Peran Penting Praktisi Public Relations dalam Manajemen Isu
ISU dan krisis menjadi tantangan perusahaan dalam penjagaan reputasi. Ditambah lagi tantangan teknologi yang memberikan keterbukaan dan kecepatan informasi membuat perusahaan semakin rentan tertimpa isu maupun pemberitaan negatif. Oleh karena itu, penting peran praktisi public relations (PR) kompeten yang dapat melakukan pemetaan pada manajemen isu dengan baik.
Hal itu selaras dengan tema kegiatan The Iconomics PR Summit 2023, Innovation for Reputation. Acara yang bertabur tokoh komunikasi ini, berlangsung selama dua hari dengan berbagai rangkaian kegiatan mulai dari seminar, workshop, dan ditutup oleh malam penganugerahan Indonesia PR Awards 2023.
Menurut pakar komunikasi sekaligus CEO Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication, Dr. Firsan Nova, ketika terjadi isu, praktisi PR harus proaktif dalam menyuarakan narasi. "Di Nexus, ketika terjadi isu kami membagi menjadi tiga bagian yaitu sesi issues taker, balancing narrative, dan issues maker," jelas Firsan dalam keterangan tertulis, Jumat (4/8/2023).
Baca juga: Gerakan Merdeka Belajar Menginspirasi Negara Tetangga
Pada fase awal, biasanya isu terjadi kemudian disusul narasi-narasi negatif dalam pemberitaan. Langkah selanjutnya akan melakukan balancing narrative menyuarakan narasi-narasi positif ke publik agar isu negatif dan positif dapat seimbang. Tahap terakhir ialah melakukan issues maker yaitu memublikasikan ke publik isu-isu positif yang perlu diketahui. "Balancing narrative harus dilakukan dalam manajemen isu. Jangan sampai ada narasi tunggal," tutur Firsan.
Ketika terjadi isu, praktisi PR harus segera melakukan intervensi. Jika tidak, lambat laun krisis akan terjadi. Jika tetap tidak ditangani, ini bisa memengaruhi kondisi finansial perusahaan. "Kunci menjadi PR yang bijak ialah mendengarkan dan menyuarakan karena PR memang dilahirkan untuk bersuara. Namun poinnya ialah ketika terjadi isu, PR juga harus bisa mendengarkan," ungkap Firsan.
Baca juga: Teknologi Ubah Pembelajaran Jadi Relevan Hadapi Abad ke-21
Firsan juga menambahkan bahwa PR harus pintar membangun relasi dengan cara berinteraksi dan bersosialisasi agar ketika terjadi isu kita telah memiliki banyak kawan bukan lawan. "Kita di Nexus melakukan friends before benefit. Kita menjalin relasi sebelum ada krisis dan bisa mengubah musuh menjadi teman," tutup Firsan dalam sesi pertama workshop yang dihadiri oleh para praktisi komunikasi dari berbagai perusahaan tersebut.
Sebaik apapun perusahaan, sejatinya isu dan krisis tidak bisa kita hindari. Isu dan krisis akan menjadi bagian dari perjalanan perusahaan. Hal yang bisa dilakukan PR ialah melakukan mitigasi dan meminimalisasi dampak negatif dari hal tersebut. (RO/Z-2)
Terkini Lainnya
Perusahaan Fintech Maucash Sabet Penghargaan dalam TOP Digital PR
Konsultan Komunikasi Inke Maris Luncurkan Brand Impact dan Imagine
Public Relations Mesti Terdepan Terapkan Teknologi Informasi
Sabet LSPR Alumni Excellence Awards 2023
Tumbuh di Asia Tenggara, Hoffman Agency Buka Kantor Cabang di Malaysia
Pemanfaatan Media Digital Penting Bagi BUMN, BUMD, dan Subsidiary BUMN
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap