visitaaponce.com

Semangat Maju Ikit, Inspirasi dari Seorang Gadis Bukit

Semangat Maju Ikit, Inspirasi dari Seorang Gadis Bukit
Dinda Sari alias Ikit menekuni seni kerajinan tangan sebagai tambahan nafkah keluarga(MI/DENNY SUSANTO)

HIDUP memang penuh perjuangan. Untuk itu, tinggal di pedalaman Pegunungan Meratus, tidak membuat Ikit wanita Suku Dayak Meratus (Orang Bukit) patah semangat. Justru sebaliknya ia sangat termotivasi.

Ikit ialah nama panggilannya. Ia terlahir dengan nama Dinda Sari. Gadis yang berusia 22 tahun.

Siang beberapa waktu lalu, Ikit tiba di rumah sehabis membantu orangtuanya membersihkan gulma dan rumput liar di ladang. Butah (keranjang) yang digendongnya dipenuhi aneka sayuran hasil panen untuk lauk makan bersama keluarga.

Tak lama setelah selesai mempersiapkan makan siang, Dinda menyempatkan waktu menyelesaikan anyaman rotan yang dibuatnya sejak beberapa hari lalu. Beragam hasil anyaman berupa butah, salipang, balihung hingga tempat botol ini kemudian dijual ke kota kecamatan ataupun dititipkan di toko kerajinan.

Tak jarang Ikit mendapatkan pesanan membuat butah maupun produk anyaman lainnya tidak hanya dari warga desa, tetapi juga warga kabupaten tetangga. Untuk satu buah keranjang rotan ini dijual dengan harga bervariasi tergantung ukuran dan motifnya. Hasil penjualan anyaman ini sebagian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

Sedikit berbeda dari gadis desa kebanyakan, Ikit dikenal aktif beraktivitas di kampungnya, Desa Batu Perahu. Selain aktif menjadi anggota Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN), secara mandiri Ikit bersama beberapa warga desa banyak menanam tanaman kopi dan coklat.

Berbekal ijazah SMA yang dimilikinya Ikit juga diangkat menjadi salah seorang tenaga pengajar di pendidikan anak usia dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak Desa Batu Perahu.

"Saya ingin anak-anak desa kami lebih maju. Salah satunya lewat pendidikan, meskipun baru ada sekolah TK dan SD di desa kami," tutur Ikit yang merasa prihatin karena banyak warga desa terpaksa tidak melanjutkan pendidikan karena faktor ekonomi dan tidak adanya sekolah tingkat SMP dan SMA.

Di masanya, Ikit bersama segelintir anak-anak pedalaman harus bersekolah SMP ke kota kecamatan dan SMA ke kota kabupaten yang jaraknya sangat jauh. Sebagai perempuan suku Dayak yang tinggal di daerah terpencil, Ikit harus menerima kenyataan dan tetap menyalakan semangat untuk maju.

Kendala daerah terpencil

Desa Batu Perahu di Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, merupakan salah satu daerah terpencil yang berada di pedalaman kawasan Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Disebut terpencil karena memang secara geografis desa ini berada sangat jauh dan sulit dijangkau.

Dari desa terdekat yaitu Desa Atiran, Desa Batu Perahu dapat dijangkau dengan berjalan kaki lebih kurang 5-6 jam. Saat musim kemarau dan kondisi jalan berupa sebagian jalan yang sudah bervaving blok dan sebagian jalan tanah setapak di tengah hutan ini dapat menggunakan sepeda motor dengan waktu tempuh dua jam. Namun jalur inipun hanya dapat dilalui jenis kendaraan trail atau kendaraan modifikasi untuk medan berat.

"Salah satu kendala di desa-desa terpencil di Meratus, termasuk desa kami adalah akses jalan dan listrik. Belum lagi kalau kita bicara soal pembangunan infrastruktur lain seperti kesehatan dan pendidikan," ungkap Kepala Desa Batu Perahu, Anah.

Tidak hanya di Desa Batu Perahu, buruknya akses jalan masih dialami banyak desa terpencil di Kalsel. Kondisi ini memicu gencarnya desakan agar pemerintah memprioritaskan pembangunan infrastruktur di wilayah pedalaman. (N-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat