visitaaponce.com

Literasi Digital Tumbukan Budaya Bijak Bersosial Media

Literasi Digital Tumbukan Budaya Bijak Bersosial Media
Ilustrasi(Feepik)

LITERASI digital pada anak muda bisa menyadarkan bahwa dalam berada dalam ruang digital membutuhkan kecakapan, kesadaran, dan kebaikan sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.

Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Bonifasius Wahyu Pudjianto mengatakan teknologi memudahkan orang maupun komunitas dalam menghadapi masalah. Seperti ketika pandemi covid-19 yang membatasi komunikasi, namun dengan teknologi mampu berkomunikasi dengan baik.

"Tentu ini sangat memberikan manfaat tetapi juga tantangan terutama saat memasuki era digital yang sangat cepat. Teknologi bukan hanya diadposi tapi bagaimana memberikan nilai tambah," kata Bonifasius dalam literasi digital dari Kominfo dan Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Hotel Paragon, Jakarta, Sabtu (16/9).

Baca juga : Kemenkominfo dan KWI Gelar Literasi Digital untuk Pemuda Katolik di Surabaya

Ada banyak cara memanfaatkan teknologi atau media sosial seperti dari usaha ekonomi entrepeuner, memaksialkan pelayanan kesehata dan pendidikan, hingga melakukan aktivitas kreatif yang menjadi nilai tambah dan pendapatan bagi anak muda.

Baca juga : Dukung Literasi Digital, Talenta Kenalkan Cloud Computing ke Kampus

"Peran kita bersosial media agar bisa berisi konten positif agar membangun usaha dan literasi digital. Kita belajar teknologi digital perlu kehati-hatian. Beberapa poin agar bijak bermedia sosial seperti bagaimana memahami teknologi digital atau digital skill, kemudian keamanan digital, karena banyak sekali dari ruang digital atau berbagai tindakan yang tidak sesuai," ujar dia.

Kemudian budaya digital dan etika digital, bagaimana mengisi ruang digital dengan nilai luhur dan berisi konten positif sesuai tata krama Indonesia. Karena sering kali seseorang berbeda di dunia maya padahal sama dengan di ruang fisik kemudian perbanyak konten positif.

Sekretaris Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Frans Kristi Adi Prasetyo mengatakan media sosial memiliki dampak positif dan negatif yang harus bisa dikendalikan oleh penggunanya.

"Internet merupakan ciri modern saat ini yang sangat akrab. Internet memberikan pengaruh positif seperti memberikan kemudahan dan menjadi sarana dialog pertukaran informasi. Adapun negatifnya seperti orang muda mengalami kesepian, eksploitasi, ada risiko seperti memburuknya komunikasi, cyber bullying, berita palsu yang berakibat prasangka dan kebencian," ujar dia.

"Sehingga literasi digital diselenggerakan sebagai bentuk cerdas dan bijak bermedia sosial dengan begitu media sosial bisa mewartakan hal positif," tambahnya.

Di kesempatan yang sama Direktur PT Direktur Utama Media Indonesia Gaudensius Suhardi mengibaratkan media sosial sebagai pisau yang bisa bermanfaat dan juga bisa memunculkan hal negatif. Sehingga itu merupakan pilihan bijak dari penggunanya. Internet mengenalkan pada anak muda bisa berbuat baik atau jahat pada diri sendiri maupun orang lain.

"Ketika menyampaikan pendapat itu bagian dari demokrasi, karena itu dunia digital bisa lebih baik atau lebih buruk. Kemudian etika bermedia sosial terkadang tanpa sadar mengumbar semua yang ada di diri kita, sehingga data pribadi kita juga mudah tersebar dalam komunikasi," kata Gaudensius.

Supaya bisa menulis dengan baik maka perlu kecakapan bagaimana menulis dengan bahasa yang baik. Dan ketika memasuki tahun politik informasi seperti hutan belantara sehingga jangan mudah percaya," ujar dia. (Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat