visitaaponce.com

Ramadan 1445 H, NU dan Muhammadiyah Bakal Berbeda Awal Puasa

Ramadan 1445 H, NU dan Muhammadiyah Bakal Berbeda Awal Puasa
Ilustrasi: sejumlah petugas Badan Hisab dan Rukyat (BRH) menggunakan teleskop saat pengamatan hilal di Pantai Utara(Antara)

NAHDLATUL Ulama dan Muhammadiyah diperkirakan akan mengawali Ramadan 1445 di hari yang berbeda. Berdasarkan penghitungan kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia Malaysia dan Singapura (MABIMS), yang menjadi acuan pemerintah menentukan Ramadan dan Idul Fitri, awal Ramadan tahun ini jatuh pada 12 Maret 2024. Sementara Muhammadiyah sudah jauh-jauh hari mengumumkan bahwa awal Ramadan jatuh pada 11 Maret 2024.

"Jadi kita diprediksi akan berbeda di awal Ramadhan, karenanya sikap kita untuk bisa saling menghormati, saling menghargai bahwa yang mempunyai keyakinan terkait awal Ramadhan kapan dan kapannya itu adalah kita masing-masing. Sehingga kata-kata yang justru menyinggung perasaan orang lain, menyinggung keyakinan orang lain, kami berharap itu bisa ditahan agar awal Ramadhan ini kita bisa menjalankan dengan sebaik-baiknya," kata Kasubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama Ismail Fahmi di kantor BRIN, Jakarta Pusat, Jumat (8/3).

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengungkapkan, dalam perhitungan MABIMS, kriteria terlihatnya hilal ialah tinggi minimal 3 derajat dan elongasi atau jarak pisah antara bulan dan matahari 6,4 derajat. Sementara, yang memenuhi kriteria tersebut baru di Benua Amerika, dan belum di Asia Tenggara.

Baca juga : Kapan Puasa 2024 Dimulai? Ini yang Harus Kamu Ketahui

“Sehingga kemungkinan besar hasil rukyat pun pada tanggal 10 tidak ada yang berhasil. Sehingga diprakirakan, walaupun secara hisab sudah bisa dipastikan, itu pada tanggal 10 saat maghrib tidak ada hilal yang terlihat dan belum memenuhi kriteria visibilitas hilal, sehingga awal Ramadhan jatuh pada tanggal 12 Maret 2024,” kata Thomas.

Namun, kata dia, ada pihak atau ormas yang menggunakan kriteria berbeda, yakni Wujudul Hilal. Berdasarkan perhitungan tersebut, diketahui bahwa posisi bulan pada 10 Maret sudah berada di atas ufuk.

“Di Jakarta posisi bulan tingginya 0,7 derajat dan elongasinya sudah di atas ufuk juga tapi masih kurang dari 6,4 derajat, sehingga ada ormas yang memutuskan bahwa besoknya tanggal 11 sudah masuk 1 Ramadan,” ucap Thomas.

Baca juga : Muhamadiyah Tetapkan 11 Maret Awal Ramadhan, NU: Tunggu Hilal Terlihat

Di samping itu, berdasarkan perhitungan MABIMS untuk Idul Fitri, diketahui bahwa posisi bulan di wilayah Indonesia sudah cukup tinggi, lebih dari 6 derajat dan elongasinya sudah sekitar 8 derajat. Dengan demikian, perhitungan tersebut sudah memenuhi kriteria MABIMS.

“Dengan memenuhi kriteria tersebut, kemungkinan terjadinya rukyat pada 30 Ramadhan atau tanggal 9 April 2024, kemungkinan besar akan berhasil. Dan ada saksi, sehingga sidang isbat 9 April Insya Allah akan diputuskan bahwa Idul Fitri jatuhnya tanggal 10. Itu sama dengan penghitungan Wujudul Hilal yang sudah dilakukan salah satu ormas, sehingga nanti Idul Fitrinya seragam,” pugkas Thomas.

Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti mengungkapkan, Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024.

Baca juga : Awal Ramadan NU dan Muhammadiyah Bisa Sama 23 Maret 2023

”Keputusan ini diambil berdasarkan perhitungan yang cermat dan kriteria yang telah ditetapkan untuk menentukan kedatangan bulan Ramadhan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah,” beber Sayuti.

Berdasarkan perhitungan, pada hari Ahad Legi, 29 Syakban 1445 H atau bertepatan dengan 10 Maret 2024 M, ijtimak jelang Ramadan 1445 H terjadi pukul 16:07:42 WIB. Hal ini berarti, pada hari yang sama, di wilayah Indonesia, Bulan tampak di atas ufuk saat matahari terbenam, kecuali di Wilayah Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.

Lalu, tanggal 1 Syawal 1445 H jatuh pada hari Rabu Pahing, 10 April 2024 M. Keputusan ini diumumkan berdasarkan perhitungan cermat yang mengikuti kriteria Wujudul Hilal dan menegaskan kedatangan bulan Syawal sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Adapun, perhitungan tersebut berdasarkan pada hari Senin Kliwon, 29 Ramadan 1445 H, yang bertepatan dengan 8 April 2024 M, ijtimak jelang Syawal belum terjadi. Situasi berubah pada hari Selasa Legi, 30 Ramadan 1445 H, yang bertepatan dengan 9 April 2024 M, di mana ijtimak jelang Syawal 1445 H akhirnya terjadi pada pukul 01:23:10 WIB.

Pada saat matahari terbenam tanggal 9 April 2024 M di Yogyakarta (( = -07( 48( LS dan ( = 110( 21( BT, tinggi Bulan mencapai +06( 08( 28( (hilal sudah wujud). Di seluruh wilayah Indonesia, Bulan tampak di atas ufuk saat matahari terbenam, menandakan awal bulan Syawal. (Ata/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat