visitaaponce.com

IBI Minta Penambahan Jumlah Bidan di Daerah untuk Dorong Cakupan Imunisasi

IBI Minta Penambahan Jumlah Bidan di Daerah untuk Dorong Cakupan Imunisasi
Tenaga kesehatan bersiap untuk menyuntikan vaksin kepada seorang anak pada imunisasi pada gebyar Bulan Imunisasi Anak Nasional di Kiara Arth(ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

PERAN bidan sebagai garda terdepan dalam upaya peningkatan imunisasi sangat krusial dengan mendekatkan akses pelayanan dan memenuhi permintaan masyarakat sehingga masyarakat punya kesadaran kritis. Namun jumlah bidan saat ini belum terdapat di berbagai desa.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, jumlah bidan di Indonesia sebanyak 344.928 bidan yang tersebar di berbagai daerah.

"Kalau bidan di Indonesia sekitar 350 ribu namun belum semua desa terpenuhi atau separuhnya di desa-desa. sehingga kita perlu penambahan dan pemerataan bidan di desa-desa," kata Bendahara umum pengurus harian Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dr Indra Supradewi dalam Pekan Imunisasi Dunia 2024 di Jakarta Selatan, Rabu (15/5).

Baca juga : Peningkatan Imunisasi juga Diperlukan untuk Lansia

Tidak hanya penambahan jumlah bidan saja, peningkatan kualitas juga diperlukan karena peran bidan untuk edukasi, meningkatkan imunisasi, hingga membantu dokter jika diperlukan tindakan.

"Pemerataan bidan bukan hanya jumlah dan penempatan tapi juga kapasitas bidan yang bekerja sama dokter identifikasi pasien sehat imunisiasi atau KIPI dengan pastikan bidan punya kapasitas KIPI sehingga kemampuan dan edukasi masyarakat bisa lebih baik lagi," ujar dia.

Sementara itu, Ketua Satgas Imunisasi IDAI, dr Hartono Gunardi, menyebut sampai saat ini 1,8 juta anak belum mendapatkan imunisasi apapun.

Baca juga : Imunisasi Dasar Saja tidak Cukup Lindungi Anak dalam Jangka Panjang

"ini PR kita untuk meningkatkan vaksin kepada anak-anak. Kita perlu lengkapi, dan bila belum lengkap maka perlu membawa anak bisa ke posyandu, puskesmas, dan rumah sakit," ucap Hartono.

Banyak komitmen yang sudah dilakukan mulai dari 2021 mengajak masyarakat, tenaga kesehatan, dan tokoh masyarakat melalui berbagai program.

"Kami juga ada program Littel Ku yang mengajak ibu untuk kembali melihat catatan imunisasi anak dan melihat membawa anak berobat memeriksa, catatan anak, dan mengaja anak. Selain ibu, kami juga melibatkan tokoh masyarakat untuk mendukung imunisasi dengan tujuan melindungi anak Indonesia dari penyakit berat, kecacatan, dan kematian," jelasnya.

Baca juga : Imunisasi Bisa Cegah Keparahan Saat Terpapar Penyakit Infeksi

Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril mengatakan semua elemen sedang berusaha menuju Indonesia emas 2045 dengan transisi 2030 akan mendapat bonus demografi dengan catatan 68% harus produktif, sehat, dan cerdas. Kita disiapkan menjadi bagian negara maju sehingga diharapkan Indonesia masuk negara maju.

"Banyak indikator salah satunya ditandai dengan pendapatan Rp12,5 juta per bulan. Kita harus berkontribusi kepada generasi mendatang salah satunya sehat jasmani maupun rohani," ucapnya.

Data dari BPJS Kesehatan terdapat 5 besar penyakit yang menyerap anggaran terbesar dan angka kematian tinggi seperti stroke, diabetes, kanker, gagal ginjal, hingga sirosis hati.

Program pemerintah melalui trasformasi kesehatan salah staunya layanan primer yang memberikan porsi terbsesar dan edukasi serta prevensi. Upaya yang teresar melalui prevensi adalah vaksinasi dan imunisasi.

"Imunisasi bukan hanya pada anak melainkan remaja hingga orang tua. Program pemerintah sudah ada imunisasi dasar nasional yang dilakukan yang terjadi outbreak tapi tidak banyak dan sedikit kalau imunisasi tidak tercapai maka bisa timbulkan KLB luar biasa," pungkasnya. (Iam)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Reynaldi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat