visitaaponce.com

Banyak Perusahaan di Asia belum Fokus dengan Target Sustainability

Banyak Perusahaan di Asia belum Fokus dengan Target Sustainability
Ilustrasi gedung-gedung perkantoran.(MI/FRASISCO CAROLLIO)

BERDASARKAN hasil survei yang dirilis oleh Schneider Electric, target sustainability sudah menjadi fokus utama banyak perusahaan di Indonesia. Namun, dari jajak pendapat itu diketahui bahwa dari 10 pemimpin perusahaan di Indonesia, hanya 4 yang memiliki strategi yang komprehensif.

Schneider Electric dalam Survei Sustainability Tahunan yang diselenggarakan di 9 negara di Asia, termasuk Indonesia, menemukan bahwa masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi.  Survei Sustainability dari Schneider Electric ini mewawancarai sekitar 4.500 pemimpin perusahaan di sembilan negara untuk mengumpulkan perspektif para pemimpin bisnis di kawasan Asia mengenai sustainability dan lingkungan. 

Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, pihaknya sangat senang dengan meningkatnya kesadaran dan komitmen di antara perusahaan-perusahaan di Asia termasuk Indonesia untuk menetapkan tujuan-tujuan sustainability.

“Bahkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat komitmen yang tinggi bersama dengan Filipina dan Thailand. Namun, temuan survei mengenai kesenjangan antara niat dan tindakan menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan,” ujar Roberto dalam keterangannya, Rabu (4/10).

Dikatakan Roberto, sangat penting bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk menerjemahkan aspirasi keberlanjutan mereka ke dalam tindakan nyata, mengatasi tantangan implementasi, dan menerapkan strategi jangka panjang.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga perlu menciptakan ekosistem yang mendorong akselerasi aksi sustainability dengan peraturan dan kebijakan yang memadai dan program insentif. 

“Seiring dengan kebutuhan mendesak akan sustainability, perusahaan dan pemerintah perlu mengambil aksi kolektif untuk mengambil peran kepemimpinan dalam mendorong perubahan, berkolaborasi, dan memanfaatkan solusi inovatif untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi kawasan dan planet kita," kata Roberto.

Roberto menambahkan, alasan utama pemimpin perusahaan di Indonesia melakukan investasi sustainability adalah inovasi dan daya saing (50%) dan peningkatan peluang bisnis (48%), dan manajemen risiko (40%). 

Peluang penghematan biaya dan pemenuhan kepatuhan atas regulasi pemerintah melengkapi lima faktor pendorong teratas yang dipertimbangkan perusahaan ketika membuat keputusan seputar strategi sustainability. Sebagian besar pemimpin bisnis di Indonesia mengatakan bahwa memberikan lebih banyak insentif lebih efektif daripada menerapkan hukuman untuk mendorong kepatuhan sektor swasta terhadap tujuan sustainability pemerintah. 

Di sisi lain, birokrasi peraturan dan kebijakan yang belum memadai menjadi tantangan utama yang membuat mereka menahan diri untuk berinvestasi lebih pada inisiatif sustainability.

Berbicara mengenai fokus utama dalam inisiatif sustainability-nya, pemimpin perusahaan di Indonesia menyebutkan kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja (34%), privasi dan keamanan data (31%), serta kesetaraan dan manajemen SDM (28%). 

Daur ulang dan manajemen sampah, serta krisis / kenaikan biaya energi juga menjadi perhatian para pemimpin perusahaan. Hanya saja isu perubahan iklim belum menjadi prioritas pemimpin perusahaan di Indonesia. Baru 41% yang menyatakan siap berkomitmen pada aksi iklim. Lebih dari 2/3 (60%) responden Indonesia meyakini bahwa swasta dan pemerintah memiliki peranan yang seimbang dalam mendorong upaya sustainability. Sebagian kecil lainnya percaya bahwa lembaga penelitian / pendidikan juga dapat berperan dalam pengembangan sustainability di Indonesia.

Waste Management Audit menjadi metode paling umum digunakan untuk mengukur emisi karbon / gas rumah kaca di Indonesia, disusul oleh adopsi Carbon Footprinting berdasarkan Greenhouse Gas Protocol. Sebagian besar responden Indonesia mengatakan adopsi sumber energi terbarukan dan efisiensi energi merupakan bagian dari upaya dekarbonisasi perusahaan, namun penerapannya masih terkendala oleh belum siapnya infrastruktur & stabilitas pasokan sumber energi terbarukan di Indonesia, keterbatasan finansial dan kesiapan rantai suplai. 

“Sebagai bagian dari ekosistem rantai suplai bagi banyak sektor industri, Schneider Electric berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi sustainability. Tidak hanya melalui solusi dan teknologi, namun juga melalui inisiatif Green Heroes for Life, dimana kami menggandeng sebanyak-banyaknya mitra swasta, dan publik untuk membangun ekosistem pendukung yang bertujuan mempermudah dimulainya perjalanan sustainability dengan aksi iklim yang terencana dan terukur. Inisiatif ini merupakan upaya nyata Schneider Electric menjalankan komitmennya sebagai impact company,” tutup Roberto. (RO/Z-6)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat