Pengangkatan Lukas Enembe Jadi Kepala Suku Besar Bisa Picu Kekacauan di Papua
![Pengangkatan Lukas Enembe Jadi Kepala Suku Besar Bisa Picu Kekacauan di Papua](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/10/1b5f0d4bc3bfbf65c8b708eba25ab234.jpg)
SEPTINUS Yarisetouw Tokoh Masyarakat Wambena Depapre Papua mengatakan pengangkatan Lukas Enembe sebagai Kepala Suku Besar di Tanah Papua dapat menimbulkan Kekacauan di Papua. Hal itu menjadi kekhawatiran tersendiri karena pengangkatannya hanya klaim sepihak dan tidak melibatkan seluruh Kepala Suku dan hanya dari kelompoknya saja.
Hal itu diungkapkan Septinus Yarisetouw saat ditemui wartawan di Kabupaten Jayapura Papua, kemarin (12/10/2022). Septinus menegaskan pihaknya tidak mau terima terhadap pengangkatan Lukas Enembe sebagai Kepala Suku Besar seluruh tanah Papua.
"Setiap suku di tanah Papua mempunyai adat sendiri, kepala suku dan ondoafinya yang berbeda", tegas Septinus.
Terkait Lukas Enembe yang mengklaim bahwa dirinya adalah Kepala Suku Besar Papua, bagi tokoh masyarakat Wambena Depapre ini, merupakan hal yang mustahil. "Hingga saat ini pihaknya tidak pernah ada pemberitahuan adanya upacara pelantikan Bapa LE sebagai kepala suku besar Papua", ungkap Septinus.
Masyarakat Papua pantai, jelas Septinus, terdapat sekian banyak kepala suku dan ondoafi sehingga tidak ada yang bisa mengklaim dirinya menjadi Kepala Suku besar karena hal tersebut juga berkaitan dengan silsilah keturunan. "Pihaknya merasa khawatir dengan pengangkatan Lukas Enembe sebagai Kepala Suku Besar pada akhirnya akan membuat kekacauan di tengah masyarakat," ucap Tokoh Masyarakat Pantai Papua ini.
Menurut Septinus, status Lukas Enembe sebagai Gubernur diakui masyarakat karena melalui aturan pemerintahan yang sah. Namun, Lukas Enembe secara adat tidak ada garis keturunan sehingga tidak diakui sebagai kepala suku.
"Lukas Enembe harus berani jujur untuk berbicara sesuai kenyataan kepada KPK agar kasusnya tidak berkepanjangan dan membawa - bawa masyarakat Papua sebagai Tameng", kata Septinus.
Adanya masyarakat yang berjaga di kediaman menandakan bahwa ada sesuatu yang salah karena pihaknya menilai apabila tidak bersalah penjagaan seperti itu tidak diperlukan. "Seluruh masyarakat seharusnya percayakan semuanya kepada hukum dan tidak melakukan intervensi", tutup Septinus. (OL-13)
Baca Juga: Cucu Pahlawan Nasional Marthen Indey Risih Lukas Disebut ...
Terkini Lainnya
Selain Gubernur, Kepala Suku Mek Minta KPK Juga Periksa Pejabat Daerah di Yahukimo
Ketua Dewan Adat Suku : Papua Harus Tetap Damai Meski Gubernur Tersangkut Hukum
Pemuda Gereja Bethel Papua: Di Atas Kepala Suku Hanya Ada Tuhan, Bukan Kepala Suku Besar
Rakyat Papua Bersatu Tolak Lukas Enembe Sebagai Kepala Suku Besar Papua
Tokoh Adat Gugat Legalitas Dewan Adat yang Kukuhkan LE jadi Kepala Suku Besar Papua
Ketua Dewan Adat Suku: Lukas Enembe Tidak Diakui Kepala Suku Besar Papua
Kehadiran Kelapa Sawit di Tanah Papua Jadi Penopang Ekonomi Rakyat
Proses Pelaporan Inovasi Daerah Papua akan Dipermudah
Imunitas masih Rendah, Bahaya Malaria masih Intai Anak
Prakiraan Cuaca Rabu (19/6) di Wilayah Indonesia: Potensi Hujan dan Gelombang Laut
Aktivitas Ekonomi dan Sosial di Papua Berjalan Normal
Respons All Eyes On Papua, DPR Minta Persoalan Alih Fungsi Lahan Libatkan Para Ketua Adat
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Abnon Jaksel: Memperkenalkan Jakarta Selatan melalui Pariwisata dan Kebudayaan Betawi
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap