visitaaponce.com

Cegah Mers, Jemaah Haji Indonesia Diminta Hindari Kontak dengan Unta

Cegah Mers, Jemaah Haji Indonesia Diminta Hindari Kontak dengan Unta
Kloter Pertama Calon Jamaah Haji Jawa Timur Diberangkatkan Lewat Bandara Juanda(MI/Heri Susetyo)

PENULARAN Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome/MERS) meningkat. Jemaah haji Indonesia diminta untuk hindari kontak atau konsumsi daging unta selama penyelenggaraan haji.

"Jangan sering jalan-jalan di sana, ke pasar cari oleh-oleh, apalagi kalau jalan-jalannya ke peternakan unta. Fokuslah dengan ibadahnya," kata Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Farchanny, Jumat (17/5).

"Kemudian hindari mengonsumsi produk-produk unta secara mentah. Susu unta banyak di sana. Boleh minum susu, tapi harus sudah dimasak. Makan daging unta, sate unta ya boleh, tapi sudah dimasak dengan matang," tambahnya.

Baca juga : Jemaah Haji Diingatkan Tetap Waspada Kasus Mers di Arab Saudi

Jika terlanjur berkontak dengan unta, misalnya berfoto naik unta dan bersentuhan langsung dengan badan unta, segera bersihkan tangan dengan penyanitasi tangan atau cuci tangan pakai sabun.

Farchanny mengimbau agar para jemaah haji senantiasa melakukan pencegahan. Pertama, selalu memakai masker ketika berada di tempat-tempat keramaian. Kemudian selalu menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terutama cuci tangan pakai sabun atau memakai penyanitasi tangan (hand sanitizer).

"Selain itu, tetap jaga kondisi fisik, karena ibadah haji, ibadah fisik di sana. Jangan lupa istirahat yang cukup, jangan diforsir untuk jalan-jalan. MERS-CoV itu virus, kalau daya tahan tubuh kita bagus, potensi penularannya akan kecil," ujar dia.

Oleh karena itu jemaah haji Indonesia perlu mewaspadai penularan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome/MERS), yang disebabkan oleh MERS-CoV. MERS-CoV telah diidentifikasi dan dikaitkan dengan infeksi manusia dari unta tunggangan di beberapa negara Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan.

Sebagian besar kasus konfirmasi MERS mengalami sindrom saluran pernapasan akut yang berat. Gejala awal yang paling sering ditemukan, yaitu demam, batuk, dan sesak napas. Beberapa kasus juga bergejala diare dan mual atau muntah. Selain itu, komplikasi parah yang terjadi dapat berupa pneumonia dan gagal ginjal. (Iam/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat