Nakula Sadewa Murca di Hari Wayang Nasional
![Nakula Sadewa Murca di Hari Wayang Nasional](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2019/11/580b77f87731ba54eed78efecc4e1b58.jpg)
YAYASAN Mitra Museum Jakarta bekerja sama dengan Unit Pengelola Museum Seni Jakarta menggelar perhelatan wayang kulit bertajuk Nakula Sadewa Murca. Pergelaran wayang itu dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional di Museum Wayang, Jakarta, kemarin.
Catharina Widjaja, Ketua Yayasan Mitra Museum Jakarta, mengungkapkan kegiatan itu merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan museum dan kekayaan budaya yang ada di dalamnya bagi generasi penerus.
"Kami melakukan pergelaran dalam rangka Hari Wayang Nasional agar masyarakat semakin tertarik dengan seni wayang dan paham bahwa wayang dapat dinikmati semua kalangan, dari tua sampai muda," kata Catharina dalam sambutannya, kemarin.
Yang istimewa dalam pergelaran wayang kali ini, Yayasan Mitra Museum Jakarta menghadirkan dalang muda, Gibran Papadimitriou alias Ki Kawipujo Permadi, putra kedua dari sutradara kenamaan Nia Iskandar Dinata.
"Kami berharap seni perwayangan yang melibatkan generasi muda akan lebih sering diadakan dan minat masyarakat khususnya generasi penerus akan pentingnya mengenal koleksi wayang di museum juga meningkat." ungkapnya.
Sebelum pementasan, Gibran Papadimitriou menjelaskan lakon yang ditampilkan kali ini merupakan ciptaannya sendiri yang terinspirasi dari salah satu proyek sang ibunda. Kisah Nakula Sadewa Murca memberikan pesan bahwa manusia harus tetap bersatu meskipun berbeda suku, agama, ras, dan budaya.
"Ada dua brahmana muda, Lukito Kidung dan Kidung Lukito di lokasi pertapaan. Ajaran Bhinneka Tunggal Ika mau diobrak-abrik oleh Prabu Dwidana karena dianggap mau mengumpulkan kekuatan. Akan tetapi, pada saat yang sama, kembar Nakula Sadewa hilang," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Dinas Pariwisata DKI Jakarta Asiantoro mengapresiasi upaya yang dilakukan Yayasan Mitra Museum Jakarta dalam melestarikan kebudaan dan cagar budaya, khususnya di wilayah Ibu Kota.
"Pemerintah daerah tidak akan bisa meng-handle semua cagar budaya atau kesenian apa pun di Jakarta sendiri. Masyarakat atau komunitaslah yang dapat membantu kami mengembangkan kesenian dan cagar budaya, khususnya di Jakarta," ungkap Asiantoro. (Aiw/J-3)
Terkini Lainnya
Soroti Budaya Pewayangan, Pemimpin Indonesia Diharapkan Paham Nilai Budaya Nusantara
Amicus Curiae
Pengawas Kahyangan
Keikhlasan Gandamana
Asu Gedhe Menang Kerahe
Pergelaran Wayang Rasa Rupa 'Bhisma' Padukan Wayang Orang, Komik, dan Film
Prakiraan Cuaca: Jakarta Diguyur Hujan hingga Jumat Siang 5 Juli 2024
Wi Ha Joon Akan Gelar Fan Meeting di Jakarta pada 28 September 2024
Polisi Tangkap Kurir Narkoba yang Beraksi di RS Jakarta Selatan, 45 Kg Sabu Disita
BToB Fancon di Jakarta 13 Juli 2024 Batal, Apa Alasannya?
PDIP-PKB Bikin Poros Baru di Pilgub Jakarta? Puan: Bisa Saja
Kunci Anies-Sohibul, Mardani: Banyak yang Tertarik dengan AMAN
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap