visitaaponce.com

Warga Palestina tidak Rasakan Sukacita Natal akibat Serangan Israel

Warga Palestina tidak Rasakan Sukacita Natal akibat Serangan Israel
Pesan dukungan terhadap Gaza terpampang di suatu bangunan sebelah alun-alun Gereja Kelahiran di kota Betlehem, Palestina.(AFP/Hazem Bader.)

WARGA Palestina mengatakan bahwa mereka tidak merasakan sukacita perayaan Natal akibat serangan Israel di wilayah Palestina yang terkepung pada Senin (25/12). Perayaan-perayaan secara efektif ditiadakan di kota Betlehem, Tepi Barat yang diduduki. 

Padahal, wilayah itu dihormati sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus. Hanya sedikit jamaah atau turis yang berada di jalan-jalan yang biasanya penuh sesak.

Di Jalur Gaza, kelompok militan Hamas melaporkan 50 serangan di daerah-daerah pusat pada Senin (25/12), termasuk di kamp pengungsi Nuseirat. Di suatu rumah sakit, kota selatan Khan Yunis, pusat pertempuran baru-baru ini, Fadi Sayegh mengatakan bahwa dia tidak akan merayakan Natal tahun ini.

Baca juga: Suriah Batalkan Perayaan Natal sebagai Solidaritas terhadap Gaza

"Tidak ada kegembiraan. Tidak ada pohon Natal. Tidak ada dekorasi. Tidak ada makan malam keluarga. Tidak ada perayaan," katanya saat menjalani cuci darah. "Saya berdoa agar perang ini segera berakhir."

Suster Nabila Salah dari Gereja Suci Katolik di Gaza menyampaikan pernyataan bernada muram menyambut Natal tahun ini. "Semua perayaan Natal telah dibatalkan," katanya kepada AFP.

"Bagaimana kita merayakannya ketika kita mendengar suara tank dan bombardir dan bukannya dering lonceng?"

Baca juga: Warga Palestina Ceritakan Penyiksaan dalam Tahanan Tentara Israel

Paus Fransiskus memulai perayaan Natal global pada Minggu (24/12). Dia memberikan seruan untuk perdamaian.

"Malam ini, hati kita ada di Betlehem. Raja Damai sekali lagi ditolak oleh logika perang yang sia-sia, oleh bentrokan senjata yang bahkan sampai hari ini mencegahnya menemukan ruang di dunia," kata pemimpin Katolik itu.

Patriark Latin Jerusalem, Pierbattista Pizzaballa, tiba pada Minggu di Gereja Kelahiran, mengenakan pakaian tradisional keffiyeh hitam dan putih. "Hati kami tertuju pada Gaza, pada semua orang di Gaza, tetapi perhatian khusus kami berikan kepada komunitas Kristen di Gaza yang sedang menderita," katanya.

Baca juga: Israel Sebut Lima Sandera Tewas di Terowongan Gaza

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan sedikitnya 70 orang tewas dalam serangan udara Israel pada Minggu di kamp pengungsi Al-Maghazi di Gaza tengah. Juru bicara kementerian kesehatan Ashraf al-Qudra mengatakan bahwa jumlah korban kemungkinan besar akan bertambah karena banyak keluarga yang diperkirakan berada di daerah tersebut pada saat serangan terjadi.

Dalam insiden terpisah, kementerian tersebut mengatakan 10 anggota dari satu keluarga terbunuh dalam serangan Israel ke rumah mereka di kamp Jabalia, Gaza utara. AFP tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah korban.

Sebagian besar wilayah Gaza berada dalam reruntuhan dan 2,4 juta penduduknya mengalami kekurangan air, makanan, bahan bakar, dan obat-obatan akibat pengepungan Israel. Musibah ini diperparah dengan terbatasnya truk-truk bantuan yang datang.

Delapan puluh persen warga Gaza telah mengungsi, menurut PBB, banyak yang mengungsi ke selatan dan kini berlindung dari dinginnya musim dingin di tenda-tenda darurat. Kepala badan pengungsi PBB Filippo Grandi mendesak agar penderitaan yang terjadi di bulan ketiga perang ini segera diakhiri.

"Gencatan senjata kemanusiaan di Gaza adalah satu-satunya jalan ke depan," tulisnya di X. "Perang menentang logika dan kemanusiaan serta menyiapkan masa depan yang lebih banyak kebencian dan lebih sedikit perdamaian."

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mendesak pembaharuan seruan gencatan senjata. "Kehancuran sistem kesehatan Gaza ialah tragedi," katanya. Tentara Yordania mengatakan angkatan udaranya telah menjatuhkan bantuan dari udara kepada sekitar 800 orang yang berlindung di Gereja Santo Porphyrius di Gaza utara.

"Perang ini menuntut harga yang sangat mahal," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menanggapi soal jumlah tentara Israel yang tewas dalam konflik terus meningkat. "Namun kami tidak punya pilihan selain terus berjuang," ujarnya.

"Ini akan menjadi perang yang panjang." Seorang tentara lain tewas pada Minggu, sehingga jumlah tentara yang tewas sejak Jumat menjadi 15 orang dan 154 orang sejak serangan darat Israel dimulai pada 27 Oktober.

Juru bicara militer Israel, Jonathan Conricus, mengindikasikan bahwa pasukannya hampir menguasai Gaza utara dan selatan. “Kami memfokuskan upaya kami melawan Hamas di Gaza selatan." (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat