visitaaponce.com

Serangan ke Yaman Tidak Hentikan Serangan Houthi di Laut Merah

Serangan ke Yaman Tidak Hentikan Serangan Houthi di Laut Merah
Peta kawasan Laut Merah, yang menjadi titik eskalasi serangan Houthi yang dibalas oleh AS-Inggris.(AFP)

SERANGAN Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap Yaman tidak mengakhiri ancaman yang ditimbulkan Houthi (Huthi) terhadap pelayaran internasional di Laut Merah. Itu bukan hal mengejutkan, mengingat Houthi yang didukung Iran telah bertahan selama bertahun-tahun meskipun mendapatkan pengeboman udara oleh negara-negara Teluk.

Pasukan AS dan Inggris menargetkan hampir 30 lokasi dengan lebih dari 150 amunisi dalam semalam. Menyerang infrastruktur pesawat nirawak, rudal, dan radar yang telah digunakan pemberontak untuk berulang kali menyerang kapal-kapal dagang di Laut Merah dalam beberapa minggu terakhir.

AS masih memiliki opsi militer tambahan yang tersedia dan para pejabat tinggi telah memperingatkan akan adanya tindakan lebih lanjut jika serangan terus berlanjut, tetapi kampanye udara yang diperluas di Yaman juga berisiko menimbulkan eskalasi dengan Iran, yang sangat ingin dihindari oleh Washington.

Letnan Jenderal AS Douglas Sims mengatakan pada hari Jumat bahwa Houthi telah menembakkan rudal balistik anti-kapal sebagai tanggapan atas serangan tersebut, dan mengindikasikan bahwa ia mengantisipasi dampak yang lebih luas.

Baca juga: Akankah Serangan Udara AS-Inggris di Yaman Hentikan Teror Houthi di Laut Merah?

"Retorika Houthi cukup kuat dan tinggi. Saya memperkirakan bahwa mereka akan melakukan semacam pembalasan," katanya kepada para wartawan, Sabtu, (13/1).

Direktur Program Timur Tengah di Center for Strategic and International Studies, Jon Alterman mengatakan serangan baru-baru ini akan mengurangi tetapi tidak mengakhiri ancaman Houthi terhadap pelayaran.

"Tantangannya adalah membuat Houthi menyimpulkan bahwa lebih banyak serangan akan merugikan kepentingan mereka. Masih jauh dari jelas bahwa mereka telah mencapai kesimpulan itu," katanya.

Washington masih memiliki opsi lebih lanjut jika serangan terus berlanjut, termasuk melanjutkan serangan terhadap Houthi serta menargetkan situs-situs di mana para pelatih atau ahli Iran berada.

Baca juga: 4 Hal Tentang Pasukan Houthi di Yaman

Hanya akan Berkurang

Mark Schwartz, pensiunan letnan jenderal Angkatan Darat AS dan peneliti senior di RAND, juga mengatakan ia memperkirakan serangan Houthi terhadap pengiriman akan terus berlanjut.

"Saya pikir mereka akan terus mencoba menyerang kapal-kapal maritim. Mungkin kapal komersial, mungkin tidak terlalu banyak kapal militer yang ada di luar sana," kata Schwartz, mengacu pada meningkatnya jumlah kapal perang yang dikerahkan ke Laut Merah untuk membantu mencegat dan menghalangi serangan drone dan rudal Houthi.

Serangan yang dilakukan sejauh ini menghantam infrastruktur militer, tetapi hal itu dapat bergeser ke penargetan kepemimpinan militer Houthi jika serangan mereka terhadap pelayaran terus berlanjut.

“Pemberontak adalah organisasi seluler dan bersembunyi di antara penduduk, tribut yang dapat membuat mereka sulit untuk diserang,” ujarnya.

Houthi telah menjadi target ribuan serangan oleh koalisi yang dipimpin Saudi sejak 2015, tetapi Riyadh sekarang secara jelas meminta gencatan senjata dan keluarnya militer dari negara itu dengan pemberontak yang belum terkalahkan dan masih menguasai sebagian besar wilayah Yaman.

Houthi mengklaim bahwa mereka menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel untuk mendukung warga Palestina di Gaza, di mana Israel memerangi kelompok militan Hamas. Namun Washington mengatakan bahwa puluhan negara memiliki hubungan dengan kapal-kapal yang telah diserang.

Elliott Abrams, peneliti senior untuk studi Timur Tengah di Council on Foreign Relations, mengatakan bahwa serangan Amerika dan Inggris tampaknya merupakan serangan serius terhadap situs-situs Houthi dan bukan hanya sekedar gerakan simbolis.

"Ada kemungkinan besar Houthi akan menyerang lagi, tetapi dengan frekuensi dan intensitas yang lebih rendah,” ujarnya.

"Iran akan menyuruh mereka untuk meredamnya," tambahnya.

(AFP/Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat