visitaaponce.com

Manfaatkan Biogas dari Sampah, Ciptakan Energi Hijau Menunjang Ekonomi Sirkular

Manfaatkan Biogas dari Sampah, Ciptakan Energi Hijau Menunjang Ekonomi Sirkular
Seorang warga tengah memasak menggunakan biogas.(MI/Lilik Darmawan)

RUDATIN, 45, warga Desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah (Jateng) itu tampak berbinar, ketika nyala api biru muncul dari kompor miliknya. Ia pantas berbahagia, karena dirinya bisa menghemat pendapatan keluarga. Apalagi Rudatin kini tidak perlu lagi membeli elpiji 3 kilogram (kg). 

“Saya bahagia, karena tidak lagi membeli elpiji. Saya mendapatkan pasokan biogas dari pengolahan sampah yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kaligending. Padahal sebelum ada biogas dari sampah, setiap bulan saya menghabiskan 2-3 tabung gas. Jelas sangat lumayan irit, karena bisa menghemat Rp40 ribu hingga Rp60 ribu per bulan,” ujarnya pada Kamis (24/8). 

Rudatin mengaku sudah 10 bulan sebagai penerima manfaat biogas dari hasil pengolahan sampah.  Sehingga kalau dihitung selama 10 bulan sudah menghemat antara Rp400 ribu hingga Rp600 ribu.

Baca jugaAndalkan Biogas, Warga Desa Mundu di Klaten tak Panik saat Elpiji ...

“Alhamdulillah, saya sama sekali tidak keluar uang. Hanya memang, untuk kompor biogas masih dibatasi. Pada pagi hari, antara jam 05.00 WIB hingga 10.00 WIB. Kemudian sore harinya mulai jam 15.00 WIB hingga malam jam 21.00 WIB. Waktunya juga pada saat saya masak,” jelasnya.

Tak hanya Rudatin, Anjar, 35, juga mengalami hal yang sama. Meski masih tetap membeli elpiji 3 kg untuk memasak sewaktu-waktu, tetapi dia sudah sangat berhemat. Jika sebelumnya sampai 4 tabung per bulan, paling kini hanya satu tabung saja. “Itu pun tidak habis. Benar-benar sangat menghemat,”katanya.

Awalnya, Anjar merasa tidak ada untungnya berada di sekitar TPA Kaligending. Tetapi, pemikiran itu berubah setelah ada pengolahan sampah menjadi biogas. 

“Kami juga berterima kasih karena ada perusahaan yang memberikan bantuan kompor biogas. Sehingga kami makin terbantu,”ungkapnya.

Baca juga: UPLAND Project Kementan Terapkan Program UPPO-Biogas

Ia menjelaskan kualitas api yang dihasilkan biogas sampah mirip dengan elpiji 3 kg. Sehingga kalau untuk memasak air, maka waktunya sama saja. 

“Kualitas apinya tidak kalah dengan elpiji 3 kg. Gasnya malah tidak berbau dan cepat membuat panas,”kata dia.

Kepala Dusun Gayam Toyo Swardana Wisnu mengatakan sampai sekarang rumah yang mendapat suplai biogas di Desa Kaligending adalah warga Dusun Gayam. 

“Hingga kini, ada 44 rumah yang teraliri biogas dari sampah. Warga sangat merasakan dampak positifnya. Meski berada tidak jauh dari TPA, ternyata mereka mendapatkan manfaatnya. Yakni menghemat biaya untuk membeli elpiji karena telah terganti dengan biogas,”kata Toyo.

Dia mengatakan pada awalnya pemanfaatan biogas dari sampah pada tahun 2022 lalu. Ketika itu, ada uji coba dari Pemkab Kebumen. 

“Setelah dicoba beberapa kali, pada akhirnya berhasil. Untuk awalan, waktu itu hanya ada 8 rumah yang teraliri biogas, karena terbatasnya anggaran dari Pemkab Kebumen,” ujar dia.

Pihak ketiga

Dihubungi terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Penataan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Persampahan (PPKLHPP) Dinas Lingkungan Hidup dan Kelautan dan Perikanan (DLHKP) Kebumen Endah Dwiyantiningsih mengatakan pemkab memiliki gagasan untuk mengubah sampah menjadi biogas. Apalagi, setiap harinya ada sekitar 55 ton setiap hari sampah masuk ke TPA Kaligending. 

“Sebelum tahun 2022 sudah dicoba, bisa tetapi kurang maksimal. Baru pada tahun 2022, mulai dibangun instalasi sederhana yang mengalirkan gas metana untuk menjadi biogas. Jadi, di lokasi TPA ada methane capture di lokasi TPA. Pada awalnya, hasilnya cukup lumayan untuk 8 rumah,” jelas Endah.

Dia menuturkan pihaknya akhirnya mencari-cari kemungkinan ada pihak ketiga yang dapat mengembangkan pemanfaatan sampah untuk biogas. 

“Akhirnya, Pemkab menemukan BUMN Sucofindo yang siap membangun methan capture atau sumur gas metan serta jaringan ke rumah-rumah warga. Pembangunan dimulai awal 2023 lalu dan pekan ini telah diresmikan oleh Bupati Arif Sugiyanto,”katanya.

Baca juga: Warga Desa Mundu Klaten Kembangkan Arisan Biogas Sebagai ...

Dengan demikian, saat sekarang biogas dari sampah sudah berkembang. Data terakhir menyebutkan, ada 44 rumah yang teraliri biogas dari sampah. “Pipa penyalurannya cukup panjang, karena jarak antara TPA dengan rumah penduduk agak jauh. Minimal 200 meter dan maksimal hampir 1 kilometer (km). Untuk methane capture membuat lubang dengan kedalaman 2 meter. Kemudian ada proses purifikasi, setelah itu bisa mengalirkan biogas ke rumah-rumah warga ,“ujarnya.

Menurut Endah, memanfaatkan metana merupakan bagian penting dari andil mengurangi proses pemanasan global. Pasalnya, metana merupakan gas rumah kaca yang kuat 28 sampai 36 kali lebih efektif daripada CO2 dalam memerangkap panas di atmosfer selama periode 100 tahun. 

“Dengan memanfaatkan metana, maka sama saja mengurangi gas penyebab pemanasan global,” jelas Endah.

Kemandirian energi 

Bupati Kebumen Arif Sugiyanto mengatakan pemanfaatan metana menjadi biogas merupakan terobosan untuk menuju kemandirian energi. Ini juga menjadi solusi persoalan sampah yang pelik. Karena dengan semakin bertambahnya sampah maka bakal semakin menjadi penyumbang gas rumah kaca (GRK). “GRK inilah yang menjadi penyebab perubahan iklim akibat pemanasan global,”ujarnya.

Bupati berterima kasih kepada Sucofindo yang ikut mendorong optimalisasi pemanfaatan biogas dari sampah. “Ke depan, Pemkab Kebumen bakal mengajak pihak ketiga untuk terus mengembangkan potensi biogas dari sampah ini. Sehingga akan semakin banyak warga yang menerima manfaat biogas,”katanya.

Bupati menambahkan pengelolaan sampah menjadi biogas harus terus dikembangkan. Pemkab akan mengupayakan CSR untuk penambahan alat. "Ini yang mengelola masyarakat sendiri, jadi harus kami dorong agar jaringannya bisa semakin luas. Tentu harus dilengkapi dengan peralatan yang memadai. Bahkan dapat pula dijajaki pembangkit listrik tenaga sampah,”kata Bupati. 

Optimalisasi tersebut diharapkan menjadi sirkular ekonomi pendapatan daerah di Kabupaten Kebumen, serta warga di wilayah TPA Kaligending. “Pemanfaatan biogas merupakan bagian penting dalam gerakan pelestarian lingkungan serta untuk menciptakan ekonomi sirkular,”ujarnya.

Dalam pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular, lanjutnya, dipahami sebagai sistem dengan prinsip pada pengurangan sampah dengan optimalisasi sumber daya yang ada. 
Artinya, sampah, emisi, dan energi yang terbuang bisa diminimalkan. Juga sampah yang berada di TPA juga dapat terus berkurang. 

Kini tengah diinisiasi terbentuknya kelompok swadaya masyarakat (KSM) sebagai wadah warga penerima manfaat biogas. KSM juga akan melakukan pemeliharaan peralatan dan jaringan biogas. Dengan adanya energi terbarukan dari sampah ini membuktikan bahwa TPA tidak hanya memunculkan bau semata, tetapi juga energi bersih berupa biogas untuk masyarakat. (LD/A-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat