Berhubungan Intim yang Dipaksakan Ternyata Mempengaruhi Kualitas Sperma
![Berhubungan Intim yang Dipaksakan Ternyata Mempengaruhi Kualitas Sperma](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/52804ae2e4fade5257d3b80032ea77e3.jpg)
PAKAR Obstetri dan Ginekologi dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Beeleonie mengatakan berhubungan intim yang dipaksakan bisa mempengaruhi kualitas sperma sehingga kegiatan tersebut tidak disarankan bagi para pasangan.
"Frekuensi berhubungan yang disarankan itu setiap dua hingga tiga hari sekali. Berhubungan itu jangan dipaksa, misalkan banyak perempuan merasa waktu subur harus berhubungan padahal hal demikian bisa pengaruhi kualitas sperma," ujar Beeleonie, Sabtu (7/10).
Beeleonie merujuk sebuah studi menuturkan kualitas sperma seorang pria bisa sangat berbeda bila dia diminta mengeluarkannya dalam kondisi rileks dan suasana menyenangkan ketimbang dalam situasi lain.
"Ternyata kualitas sperma dari pria yang sama itu bisa berbeda. Jadi, sebenarnya tidak baik memaksa berhubungan di waktu yang kita pikir adalah masa subur," tutur dia.
Dia lalu membahas mengenai posisi saat berhubungan intim yang ternyata tidak menentukan peluang pembuahan, melainkan hanya sensasi yang ingin dicapai pasangan suami istri.
Menurut Beeleonie, asalkan sperma dalam kualitas baik mampu mencapai sel telur, maka ada kemungkinan terjadi kehamilan.
"Enggak perlu miring kiri miring kanan, nungging depan belakang, itu sama sekali enggak berpengaruh," kata dokter spesialis lulusan Universitas Indonesia itu.
Sebelumnya, terkait kehamilan, Kementerian Kesehatan mengingatkan pasangan suami istri tentang pentingnya perencanaan, salah satunya agar perempuan dapat menjalani kehamilan dan persalinan aman, sehingga ibu sehat, dan melahirkan bayi sehat dan dapat tumbuh berkembang menjadi anak yang berkualitas.
Perencanaan kehamilan juga bermanfaat untuk mendeteksi risiko atau masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu dan janin sedini mungkin.
Menurut Kementerian Kesehatan, beberapa hal harus diperhatikan sebelum merencanakan kehamilan, seperti kesehatan fisik dan mental dalam kondisi layak untuk hamil seperti usia (20-35 tahun), jarak kehamilan 2 tahun, jumlah anak kurang dari 3, serta tanpa penyakit penyerta.
Selain itu, status gizi baik serta kesiapan mental menjadi orangtua yang bertanggung jawab agar keluarga terhindar dari tindak kekerasan dalam rumah tangga juga hal penting yang perlu diperhatikan oleh pasangan sebelum memiliki anak.
Pasangan juga harus mudah mencapai dan mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, kesiapan keuangan (terpenuhinya kebutuhan dasar, memiliki jaminan kesehatan, dan kebutuhan transportasi ke fasilitas pelayanan kesehatan) serta dukungan suami, keluarga dan lingkungan masyarakat. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Bersih-bersih Sebelum ML Cegah Infeksi pada Kandungan
Tips untuk Menjaga Keharmonisan Hubungan Setelah Punya Anak
Panduan untuk Membangun Hubungan yang Kuat Setelah Perceraian
Viral! Pasangan Muda Berbuat Asusila Terekam CCTV di Kafe Bojongsari Depok
Lakukan Inovasi, Sutra Luncurkan Kondom Lateks Super Tipis di Indonesia
Ungkapkan Cinta dengan Berbagai Kegiatan Seru di Hari Valentine
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap