visitaaponce.com

Jerman Tangkap 200 Orang di Acara Diaspora Eritrea

Jerman Tangkap 200 Orang di Acara Diaspora Eritrea
Ilustrasi - Lebih dari 200 pendukung oposisi Eritrea ditangkap Kepolisian Jerman.(AFP)

SEDIKITNYA 26 petugas polisi terluka dalam kerusuhan yang terjadi antara pendukung dan penentang pemerintah Eritrea. Lebih dari 200 pendukung oposisi Eritrea ditangkap.

Bentrokan itu terjadi pada Sabtu (16/9), saat festival budaya yang diselenggarakan oleh pendukung Presiden Eritrea Isaias Afwerki di kota selatan Stuttgart. Itu memicu kecaman dari Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser. “Konflik asing tidak boleh dilakukan di negara kami,” katanya.

Sebanyak 200 pengunjuk rasa mulai melemparkan batu, botol, dan barang-barang lainnya ke arah petugas polisi dan peserta pertemuan pro-Isaias. Empat peserta dan dua pendukung oposisi juga termasuk di antara korban luka.

Baca juga: Khartoum Tengah Terbakar saat Perang Berkecamuk di Sudan

Hampir 300 personel penegak hukum yang dikerahkan ke lokasi kejadian terjebak dalam kekerasan antara dua kelompok yang berlawanan itu, kata Wakil Komisaris Polisi di Stuttgart Carsten Hofle.

“Intensitas maupun tingkat kekerasan tidak diperkirakan sebelumnya,” katanya.

Baca juga: Sasar Startup Jerman, Living Lab Ventures Gandeng IHK Berlin

Acara tersebut menampilkan 90 pendukung pemerintah Eritrea berhadapan dengan beberapa ratus pendukung oposisi yang menolak pergi ke lokasi yang ditunjuk oleh pihak berwenang untuk mengadakan protes.

Ditambahkannya, petugas diserang dengan tongkat pemukul, paku, batang logam, botol dan batu. Protes ini adalah yang terbaru dalam serangkaian kerusuhan seputar acara kebudayaan Eritrea di Jerman dan tempat lain.

Pada Juli, bentrokan di sebuah festival Eritrea di kota Giessen, Jerman barat, menyebabkan 22 petugas polisi terluka. Perkelahian antara pendukung dan penentang pemerintah Eritrea di kota Tel Aviv, Israel, pada awal September menyebabkan salah satu konfrontasi jalanan paling kejam di antara pencari suaka dan migran Afrika dalam sejarah kota tersebut.

Puluhan ribu orang telah meninggalkan Eritrea ke Eropa, banyak yang menyatakan bahwa mereka dianiaya oleh pemerintahan represif Isaias.

Konflik seputar pertemuan seperti yang terjadi pada hari Sabtu menyoroti perpecahan yang mendalam di antara diaspora Eritrea, mereka yang tetap dekat dengan pemerintah dan mereka yang melarikan diri untuk tinggal di pengasingan dan sangat menentang Isaias.

Eritrea memisahkan diri dari Ethiopia pada Mei 1991 dan secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan pada Mei 1993. Negara ini dipimpin oleh Isaias, yang dikenal dengan pemerintahan tangan besinya.

Negara Afrika Timur itu sering dijuluki Korea Utara di benua itu, telah dijatuhi sanksi karena ikut campur dalam konflik regional, termasuk yang terbaru atas pelanggaran yang dilakukan tentaranya dalam perang Tigray di Ethiopia.

(Aljazeera/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat