visitaaponce.com

100 Orang Terluka Usai Bentrokan Warga Eritrea di Israel

100 Orang Terluka Usai Bentrokan Warga Eritrea di Israel
Bentrokan pendukung dan pengkritik pemerintah Eritrea di Tel Aviv, Israel, 2 September 2023.(AFP/JACK GUEZ )

PENDUKUNG dan pengkritik pemerintah Eritrea terlibat bentrokan di Tel Aviv, Israel. Lebih dari 100 orang terluka dalam bentrokan ini. Insiden ini pecah Sabtu (2/9), setelah ratusan warga Eritrea yang kritis terhadap pemerintah mereka mendekati tempat acara pro-pemerintah.

Massa anti-pemerintah Eritrea menerobos penghalang polisi dan memecahkan jendela polisi dan mobil lain serta jendela toko-toko di dekatnya.

Mereka juga dapat memasuki lokasi di dekat kedutaan Eritrea dan menghancurkan kursi dan meja. Magen David Adom, layanan medis darurat Israel, mengatakan pihaknya merawat 114 orang, delapan di antaranya berada dalam kondisi serius.

Baca juga : Menteri Luar Negeri Libia Diberhentikan karena Berbicara dengan Rekan Sejawat Israel

Rekaman di media sosial menunjukkan pendukung pemerintah Eritrea memukuli pengunjuk rasa anti-pemerintah dengan pentungan. Wartawan Reuters melihat pria dengan luka di kepala dan lengan berlumuran darah, beberapa di antaranya tergeletak di taman bermain anak-anak.

Paul Brennan dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Yerusalem Timur yang diduduki Israel, mengatakan polisi tidak mengantisipasi intensitas kekerasan yang terjadi.

Baca juga : 26 Polisi Jerman Terluka akibat Kerusuhan di Festival Budaya Eritrea

Para demonstran mampu menerobos penghalang dengan cukup cepat. Polisi harus membalas dengan gas air mata dan granat setrum. Terjadi baku hantam antara pengunjuk rasa dan polisi yang menggunakan peralatan anti huru hara.

“Setidaknya 30 petugas polisi terluka dalam bentrokan itu,” kata Brennan, seraya menambahkan bahwa ada pertanyaan apakah polisi bisa merespons dengan lebih baik.

Polisi mengatakan mereka menangkap 39 tersangka yang menyerang polisi dan melemparkan batu ke petugas. Beberapa dari mereka membawa senjata, gas air mata, dan pistol setrum listrik.

Polisi menambahkan bahwa mereka memperkuat personel mereka di daerah tersebut karena pertempuran antara warga Eritrea dan polisi serta antara pendukung dan penentang pemerintah Eritrea dilaporkan terus berlanjut di tempat lain di selatan Tel Aviv.

Presiden Isaias Afwerki, 77, telah memerintah Eritrea sejak memperoleh kemerdekaan pada tahun 1991. Asmara tidak pernah mengadakan pemilihan umum. Partai politik dilarang, kebebasan berekspresi dan pers sangat dibatasi .

Tidak ada parlemen, pengadilan independen, atau organisasi masyarakat sipil. Selain itu, terdapat wajib militer yang ketat dan sistem kerja paksa, sehingga banyak warga Eritrea yang melarikan diri ke luar negeri.

Para pengunjuk rasa anti-pemerintah sebelumnya meminta polisi untuk membatalkan acara pro-pemerintah yang diselenggarakan oleh kedutaan Eritrea, yang mereka tuduh berusaha memantau dan melacak mereka.

“Ada perpecahan yang mencolok di antara hampir 20 ribu warga Eritrea yang tinggal di Israel. Para kritikus rezim menggambarkannya sebagai Korea Utara di Afrika,” kata koresponden Al Jazeera.

Pada 2019, seorang pendukung pro-presiden ditikam dan dipukuli hingga tewas di Tel Aviv oleh tiga orang yang menentang presiden. (Aljazeera/Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat