visitaaponce.com

Pesta Warga Gentungan Menjelang Panen Besar

Pesta Warga Gentungan Menjelang Panen Besar
Petani dari Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, menggelar pesta budaya sebelum panen raya(MI/WIDJAJADI)

HAMPARAN tanaman padi dengan bulir bulir padi jenis menthik wangi di Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar sudah mulai menunduk, yang menjadi tanda siap dipanen.

Minggu pagi (19/2), Ratusan keluarga petani yang bergabung dalam Kelompok Tani Mulyo, menampakkan wajah ceria. Mereka bergabung dengan puluhan mahasiwa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan juga sejumlah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) di Rumah Tani Gentungan, untuk menggelar Festival Gropyokan Omo Sawah.
 
"Ini tradisi budaya petani Desa Gentungan, setiap menyambut panen raya padi organik. Kebetulan hasil panenan bakal bagus, dan ini menjadi berkah, sehingga perlu disyukuri dengan kegiatan budaya berupaya festival di kawasan Umbul Setumpeng dan galengan tanaman padi yang hendak kami panen," ujar Ketua Kelompok Tani Mulyo I, Hasyim Ashari.
 
Lembaga Pengabdian Masyarakat ISI Surakarta mendukung dengan menyumbangkan karya budaya, berupa kreasi festival omo sawah. Jadilah, kegiatan budaya untuk menyambut panen raya padi organik Tani Mulyo Gentungan bisa berlangsung penuh suka cita, dalam balutan festival gropyokan yang diiirngi Tari Loro Blonyo.
 
Loro Blonyo merupakan karya tari yang disasarkan pada kajian filosofi patung Loro Blonyo yang menjadi simbol kesuburan bagi masyarakat petani Jawa. Karya ini memvisualisasikan tentang patung Loro Blonyo dalam kehidupan masyarakat petani jawa.  

Sebagian masyarakat Jawa masih percaya bahwa patung Loro Blonyo dapat mendatangkan sugesti kesuburan dalam pertanian maupun keharmonisan pria dan wanita dalam membangun rumah tangga. Dan patung Loro Blonyo tertuang dalam setiap aktivitas masyarakat petani dalam setiap kehidupannya.
 
Gerak tari dirangkai dalam empat adegan, yakni hadirnya Dewi Sri, aktivitas masyarakat petani Jawa, dan harapan petani ketika berhasil mengalahkan hama yang menyerang tanaman padi yang dikelolanya.
 
Dalam festival gropyokan omo sawah ini, dua penari loro blonyo menjadi pembawa sesaji beras berada paling depan dengan diikuti dewi sri serta dibelakangnya para peraga berbagai macam hama dan juga petani yang membrantas hama padi.
 
Prosesi festival bermula dari Rumah Tani Gentungan yang selama setahun berdiri menjadi pusat edukasi pertanian, pariwisata dan laboratorium tani, lalu berjalan secara arak arakan mengitari Umbul Setumpeng, dan kemudian menuju persawahan yang hendak dipanen.
 
Suasana sangat meriah. Para penari Dewi Sri terlihat bergerak gemulai mengikuti irama lesung. Begitu halnya para peraga hama tikus, wereng, walang dan burung terlihat bergerak gerak, dan akhirnya pergi atau tumpas, berakhir petani genbira menyambut panen.
 
Panen maksimal

Panen raya padi bersertifikat padi organik seluas 23 hektare di Desa Gentungan menghasilkan panen maksimal. "Hasil panen mencapai 7-8 ton per hektare. Petani langsung mendapatkan uang Rp12 ribu per kilogram  ketika gabah masuk ke penggilingan," imbuh Hasyim.
 

Seorang petani anggota Tani Mulyo I bertutur, dari total lahan seluas 23 hektare padi organik petani rata rata memiliki satu patok, yang luasnya antara 3.000-3500 meter persegi. Panen gabah kering panen mecapai rata rata 40 sak, dengan satu saknya berisi 35 kilogram.

"Semua disetorkan kepada Ketua Klontan Tani Mulyo, dan kami langsung mendapatkan harga beras, yang dipatok Rp12 ribu per kilogram," ujar Mbok Ginem. (N-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat