Biden Dikecam Usai Tuduh Kanibalisme di Papua Nugini
PERNYATAAN Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, tentang kanibalisme di Papua Nugini pada masa lalu menuai kecaman. Biden menyebut pamannya tewas dalam Derang Dunia II karena menjadi santapan orang-orang di negara tetangga Australia dan Indonesia tersebut.
Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, menilai isu yang dilontarkan Biden ini tidak terpuji dan menyakiti hati rakyatnya. Dia pun meminta Biden dan AS lebih memfokuskan untuk menyelesaikan tugas pembersihan bom aktif sisa Perang Dunia II daripada membuat lelucon yang menyebalkan tersebut.
“Kadang-kadang Anda mengalami saat-saat yang tidak menyenangkan (dalam hubungan bilateral, AS-Papua Nugini),” katanya menanggapi pernyataan kontroversial Biden tersebut dalam sebuah wawancara, Senin (22/4).
Baca juga : Kemenlu RI Sebut Polisi AS Selidiki Penyerangan pada 2 Remaja WNI
Dia mengaku telah bertemu denga Biden empat kali namun tidak pernah secara langsung mendengar pengakuan perihal kanibalisme di Tanah Airnya. “Di setiap kesempatan Biden selalu memberikan salam hangat untuk Papua Nugini. Tidak pernah pada saat itu dia menyebut Papua Nugini sebagai kanibal,” tambahnya.
Pekan lalu, Biden mengatakan bahwa pamannya Ambrose Finnegan ditembak jatuh di negara Pasifik itu selama Perang Dunia II. Jenazahnya tidak pernah ditemukan karena di Papua Nugini disinyalir masih terdapat kanibalisme.
Namun pengakuan Biden itu dibantah catatan badan akuntansi pertahanan AS yang menyatakan penerbangan Finnegan terpaksa mendarat di lepas pantai negara itu, bukan darat, untuk alasan yang tidak diketahui. Pesawat Finnegan menghantam laut dengan keras dan tiga anggota awak gagal muncul, sementara satu orang selamat setelah ditolong orang yang menaiki tongkang.
Baca juga : Ada Perang Dagang, AS dan Tiongkok Tetap Mitra Utama RI
Pencarian pada hari berikutnya tidak menemukan jejak awak yang hilang, kata badan tersebut. Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre juga membenarkan bahwa Finnegan meninggal ketika dia jatuh di perairan samudera Pasifik, bukan di darat.
Tuduhan kanibalisme Biden di Papua Nugini muncul setelah serangkaian pernyataan kontroversial lainnya. Awal tahun ini, Biden menghibur penonton dengan sebuah anekdot tentang pertemuannya dengan mantan Kanselir Jerman Helmut Kohl pada 2021. Pada saat itu Kohl telah meninggal empat tahun lalu.
Beberapa hari sebelumnya dia juga tampak bingung membedakan antara Presiden Prancis yang sudah lama meninggal, Francois Mitterrand, dengan pemimpin saat ini Emmanuel Macron. Kritikus termasuk saingannya dari Partai Republik, Donald Trump, 77, mempertanyakan kesehatan pria berusia 81 tahun untuk kembali bertarung kedua kalinya di pemilihan presiden AS pada November 2024.
Baca juga : Amerika Imingi Rp28 T jika Indonesia Hubungan dengan Israel
Secara historis, kanibalisme telah didokumentasikan di antara sejumlah kecil suku di daerah terpencil di Papua Nugini. Namun negara ini selama beberapa dekade telah mencoba menghilangkan pencitraan yang menggambarkan negara ini sebagai kawasan primitif yang penuh dengan kebiadaban.
"Ada banyak sekali nilai-nilai yang lebih dalam dalam hubungan kita daripada satu pernyataan, satu kata, satu lelucon," kata Marape.
Dia mendesak Biden dan Gedung Putih untuk fokus membersihkan bom yang belum meledak sisa Perang Dunia II yang masih mengotori Papua Nugini hingga saat ini. Dalam pernyataan terpisah, Marape mengatakan masyarakat Papua Nugini hidup dengan ketakutan oleh ranjau darat tersebut.
"Saya mendesak Presiden Biden agar Gedung Putih mempertimbangkan pembersihan sisa-sisa Perang Dunia II sehingga kebenaran tentang hilangnya prajurit seperti Ambrose Finnegan dapat dikesampingkan," paparnya.
Berdasarkan penjinakan bom tunggal di pulau Bougainville pada 2014, pasukan Australia dan AS telah menghancurkan 16 ton amunisi masa perang. AS mengeluarkan peringatan bagi warganya yang akan mengunjungi Papua Nugini untuk menghindari daerah terpencil karena masih rawan bom aktif yang belum meledak. (AFP/Z-10)
Terkini Lainnya
Israel: Bantuan Militer AS sebagai Pesan Kuat untuk Musuh
Israel Sebut Bantuan Militer AS Sebagai 'Pesan Kuat' Ke Musuh
Tantangan Berat untuk Menlu AS Antony Blinken dalam Pembicaraan dengan Tiongkok
RUU Larangan TikTok di AS Disahkan Kongres
Volodymyr Zelensky Ucapkan Terima Kasih kepada Senat AS
Akhirnya, Kongres AS Setujui Bantuan untuk Ukraine yang Lama Ditunda
Peringatan PM Polandia: Eropa Memasuki 'Era Pra-Perang'
Mengenang Para Pahlawan di Pantai Radji dan Mentok pada Peringatan Perang Dunia II
Mengenang Hari Holocaust Internasional: Menyikapi Sejarah dan Tantangan Kontemporer
Invasi Militer Israel Paling Merusak dalam Sejarah Manusia
Mengenal Genosida, Berikut Definisi, Bentuk dan Kasusnya
Mengenal Penyakit Parkinson: Harapan dan Tatalaksana di Masa Depan
Pilpres 2024 Selesai, Semoga tidak Seperti Firaun
Kota (dalam) Plastik
Kartini dan Emansipasi bagi PRT
Menakar Kebutuhan Pendanaan untuk Pilpres 2024 Putaran Kedua
Arus Balik, Urbanisasi, dan Nasib Penduduk Perdesaan
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Gerakan Green Movement Sabuk Hijau Nusantara Tanam 10 Ribu Pohon di IKN
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap