visitaaponce.com

Salim Said di Mata Para Sahabat, Teladan untuk Generasi Muda

Salim Said di Mata Para Sahabat, Teladan untuk Generasi Muda
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, HM. Jusuf Kalla (JK) mengenang Salim Said(dok. Panitia “Doa dan Kenangan Sahabat untuk almarhum Salim Haji Said” )

SEJUMLAH sahabat mengenang tokoh pers dan perfilman Salim Said yang meninggal pada Sabtu (18/5) lalu. 

Akademisi keturunan Bugis, Sulawesi Selatan.dinilai memiliki intelektualisme dan keilmuan untuk menyadarkan, akan tetapi tetap kritis. Negara membutuhkan orang yang kritis seperti Salim Said.

Hal itu disampaikan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, HM. Jusuf Kalla (JK) dalam acara “Doa dan Kenangan Sahabat untuk almarhum Salim Haji Said” di Kampus Universitas Paramadina, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (21/5).

Baca juga : Sahabat Salim Said: Kesadaran Intelektual Plus Politik

Acara yang diselenggarakan atas kerjasama Universitas Paramadina bersama Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Islam Indonesia (UII), dan Institut Peradaban. Hadir mewakili keluarga putri almarhum, Rohannisa Naja Safitri. 

“Saya kenal beliau sebagai seniman, beliau ini lahir di Pare Pare yang jaraknya 150 km dari Makassar. Kami sering berdiskusi, tentang negara, pertahanan atau terkadang tentang permasalahan daerah juga.” Kenang JK dalam keterangan tertulis yang diterima Rabu (22/5).

Didik J. Rachbini, Rektor Universitas Paramadina juga mengenang kedekatan Salim Said. “Kedekatan ide yang saya renungkan sampai tidur. Pesannya pemikiran Nurcholish Madjid harus diungkap secara dalam, perdebatan jaman dulu Islam Yes, Partai Islam No membebaskan kita semua masyarakat muslim tidak dipaksakan untuk memilih partai dengan simbol Islam, pemikiran inilah yang harus dikembangkan. Itulah terakhir yang saya dapatkan dari beliau," kata Didik. 

Baca juga : Tokoh Pers dan Perfilman Nasional Salim Said Meninggal Dunia

Rektor UMM Nazaruddin Malik mengungkapkan pentingnya apresiasi terhadap tokoh-tokoh bangsa. Salim Said mengajar di UMM dari tahun 2000-an, tetapi baru tahun 2005 beliau dikukuhkan sebagai guru besar. 

"Jadi walaupun rekognisinya dari masyarakat, seringkali diundang untuk memberikan kuliah terbatas pada dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UMM sehingga Salim Said sangat dikenal masyarakat UMM.”  ujarnya. 

Rektor UII Fathul Wahid menceritakan proses hibah dari koleksi perpustakaan pribadi Salim Said untuk UII.   

Baca juga : Sinar Mas Land Kembangkan Budaya Literasi Siswa, Akademisi, Masyarakat Tangsel

“Akhir tahun 2020, beliau menjadi tamu podcast dari Helmy Yahya, di situ beliau mengatakan akan menghibahkan 10.000 buku dari koleksi pribadinya.  Saya menghubungi Prof. Didik J. Rachbini dan alm. Prof. Azyumardi Azra dan alhamdulillah dapat. Pada Desember 2020, di situ mengobrol lebih dari setengah jam dan akhirnya sepakat untuk memilih UII sebagai tempat koleksi pribadinya 10.000 buku dan koleksi yang lain.” terang Wahid. 

Agus Abu Bakar pengurus Institut Peradaban mengenang Salim Said sebagai sosok yang memiliki concern “Beliau juga sangat peduli dengan masalah Palestina, terakhir beliau berpesan khusus untuk membuat seminar dan mencari solusi tentang masalah ini. Semoga Institut Peradaban dapat mewujudkan pesan terakhir almarhum.”

Sementara Meutia Hatta memaparkan bahwa Salim Said sebagai sosok teladan “Saya menghormati beliau, menghargainya sebagai intelektual dan juga tokoh, dengan pengalaman hidupnya yang kaya di bidang seni dan wartawan. Saya harapkan pengalaman hidupnya ditiru dan menjadi teladan oleh yang muda-muda terutama yang ingin menjadi pemimpin di masa depan.” pungkasnya.

Salim Said meninggal di RS Cipto Mangunkusumo pada Sabtu (18/5) sekitar pukul 19.33 WIB. Jenazah Salim Said lalu dimakamkan di TPU Tanah Kusir pada Miggu (19/5). (P-5)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat