Jangan Sembarangan Konsumsi Obat Antinyeri, Bisa Sebabkan Gagal Ginjal Kronis
DOKTER spesialis penyakit dalam sekaligus konsultan ginjal hipertensi Rumah Sakit Indriati Solo Baru, dr Wachid Putranto, menyebutkan kini kasus gagal ginjal kronis pada masyarakat banyak terjadi karena sering megonsumsi obat pegal linu dan asam urat.
Ia mengamati konsumsi obat analgesik dalam jangka waktu lama seperti obat ibuprofen, kemudian tren masyarakat berkeluhan pegal linu yang dengan mudah membeli obat antinyeri, juga ketika kadar asam urat tinggi sering mengonsumsi allopurinol yang diminum sehari 3 kali.
Obat antinyeri seperti ibuprofen dan allopurinol adalah obat yang sangat merusak ginjal. "Sehingga beberapa pasien yang saya temui mulai ada kerusakan ginjal karena obat-obat antinyeri dan obat-obat asam urat," kata Wachid dalam press briefing, kemarin.
Baca juga : Obat Antihipertensi Dipastikan tidak Sebabkan Gagal Ginjal
Selain itu, penyebab terjadi gagal ginjal kronis paling sering ditemukan ialah diabetes melitus, hipertensi, dan gloerulonefritis atau perdangan ginjal. Kemudian ada pula ginjal polikistik atau kista yang bergerombol pada ginjal.
"Ada juga penyebab karena sumbatan, baik karena batu saluran kencing, pembesaran prostat, maupun kanker," ujarnya.
Pada kesempata yang sama, Kementerian Kesehatan melaporkan sebanyak 12 provinsi penyumbang kasus gagal ginjal kronis di Indonesia. "Provinsi yang paling tinggi kenaikan prevalensi penyakit gagal ginjal kronisnya ialah Kalimantan Utara, yakni 6,4 permil," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti, kemarin.
Baca juga : Konsumsi Obat Antinyeri dan Asam Urat Bisa Sebabkan Gagal Ginjal Kronis
Provinsi dengan angka tertinggi lainnya ialah Maluku Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Jawa Barat, Maluku, DKI Jakarta, Bali, dan DI Yogyakarta. Adapun rata-rata prevalensi gagal ginjal kronis pada usia lebih dari 15 tahun di Indonesia, berdasarkan diagnosis dokter di 2018, meningkat menjadi 3,8 permil dari 2 permil.
"Kalau kita melihat prevalensi di 2018, ada 3,8% atau 739.208 jiwa. Sebanyak 12 provinsi tersebut penyumbang kasus gagal ginjal kronis di Indonesia," ujarnya.
Eva menjelaskan pencegahan dan pengendalian penyakit gagal ginjal kronis bisa dimulai dari populasi sehat dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), kemudian pada populasi berisiko pengecekan di tingkat puskesmas dan populasi penyandang dengan treatment secondary prevention.
"Prioritas upaya pencegahan dan pengendalian gagal ginjal kronis melaui kegiatan promosi, preventif, dan deteksi dini melalui pendekatan keluarga dalam siklus kehidupan," kata Eva.
Terkini Lainnya
Dukungan Lingkungan Kerja Penting bagi Penderita Migrain
Jangan Disepelekan, Pada Anak Radang Usus Buntu Bisa Mematikan
Waspada, Nyeri Ulu Hati Bisa Jadi Tanda Kanker Pankreas
Nyeri Saraf Kejepit? Atasi dengan Terapi Traksi
Catat! Ini 5 Cara Mengatasi Nyeri saat Menstruasi
Nyeri Haid tidak Selalu karena Endometriosis
Jangan Sembarangan Gunakan Obat Penghilang Nyeri!
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Hidup Segan Calon Perseorangan
Puncak Haji Berbasis Fikih
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap