Waktunya untuk Perdamaian Di Sudan
SEORANG utusan utama dari Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) Sudan Senin (25/7) menyatakan "waktunya untuk perdamaian" di Sudan dan wilayah Darfur, meskipun perang RSF dengan pasukan reguler Sudan telah berlangsung selama 100 hari.
Perwakilan RSF, Youssef Ezzat, mengeluarkan pernyataan tersebut di negara Afrika Barat, Togo. Di mana dia menghadiri pembicaraan yang bertujuan untuk mencegah wilayah Darfur Sudan semakin terperosok dalam perang.
Konflik Sudan pecah di ibukota Khartoum pada 15 April dan menyebar ke Darfur. Setidaknya 3.000 orang tewas di seluruh Sudan dan ratusan ribu orang mengungsi.
Baca juga: Belasan Warga Sipil Sudan Tewas dalam Pertempuran di Darfur
Konflik ini mempertemukan kepala angkatan darat Abdel Fattah al-Burhan dengan mantan deputinya, Mohamed Hamdan Daglo, komandan pasukan paramiliter RSF.
"Kami bersedia untuk berpartisipasi dalam segala jenis pertemuan untuk perdamaian dan menyatukan orang-orang, serta menghentikan perang di Darfur dan Sudan," kata Ezzat kepada AFP di sela-sela pembicaraan di Lome.
Baca juga: Rusia Lumpuhkan Dua Drone Ukraina di Moskow
"Jadi, ini saatnya mengakhiri perang, memulai masa depan baru bagi rakyat Sudan, perdamaian, pembangunan, kesetaraan. Itulah yang kami cari dan saya pikir sudah waktunya bagi perdamaian di Sudan."
Awal tahun 2000, Darfur telah mengalami perang berdarah. Kondisinya memburuk setelah mengalami beberapa kekerasan terburuk dalam konflik baru ini. Nouri Abdalla, dari faksi pemberontak utama Darfur, mengatakan pembicaraan di Togo bertujuan untuk menciptakan rencana kerja untuk menghentikan kekerasan di Darfur dan sekitarnya.
"Saat ini berada dalam keadaan kacau tetapi belum berubah menjadi perang saudara yang sepenuhnya. Itulah yang ingin kami cegah," kata Abdalla.
"Karena itulah kami menyusun rencana kerja dan rencana tindakan, di mana kami dapat mengikuti dan bekerja dengan pemimpin-pemimpin masyarakat lain, pemimpin-pemimpin lain di dalam Darfur, bahkan di Sudan itu sendiri."
Abdalla mengatakan pertemuan di Lome juga membahas cara-cara untuk membuka kembali bandara El-Geneina di Darfur yang berada di bawah kendali RSF, untuk mengakomodasi bantuan kemanusiaan.
Pembicaraan di Togo dilakukan setelah para pembela hak asasi manusia di Darfur menuduh RSF dan milisi Arab sekutunya atas dugaan kejahatan keji di wilayah kekuatan mereka, termasuk pemerkosaan, penjarahan, dan pembantaian etnis minoritas.
Pengadilan Kriminal Internasional telah membuka penyelidikan baru terhadap dugaan kejahatan perang di Darfur, seperti yang dikatakan oleh jaksa utamanya, Karim Khan, awal bulan ini. (AFP/Z-3)
Terkini Lainnya
Sudan Minta Pertemuan Darurat PBB Terkait 'Agresi' UAE
25 Tewas di Kota Darfur saat Perang Meluas
Indonesia Kembali Kirim Bantuan untuk Pengungsi Palestina di Mesir & Konflik Sudan
7 Tewas Dalam Serangan Drone di Kota Kunci Timur Laut Sudan
Pemerintah Akan Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Sudan dan Pengungsi Palestina di Mesir
Baznas RI Siapkan Bantuan Kemanusiaan Rp2 Miliar untuk Sudan
Rusia Terbuka Bahas Perdamaian dengan Ukraina
Pertemuan Puncak di Swiss Gagal Capai Kesepakatan Bersama Terkait Perang di Ukraina
Ukraina Menolak Usulan Perdamaian dengan Rusia
Putin Berikan Syarat Perundingan Perdamaian dengan Ukraina
Konflik Palestina-Israel: Menanti Keajaiban selain Hukum Internasional
Benjamin Netanyahu: Syarat Mengakhiri Perang di Gaza Belum Berubah
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap