visitaaponce.com

Masker Bedah Bisa Jadi Pilihan Saat Udara tidak Sehat

Masker Bedah Bisa Jadi Pilihan Saat Udara tidak Sehat
Warga memakai masker saat beraktivitas di luar ruang di kawasan Sudirman, Jakarta(MI/Usman Iskandar)

GURU Besar Bidang Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Agus Dwi Susanto mengatakan masker bedah masih bisa dipakai orang-orang saat kualitas udara berada pada kategori tidak sehat atau masuk zona kuning.

"Tetapi kalau sudah oranye, merah, misalnya kalau bisa lebih tinggi maskernya (tingkat penyaring), karena lebih pekat kadar PM 2.5-nya," kata Agus, dikutip Senin (4/9).

Apabila merujuk pada indeks standar pencemar udara (ISPU), kategori kualitas udara tidak sehat memiliki rentang nilai 1 - 50. Sementara bila tak mengandalkan alat melainkan pandangan mata, kualitas udara di lokasi dikatakan tidak sehat jika jarak pandang hanya sejauh 2,5 km. 

Baca juga: Menkes Rekomendasikan Dua Masker Ini Hadapi Polusi Udara

Kualitas udara di suatu kawasan bisa dikatakan sangat tidak sehat bila jarak pandang seseorang hanya sekitar 1,5 - 2,4 km.

Menurut Agus, idealnya, saat menghadapi polusi udara, orang-orang perlu mengenakan masker dengan kemampuan filtrasi atau penyaring particulate matter (PM) 2.5, yakni indikator dalam polusi udara, seperti N95, KN95, dan KF94.

Hanya saja, sambung dia, masker jenis ini tidak diizinkan pada populasi sensitif, seperti perempuan hamil, anak-anak, orangtua dan mereka dengan penyakit tertentu karena membuat lebih pengap akibat masker sangat ketat.

Baca juga: Waspada Udara Kota Semarang Belum Baik

"Oleh karena itu, pada kelompok sensitif disarankan masker lain yang bisa mem-filtrasi PM 2.5. Kalau tidak terdapat itu maka minimal pakai masker bedah biasa karena bisa memfiltrasi PM 2.5 sekitar 50 persen," ujar Agus.

Dia menambahkan, orang-orang tetap harus menggunakan masker minimal masker bedah saat berada di luar ruangan atau sebisa mungkin mengenakan masker yang lebih tinggi level filtrasinya terutama saat polutan berada pada level lebih tinggi.

Hal senada diungkapkan pakar imunologi dari Universitas Indonesia Prof Bambang Supriyanto. Menurut dia, mengenakan masker bisa menjadi solusi mengurangi dampak buruk polusi udara pada kesehatan.

Selain masker, dia juga menyarankan masyarakat tidak merokok, menghindari bepergian ke daerah polusi tinggi, banyak minum air, tidak membakar sampah, tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan, dan mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang.

Berbicara dampak polusi, Bambang menyebutkan seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) atas karena merusak mukosa saluran nafas sehingga memudahkan virus dan bakteri masuk, ISPA bawah atau pneumonia, TBC, asma, dan pada jangka panjang bisa menurunkan fungsi paru.

"Untuk jangka panjang, fungsi paru bisa menurun sehingga tidak bisa maksimal menghirup oksigen, siap-siap penyakit kronis bisa timbul. Pada anak yang asma menjadi lebih berat. Pada bayi, akan kurus atau kecil berat lahir, bisa prematur,"pungkas dia. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat