visitaaponce.com

Jika Beroperasi di Lingkungan tak Ideal, GeNose bisa Munculkan Hasil Palsu

Jika Beroperasi di Lingkungan tak Ideal, GeNose bisa Munculkan Hasil Palsu
Penumpang kereta api menggunakan GeNose C19(MI/M Irfan)

OPERATOR maupun pengguna alat pemindai virus korona, GeNose C19, diminta selalu memastikan tata cara penggunaan alat tersebut sesuai SOP (Standard Operating Procedur). 

Juru bicara GeNose C19 dr. Mohamad Saifudin Hakim mengatakan jika GeNose C19 dioperasikan pada kondisi lingkungan yang kondisinya belum ideal dan syarat belum terpenuhi, maka hasil tes akan menunjukkan 'low signal' atau memunculkan hasil positif maupun negatif palsu.

"SOP GeNose C19 telah disampaikan melalui distributor-distributor dan kepada semua operator secara berkala. Misalnya, salah satu yang perlu diperhatikan adalah lokasi penempatan alat," kata Hakim, Rabu (23/6).

GeNose C19, ujar Hakim, harus diletakkan di ruangan yang memiliki saturasi udara satu arah. Disebutkan, GeNose C19 juga sudah memiliki fitur analisis lingkungan yang otomatis mengevaluasi saturasi partikel di sekelilingnya. Operator, lanjutnya, hanya perlu melakukan mode flushing untuk memeriksa udara atau lingkungan di sekitar alat selama 30-60 menit sebelum menjalankan alat.

Menurut dia, perangkat lunak GeNose C19 akan memberi tanda pada layar monitor laptop bahwa lingkungan sudah sesuai atau belum. Tanda Warna hijau dan tulisan 'GO' artinya sudah Ok, sedangkan warna kuning atau merah dengan tanda seru berarti belum Ok untuk mengoperasikan GeNose C19.

Jika memaksa GeNose C19 beroperasi ketika kondisi lingkungannya belum Ok, maka hasil tes bisa tidak tepat.

"Sebagai pengembang  GeNose C19, tim peneliti juga telah menyiapkan mekanisme pemantauan penggunaan alat, pemutakhiran perangkat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) secara berkala dan berkelanjutan serta terus disampaikan melalui produsen maupun distributor," ungkapnya.

Baca juga: Layanan Tes GeNose C19 Kini Tersedia di 18 Bandara AP II

Saat ini, GeNose C19 tengah menjalani proses validitas eksternal yang melibatkan tiga universitas. Uji validitas eksternal merupakan bagian dari post-marketing analysis, yakni ketika GeNose C19 sudah digunakan oleh masyarakat umum. Uji validitas eksternal bertujuan untuk menambah data dan memperkuat kerja AI.

"Selain itu, uji validitas eksternal merupakan bagian dari continues improvement serta kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku, setelah alat kesehatan mendapat izin edar untuk penggunaan," tuturnya.

Pakar di tiga universitas yakni Universitas Andalas, Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Airlangga (Unair) menjadi penguji independen alat GeNose C19.

"Ethical clearance sudah keluar untuk UI dan UNAIR," tukasnya.

Persetujuan etik untuk memastikan penelitian GeNose C19 bekerja sesuai kaidah ilmiah. Seluruh penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek penelitian harus mendapatkan Ethical Clearance atau Keterangan Lolos Kaji Etik.

Uji validitas eksternal telah dimulai sejak bulan April di Universitas Andalas. Menutup penjelasannya, Hakim mengajak para pengguna dan operator GeNose C19 untuk bersama-sama menjaga performa alat ini.

"Tim pengembang akan terus menyempurnakan SOP penggunaan GeNose C19 agar lebih mudah dipahami dan lebih antisipatif terhadap kesalahan operasional, yang tanpa disengaja dapat mempengaruhi performa alat," pungkasnya.(OL-5)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat