visitaaponce.com

Sinergi Jadi Kunci untuk Tingkatkan Literasi

Sinergi Jadi Kunci untuk Tingkatkan Literasi
Seorang anak membaca buku di perpustakaan Dusun Senja, Desa Candikusuma, Jembrana, Bali, Sabtu (23/7/2022).(ANTARA/NYOMAN HENDRA WIBOWO)

PENGAMAT pendidikan Ina Liem mengatakan butuh kerja sama berbagai pihak seperti pemerintah, sekolah, orang tua, komunitas untuk meningkatkan literasi di Indonesia.

"Dari pemerintah sebetulnya sudah ada transformasi kurikulum ke arah sana, tidak fokus hafalan, tidak fokus konten, ataupun drilling. Pertanyaan-pertanyaan 'sebutkan' dan pilihan ganda yang terlalu banyak ini menyebabkan tingkat literasi tidak naik-naik," ujar Ina, Kamis (27/4).

Menurutnya, dengan hal tersebut siswa tidak dilatih menganalisa bacaan dan menguraikan hasil analisanya baik melalui tulisan ataupun verbal melalui presentasi atau diskusi.

"Namun setelah kurikulum berubah, tantangan sekarang ada di guru-guru nya. Banyak yang berada di zona nyaman, ogah berubah. Gurunya sendiri minat bacanya bagaimana? Kalau gurunya banyak baca, ngikutin berita, dan itu bisa dibahas di kelas kan siswanya bisa ikut tertarik. Bukan one way communication," tukasnya.

Baca juga: Tiga Faktor Kunci Tingkatkan Literasi

Kemudian, sikap keterbukaan orang tua juga harus diperkuat lagi, meskipun anaknya mempertanyakan segala sesuatu termasuk aturan yang dianggap tidak masuk akal bagi anak.

Di kesempatan yang sama, Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Syarif Bandi membeberkan tahapan untuk meningkatkan literasi Indonesia. Tahapan tersebut menurut Syarif dibagi menjadi 5 tingkatan.

"Yang pertama tahap kemampuan mengenal huruf, kata, kalimat, paragraf atau kemampuan membaca, menulis dan menghitung (calistung) serta karakter, itu cara mengukur literasi suatu negara," ucap Syarif.

Baca juga: Tingkatkan Literasi Melalui Pesantren Ramadan

Tahapan yang kedua adalah seberapa luas akses informasi yang terbaru terkini terlengkap dan terpercaya suatu negara.

"Di banyak tempat, akses pembelajaran masih sangat ketinggalan dari negara lain, belum lagi di sekolah dasar sekolah menengah rata-rata tidak memiliki perpustakaan yang bagus," ujarnya.

Lalu ketiga, yang selalu dipersoalkan oleh Program International Study Assesment (PISA) adalah kemampuan anak-anak di tingkat sekolah dasar untuk memahami makna apa yang dia baca.

"Hasil PISA mengatakan dari sekitar 10.000 responden anak kelas 2 SMP Indonesia, hanya sekitar 15% yang mengerti suatu informasi dari teks yang disodorkan setebal 25 halaman, berbanding dengan anak di Hong Kong, Eropa dan Amerika Serikat yang hampir 95% bisa mengkritisi naskah yang tebalnya 25 halaman itu," ungkap Syarif.

Yang keempat literasi harus mampu untuk memciptakan inovasi dan kreativitas dan yang kelima adalah literasi kemampuan memproduksi barang dan jasa yang bermutu.

"Parameter sebuah negara dengan literasi yang tinggi adalah negara produsen. Untuk mencapai itu semua, proses belajar mengajar harus memastikan lima tingkatan tadi dicapai," tegasnya. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat