visitaaponce.com

Disertasi Paus di Laut Sawu Bawa Putra Lembata Raih Doktor di UGM

Disertasi Paus di Laut Sawu Bawa Putra Lembata Raih Doktor di UGM
Putra Lembata Agustinus Gergorius Raja Dasion yang raih gelar doktor dari UGM(Dok Pribadi)

PUTRA Lembata kelahiran kampung nelayan Lamalera, Kecamatan Wulandoni, NTT, Agustinus Gergorius Raja Dasion, berhasil meraih gelar doktor sosiologi di bawah bimbingan Promotor Prof Dr Heru Nugroho dan Co Promotor Dr Hakimul Ikhawan di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Rabu (15/4) pagi.

Pria yang karib disapa Promorendus Raja Dasion mempertahankan disertasi berjudul “Merebut” Paus di Laut Sawu: Analisa Wacana Konservasi Paus di Lamalera, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan predikat Sangat Memuaskan dalam Sidang Terbuka Ujian Terbuka Promosi Doktor di bawah tim penguji Prof Dr Suharko, Dr Sugeng Bayu Wahyono, Dr Arie Sujito, dan Dr Oki Rahadiato. 

Prof Heru dalam pertanyaan pemantik pengantarnya meminta promorendus menjelaskan apa yang menarik dari term “merebut paus di laut Sawu” dalam disertasinya. Persoalan perburuan paus pun bukan hanya dalam lingkup lokal Lamalera namun juga global. Hal ini juga sudah diekspos oleh media dunia seperti British Broadcasting Channel maupun National Geographic.

“Diksi ‘merebut’ paus sesungguhnya menggambarkan keseluruhan studi saya yaitu bagaimana wacana konservasi direbut negara bersama aparatusnya yang dibuat di laut Sawu dengan wacana konservasi dengan masyarakat lokal yang berburu paus secara tradisional,” kata Raja Dasion dalam keterangan tertulis Ata Lembata, komunitas Lembata Diaspora Sedunia di Jakarta, Jumat (16/4). 

Menurut Raja Dasion, ada dua hal penting dari term merebut paus di Laut Sawu dalam disertasi itu. Pertama, terjadi gap pengetahuan antara konservasi global dengan konservasi lokal dalam hal ini masyarakat Lamalera. Kedua, hadirnya negara dan aparatus dengan konsep konservasi global ada antagonism, penolakan masyarakat lokal Lamalera dengan wacana konservasi lokal dengan tradisi berburu paus di laut Sawu hingga saat ini. 

Ia menambahkan ada banyak subyek dalam kontestasi merebut paus di laut Sawu yakni negara dan aparatusnya, juga beberapa lembaga konservasi global seperti World Wildlife for Nature (WWF) dan The Nature Concervancy (TNC). Kemudian aparatus negara seperti Dinas Pariwisata dan Dinas Kelautan dan Perikanan baik Kabuaten Lembata maupun Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berikut di tingkat lokal ada banyak subyek yang begitu cair seperti para tetua adat, nelayan, dan organisasi-organisasi yang mendukung upaya lefa nuang atau tradisi berburu paus yang hingga saat ini bertahan dan dilakukan masyarakat lokal Lamalera.

Baca juga:  Nelayan Lamalera Jadi Tersangka Perdagangan Ikan yang Dilarang UU

Tatkala paus dilarang diburuh oleh negara karena takut terhadap tekanan global, maka posisi masyarakat lokal juga tentu berpengaruh. Namun, menurut Raja Dasion, masyarakat Lamalera menggantungkan konservasi dengan mempertahankan kearifan lokal karena sejak dulu konsep konservasi masih sama. 

Perbedaannya, terletak pada beberapa cara. Pertama, sejak dulu masyarakat Lamalera menggunakan tombak atau peralatan tradisional untuk menikam paus. Kedua, sebelum melakukan tradisi lefa nuang, ada beragam ritus yang harus dilakukan. Hal ini wajib karena paus tak sekadar urusan kepentingan ekonomi tetapi juga masalah teologis, filosofis, sosial, dan keseluruhan sistem hidup masyarakat lokal.

Co-Promotor Hakimul Ikhawan sebelum memulai bertanya, menyampaikan ucapan duka mendalam untuk warga NTT khususnya Lembata yang baru saja diterpa bencana bajir lahar dingin dan Siklon Seroja. Pun Hakim memuji promorendus yang berusaha mencari signal telekomunikasi dari Kupang untuk dapat mempertahankan disertasi secara daring melalui zoom meeting di hadapan tim penguji dari kampus Bulaksumur dan dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan.

“Terima kasih atas atensi, perhatian Pak Hakim atas bencana alam yang belakangan melanda NTT, khususnya Lembata,” kata Raja Dasion.

Nelayan Tangkap 5 Ekor Paus

Joseph Boli Batafor, seorang lamafa, juru tikam paus, mengapresiasi Raja Dasion, seorang putra asli Lamalera yang menulis disertasi tentang lefa nuang dalam kajian akademiknya di Departemen Sosiologi Fisipol Universitas Gajah Mada. Jejak akademik ini mulai digeluti banyak putra-puteri lokal seperti Dr Jakobus Blikololong yang menulis disertasi tentang pasar barter di Desa Wulandoni, Kecamatan Wulandoni. 

“Kamis (15/4) kemarin, nelayan Lamalera berhasil menangkap lima ekor paus dari perairan laut Sawu dan langsung ditarik ke bibir pantai. Peristiwa ini dalam keyakinan kami di Lamalera adalah rekayasa Alepte teti Kova Lolo, Tuhan penguasa alam semesta karena knato, berkat lima ekor paus itu ditikam nelayan bersamaan dengan ujian disertasi promorendus Raja Dasion,” ujar Boli Batafor. 

Lima ekor paus raksasa itu ditangkap nelayan dengan menggunakan perahu Teti Heri milik suku Batafor, Mula Blolo dari suku Keraf Lamalera A, Nara Tena milik suku Keraf Lamalera B, Soge Tena dari suku Tapoona dan Java Tena dari suku Bataona.

“Rabu (15/4) sekitar jam 09.00 hingga 10.00 WITA, nelayan berteriak, Baleo.....baleo.... Nelayan rame-rame mendayung perahu dan mulai berburu. Mereka berhasil menangkap lima ekor paus berbobot besar namun ada satu ekor sangat besar dibanding empat lainnya,” kata Boli Batafor lebih lanjut.(RO/OL-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat