visitaaponce.com

Nakula Sadewa Murca di Hari Wayang Nasional

Nakula Sadewa Murca di Hari Wayang Nasional
Dalang muda Gibran Papadimitriou mementaskan lakon Nakula Sadewa Murca di Museum Wayang, Jakarta, kemarin.(MI/ADAM DWI)

YAYASAN Mitra Museum Jakarta bekerja sama dengan Unit Pengelola Museum Seni Jakarta menggelar perhelatan wayang kulit bertajuk Nakula Sadewa Murca. Pergelaran wayang itu dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional di Museum Wayang, Jakarta, kemarin.

Catharina Widjaja, Ketua Yayasan Mitra Museum Jakarta, mengungkapkan kegiatan itu merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan museum dan kekayaan budaya yang ada di dalamnya bagi generasi penerus.

"Kami melakukan pergelaran dalam rangka Hari Wayang Nasional agar masyarakat semakin tertarik dengan seni wayang dan paham bahwa wayang dapat dinikmati semua kalangan, dari tua sampai muda," kata Catharina dalam sambutannya, kemarin.

Yang istimewa dalam pergelaran wayang kali ini, Yayasan Mitra Museum Jakarta menghadirkan dalang muda, Gibran Papadimitriou alias Ki Kawipujo Permadi, putra kedua dari sutradara kenamaan Nia Iskandar Dinata.

"Kami berharap seni perwayangan yang melibatkan generasi muda akan lebih sering diadakan dan minat masyarakat khususnya generasi penerus akan pentingnya mengenal koleksi wayang di museum juga meningkat." ungkapnya.

Sebelum pementasan, Gibran Papadimitriou menjelaskan lakon yang ditampilkan kali ini merupakan ciptaannya sendiri yang terinspirasi dari salah satu proyek sang ibunda. Kisah Nakula Sadewa Murca memberikan pesan bahwa manusia harus tetap bersatu meskipun berbeda suku, agama, ras, dan budaya.

"Ada dua brahmana muda, Lukito Kidung dan Kidung Lukito di lokasi pertapaan. Ajaran Bhinneka Tunggal Ika mau diobrak-abrik oleh Prabu Dwidana karena dianggap mau mengumpulkan kekuatan. Akan tetapi, pada saat yang sama, kembar Nakula Sadewa hilang," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Dinas Pariwisata DKI Jakarta Asiantoro mengapresiasi upaya yang dilakukan Yayasan Mitra Museum Jakarta dalam melestarikan kebudaan dan cagar budaya, khususnya di wilayah Ibu Kota.

"Pemerintah daerah tidak akan bisa meng-handle semua cagar budaya atau kesenian apa pun di Jakarta sendiri. Masyarakat atau komunitaslah yang dapat membantu kami mengembangkan kesenian dan cagar budaya, khususnya di Jakarta," ungkap Asiantoro. (Aiw/J-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat