visitaaponce.com

Keraton Berharap Benda-Benda Bersejarah Dikembalikan

Keraton Berharap Benda-Benda Bersejarah Dikembalikan
Raja Belanda Willem Alexander (kedua kanan) bersama Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X (kanan) keluar dari Gedong Jene.(ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

RAJA Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima Zorreguita Cerruti menyambangi keraton, Candi Prambanan, dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, kemarin, dalam rangkaian kunjungan kenegaraan ke Indonesia.

Di Keraton Yogyakarta, keduanya diterima Sri Sultan Hamengku Buwono X, permaisuri GKR Hemas, dan para putri sekitar pukul 11.00 WIB. Raja dan Ratu Belanda disuguhi tarian Beksan Lawung Jajar di tratag Bangsal Kencono, lalu beramah-tamah dan menikmati makan siang di Bangsal Manis.

Sekitar 2,5 jam Raja dan Ratu Belanda berada di Keraton Yogyakarta. "Beliau untuk kedua kalinya kembali ke sini. Kalau dulu (1995) ikut ibunya, Ratu Beatrix, sekarang datang sendiri sebagai raja bersama queen," kata Sri Sultan.

Dalam kunjungan tersebut, imbuhnya, rombongan Raja Belanda hanya beramah-tamah. Dirinya juga tidak membahas benda-benda sejarah milik Keraton Yogyakarta yang masih disimpan di Belanda. "Tadi yang dialog (GKR) Mangkubumi (untuk penjajakan kerja sama).''

GKR Mangkubumi tahun lalu pernah diundang ke Belanda saat pembukaan museum yang berisi naskah-naskah dari Indonesia di Leiden. Sri Sultan pun berharap benda-benda bersejarah milik Keraton Yogyakarta bisa dikembalikan. Tidak hanya keris Pangeran Diponegoro yang sudah dikembalikan, tetapi juga naskah-naskah keraton yang masih disimpan di Belanda.

Selain di Keraton Yogyakarta, rombongan Raja Belanda juga mengunjungi Kampung Cyber UGM dan Candi Prambanan.

Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan kunjungan Raja Belanda ke kampusnya kian mempererat hubungan Belanda dan Indonesia. Ikatan sejarah kedua negara begitu kuat dan bukti ikatan itu dapat dijumpai dalam bentuk tradisi, bahasa, dan arsitektur.

"Kerja sama di bidang pendidikan juga merupakan tradisi panjang kedua negara dengan banyaknya kolaborasi antara UGM serta perguruan tinggi lainnya di Indonesia dan institusi terkait di Belanda," terang Panut.

Kedatangan Raja Belanda juga dimanfaaatkan para peneliti UGM dari tiga disiplin ilmu, yaitu kesehatan, biologi, dan hukum, untuk mempresentasikan kerja sama dengan institusi di Belanda.

Di bidang kesehatan, misalnya, perwakilan UGM menyajikan kerja sama yang telah dilakukan dengan berbagai lembaga di 'Negeri Kincir Angin', salah satunya dengan Queen Maxima Hospital. (AT/UL/X-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat