visitaaponce.com

Simak Berikut Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam dan Tujuan Didirikan

Simak! Berikut Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam dan Tujuan Didirikan
Sejarah berdirinya HMI(Ist)

HIMPUNAN Mahasiswa Islam (HMI) adalah sebuah organisasi keislaman independen yang masih aktif dan berkembang di universitas-universitas di Indonesia hingga hari ini. Berdirinya HMI terjadi di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H atau 5 Februari 1947 oleh M. Lafran Pane dan 14 mahasiswa Sekolah Tinggi Islam, yang sekarang dikenal sebagai Universitas Islam Indonesia, menjadi pelopor dalam pembentukan HMI.

Lafran Pane, bersama dengan rekan-rekannya, mengusulkan pendirian HMI dengan maksud memberikan wadah bagi mahasiswa Muslim untuk berkomunikasi dan berorganisasi. Lafran Pane lahir di kampung Pangurabaan, Kecamatan Sipirok, sekitar 38 KM ke utara dari Padang Sidempuan, Sumatera Utara, pada tanggal 5 Februari 1922.

Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

 

Ist

Sebelum terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), kondisi umat Islam di Indonesia mengalami kemunduran dalam berbagai aspek, terutama dari segi pemikiran dan penghayatan agama. Hal ini mendorong Lafran Pane, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI), yang kini dikenal sebagai Universitas Islam Indonesia (UII), untuk memprakarsai pembentukan HMI.

Baca juga: Badko HMI Ajak Mahasiswa dan Pemuda Kampanyekan Pemilu Aman dan Sejuk

Lafran Pane, pada saat itu berusia 25 tahun dan masih duduk di tingkat pertama, merasa perlu melakukan gerakan pembaharuan di kalangan mahasiswa Islam. Dari era sebelum terbentuknya HMI hingga masa reformasi sekarang, HMI telah mengalami berbagai fase perkembangan, tetapi tetap mempertahankan syariat organisasinya yang nasionalis dan berlandaskan Islam.

Mahasiswa dan kaum intelektual saat ini, terutama yang tergabung dalam HMI, dituntut untuk memiliki sikap berani, kritis, adil, jujur, serta selalu berpikir secara obyektif dan rasional. Independensi HMI menuntut para kader untuk memiliki kualitas yang tinggi, sebagai modal untuk berperan aktif dalam masa kini dan mendatang. Mengetahui sejarah terbentuknya HMI menjadi penting karena membangkitkan semangat juang dan memperkuat eksistensi organisasi ini dalam menghadapi tantangan zaman.

Pada masa sebelum HMI berdiri, umat Islam Indonesia terjebak dalam cengkraman neo-kolonialisme Barat. Penjajah memperlakukan umat Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan menguntungkan kelompok mereka sendiri. Umat Islam Indonesia lebih memperhatikan kehidupan akhirat dengan menonjolkan simbolisme Islam dalam ibadah sebagai kompensasi atas ketidakberdayaan melawan penjajah.

Baca juga: Badko HMI Jabodetabeka-Banten Minta Cabut Izin Pembangunan Beach Club di Pantai Krakal Yogyakarta

Namun, pemahaman agama menjadi dangkal dan tidak kaffah karena terjadi penutupan pintu ijtihad, sehingga umat hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu, umat Islam Indonesia terpecah menjadi berbagai aliran atau firqah yang saling klaim kebenaran, menyebabkan kurangnya persatuan di kalangan umat Islam.

Kondisi perguruan tinggi dan mahasiswa Islam pada masa itu juga mencerminkan tantangan yang serius. Perguruan tinggi diarahkan pada sistem pendidikan barat yang cenderung sekuler dan kurang mendalami agama. Selain itu, organisasi kemahasiswaan yang berhaluan komunis menyebabkan aspirasi Islam kurang terakomodir. Mahasiswa Islam sulit bergerak karena sistem yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan harus menghadapi mahasiswa komunis yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman.

Berdirinya HMI pada saat itu menjadi sebuah kebutuhan mendesak di tengah kondisi tersebut. Organisasi kemahasiswaan yang ada, seperti Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), didominasi oleh partai sosialis yang tidak lagi mewakili aspirasi mahasiswa, terutama mahasiswa Islam. Hal ini mendorong para mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi mereka sendiri.

Lafran Pane, mahasiswa STI, memimpin inisiatif pembentukan HMI dengan mengumpulkan sejumlah mahasiswa Islam dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta. Setelah beberapa rapat yang tidak menghasilkan keputusan, Lafran Pane mengadakan pertemuan mendadak pada tanggal 5 Februari 1947, yang kemudian menjadi hari berdirinya HMI. Dalam pertemuan tersebut, Lafran Pane menegaskan pentingnya pembentukan organisasi mahasiswa Islam dan merumuskan tujuan-tujuan dari HMI.

Tujuan HMI adalah mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta menegakkan serta mengembangkan ajaran agama Islam. Susunan pengurus HMI pertama juga segera dibentuk untuk mengukuhkan eksistensi organisasi ini.

Sejak awal berdirinya, HMI telah memberikan kontribusi besar dalam pembangunan Indonesia. Dengan menjadi organisasi independen, HMI memberikan wadah bagi mahasiswa Islam untuk menyuarakan aspirasi mereka secara bebas tanpa terikat oleh kepentingan politik tertentu.

Pentingnya pembentukan HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam terpisah dari organisasi mahasiswa yang sudah ada, seperti PMY, menjadi penegasan bahwa aspirasi umat Islam tidak lagi bisa diabaikan. HMI menjadi suara bagi mahasiswa Islam yang ingin memperjuangkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sejarah HMI yang dimulai dari sebuah inisiatif kecil Lafran Pane telah tumbuh menjadi sebuah organisasi besar yang memiliki peran strategis dalam perjuangan umat Islam di Indonesia. Dengan memahami sejarah perjuangan HMI, generasi HMI saat ini diharapkan dapat meneruskan tongkat estafet perjuangan yang telah diletakkan oleh para pendahulu mereka.

Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam

Pendirian Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dilakukan dengan beberapa tujuan utama yang antara lain:

1. Memelihara integritas Negara Republik Indonesia serta meningkatkan martabat dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
2. Menegakkan dan memperluas pemahaman serta praktik ajaran agama Islam.
3. Menetapkan dasar-dasar organisasi Himpunan Mahasiswa Islam. Selain itu, akan dibuat peraturan internal lebih lanjut untuk mengatur tata tertib organisasi.
4. Membentuk struktur pengurus Himpunan Mahasiswa Islam untuk mengelola kegiatan dan program organisasi dengan efektif.

Gagasan HMI

Dilansir website hmifadakom, HMI memiliki gagasan yaitu penting bagi umat Islam untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan praktik agama mereka guna menyegarkan ajaran Islam. Tujuannya adalah agar umat Islam dapat memahami dan menerapkan ajaran Islam dengan benar dan utuh, karena kebenaran Islam dianggap sebagai pedoman sempurna untuk kehidupan yang membawa kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Umat Islam memiliki tugas suci untuk mengajak manusia menuju kebenaran Ilahi serta menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera secara material dan spiritual. Melalui gagasan pembaharuan dalam pemikiran Islam, diharapkan kesenjangan dan kekakuan dalam pemahaman dan praktik agama bisa diatasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Keterbelakangan dalam pemikiran umat Islam telah menyebabkan pemahaman agama yang kaku dan terbatas hanya pada aspek ibadah semata. Al-Qur'an sering kali hanya dianggap sebagai bahan bacaan, dan Islam tidak dianggap sebagai agama yang universal. Diharapkan gagasan pembaharuan dalam pemikiran Islam dapat membangkitkan umat Islam yang terlena oleh kejayaan masa lalu.

Selain itu, gagasan dan visi perjuangan sosial budaya menjadi perhatian utama HMI sejak awal berdiri. Indonesia, sebagai masyarakat yang kaya secara sosial budaya, memiliki keberagaman yang tak ternilai, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan perpecahan dalam negara. Tujuan awal HMI, termasuk dalam gagasan dan visi perjuangan sosial budaya, adalah:

1. Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan meningkatkan martabat rakyat Indonesia.
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.

Dari tujuan tersebut, terlihat bahwa HMI ingin menjadikan kehidupan sosial budaya sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk menjaga kemerdekaan yang baru saja diperoleh. Dalam upaya menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam, penting untuk memahami kondisi sosial budaya agar tidak terjadi konflik antarbudaya.

Perubahan dalam pemahaman masyarakat Muslim Indonesia yang saat ini hanya memandang Islam sebagai serangkaian ritual membutuhkan waktu dan proses yang panjang serta bertahap untuk diubah. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat