visitaaponce.com

Ukraina Berikan Pesan Mundur dari Mauripol untuk Menang

Ukraina Berikan Pesan Mundur dari Mauripol untuk Menang
Prajurit Rusia berpatroli di bagian yang hancur dari pabrik besi dan baja Ilyich di kota pelabuhan Mariupol Ukraina pada 18 Mei 2022.(AFP/Olga Maltseva.)

KEJATUHAN kota Mauripol usai pertempuran sengit pabrik baja Azovstal bukan merupakan sebagian kekalahan Ukraina. Sebaliknya, justri itu merupakan pesan perang berdurasi panjang yang melelahkan bagi Rusia.

Menurut pengamat komunikasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Algooth Putranto, strategi mundur untuk menang bukan pertama kali terjadi. Bahkan ini pun menjadi upaya Indonesia menaklukkan keunggulan penjajah Belanda yang membonceng Sekutu.

"Pertempuran sengit pabrik baja Azovstal di Mauripol jauh lebih sengit dari perebutan Gedung Sate di Bandung yang terjadi 3 Desember 1945. Pihak pejuang Merah Putih yang terdiri dari 40 pegawai Pekerjaan Umum kalah total, tetapi peristiwa ini berujung pada peristiwa Bandung Lautan Api," tuturnya.

Dia mengingatkan perebutan Gedung Sate yang kemudian dikenang sebagai Hari Bakti PU merupakan sebagian dari peristiwa heroik yang berujung pada peristiwa Bandung Lautan Api pada 23 Maret 1946. Saat itu ratusan ribu penduduk, milisi dan tentara di Bandung Selatan secara bersama melakukan bumi hangus untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda dapat menggunakan kota Bandung sebagai lokasi strategis militer.  

"Strategi yang diambil Ukraina di Mauripol serupa dengan Indonesia yang sadar kalah senjata. Namun secara komunikasi justru memberikan pesan kuat Ukraina tak kehilangan semangat dan sedang mempersiapkan diri untuk melancarkan pertempuran lebih hebat," tuturnya.

Pesan simbolik yang muncul dari kekalahan Ukraina di Mauripol bukan wajah para pejuang garnisun Mariupol yang putus asa dan lelah karena menyerah. Sebaliknya itu justru wajah-wajah yang memperlihatkan mata penuh optimisme. 

Sedikitnya 250 pejuang Ukraina menyerah kepada pasukan Rusia di pabrik baja Azovstal di Mariupol setelah berminggu-minggu melakukan perlawanan sengit demi mempertahankan wilayahnya. Ini serupa semangat pejuang Indonesia melawan penjajahan. Narasi simbolik ini tersebar melalui berbagai saluran komunikasi sehingga menarik perhatian sesama rekan mereka di front pertempuran lain maupun masyarakat dan mematik atensi yang lebih luas.

Baca juga: Pembunuhan Kolonel IRGC, Pesan Israel terkait Suriah dan Perjanjian Nuklir?

Salah satu wujud perhatian masyarakat lebih luas yaitu keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak awal menentang aksi invasi Rusia, sehingga turun langsung mengusahakan pembebasan para prajurit Ukraina tersebut. Keberpihakan masyarakat dunia menjadi tekanan berat secara strategis bagi Rusia yang masih terus memaksakan diri melakukan upaya invasi berkedok operasi militer khusus yang dilakukan sejak 24 Februari 2022.

"Stagnasi pertempuran di Ukraina yang seharusnya menjadi kampanye supremasi kekuatan Rusia oleh Presiden Putin justru menjadi hal memalukan bagi bangsa yang setiap 12 Juni merayakan hari jadi lepas dari Tirai Besi Uni Sovyet tersebut," urainya. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat