkatkan risiko kanker kulit. Karna di musim kemarau otomatis panasnya akan lebih menyengat dan ultraviolet indeksnya tinggi," kata Yadi dalam acara media briefing yang diadakan Ikatan Dokter Indonesia, Selasa (1/8).

Ia mengungkapkan, paparan sinar matahari menjadi penyebab utama dari kanker kulit, presentasenya bisa mencapai 20% sampai 50%. Untuk itu, perlu bagi kita melindungi kulit dari paparan sinar matahari langsung saat UV indeks sedang tinggi.

Baca juga: Penggunaan Tabir Surya Penting untuk Mencegah Kanker Kulit

Yadi memaparkan, terdapat dua tipe utama kanker kulit. Pertama, tipe kanker kulit yang sangat berbahaya hingga menimbulkan kematian dan kanker kulit nonmelanoma yang bisa disembuhkan.

Secara global, saat ini terhitung 2 juta hingga 3 juta kanker kulit nonmelanoma dan 132 ribu kanker kulit melanoma setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Globocan, pada 2020 ada sebanyak 1,99% kasus baru kanker kulit. Angka kematian akibat kanker kulit nonmelanoma yakni sebanyak 1,48%.

Baca juga: Arti SPF 25, 30, dan 50 pada Sunscreen

"Tapi prevalensi kanker kulit di Indonesia yang sedikit ini mungkin bisa disebabkan karena kanker kulit tidak menimbulkan gejala yang bermakna untuk pasien, kecuali kalau dekat dengan area vital seperti mata. Karenanya, banyak yang tidak melakukan deteksi," beber dia.

Ia mengungkapkan, beberapa gejala kanker kulit yang perlu diwaspadai adalah munculnya tahi lalat yang besar dan mudah berdarah, ada rasa gatal berlebihan dan perubahan warna pigmen kulit di sekitar kanker itu berada.

"Kalau seperti itu harus langsung diperiksa ke dokter agar ditangani sesuai dengan tata laksana," ucapnya.

Untuk melindungi kulit dari risiko kanker kulit karena paparan sinar matahari, Yadi membagikan sejumlah tips. Di antaranya memerhatikan UV indeks saat hendak beraktivitas ke luar ruangan. Jika UV indeks kurang dari lima, maka bisa menggunakan sunscreen dengan SPF 35. Namun jika UV indeks lebih dari lima, maka bisa menggunakan sunscreen dengan SPF 50.

"Biasanya itu harus diapply ulang dua sampai tiga jam kalau masih beraktivitas di luar ruangan," ucap dia.

Bagi masyarakat di pedesaan yang sering terpapar sinar matahari seperti petani, apabila sulit mengakses sunscreen, Yadi menyatakan bisa menggunakan pakaian lengan panjang ataupun topi caping.

Selain itu mengkonsumsi vitamin C, vitamin E, makanan yang bergizi seperti sayuran hijau juga dapat melindungi kulit dari risiko kanker kulit.

"Jadi kita harus perhatikan UV indeks ini, di aplikasi smartphone sudah banyak. Kalau lebih dari lima, itu berbahaya, jangan sering terpapar di luar ruangan. Karena itu meningkatkan risiko kanker kulit," pungkas Yadi. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat