visitaaponce.com

Pemkot Bandung Lepas 308 Ember Telur Nyamuk Wolbachia

Pemkot Bandung Lepas 308 Ember Telur Nyamuk Wolbachia
Ilustrasi(Istimewa)

PEMERINTAH Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat (Jabar) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menyebarkan sebanyak 308 ember telur nyamuk Wolbachia di 15 RW yang ada di Kelurahan Pasanggrahan  Kecamatan Ujungberung Kota Bandung pada Selasa (28/11). 

Ini merupakan penyebaran yang kedua, sedangkan penyebaran pertama dilakukan pada Selasa (31/10) lalu.

"Hari ini penerapan kedua implementasi teknologi nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia. Jadi kita coba di satu Kecamatan dulu, di Ujungberung kan ada 5 Kelurahan, kita coba di Pasanggrahan dulu nanti kalau hasilnya bagus kita lanjut ke 4 Kelurahan lainnya," jelas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung Ira Dewi Jani.

Baca juga : Pemkot Semarang Intensifkan Penyebaran Wolbachia

Seperti diketahui, Kota Bandung menjadi kota pertama yang mendapat penyebaran nyamuk Wolbachia, yakni nyamuk berjenis Aedes aegypti yang kemudian diinjeksi kuman Wolbachia. Sebabnya, Bandung menjadi kota pertama dengan kasus DBD tertinggi di Indonesia yakni 1.785 kasus. 

Bakteri Wolbachia yang dapat tumbuh di tubuh serangga ini, dianggap mampu melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga nyamuk itu tak bisa menularkan virus itu ke tubuh manusia.

Baca juga : Menkes: Peningkatan Kasus DBD Ikuti Pola El Nino

Menurut Ira sebetulnya, ruangannyalah yang jadi tempat berkembangnya nyamuk-nyamuk 'mahal' itu. Telur nyamuk yang telah diinjeksi bakteri Wolbachia itu dibiarkan berkembang dan menetas pada sebuah ember kecil berisi air. Setiap satu ember, diisi sebanyak 200-250 telur nyamuk dan pakan nyamuknya.

"Sebelum diuji coba, sudah dipastikan efeknya apa. Ya bentol, ya gatel, tapi teknologi ini jadi pelengkap yang dampaknya mungkin baru terasa 1-2 tahun ke depan. Setelah enam bulan, nanti akan dicek proporsi nyamuknya apakah sudah 60% itu nyamuk ber-Wolbachia atau belum? Kalau belum akan ditambah lagi sambil dicek mungkin kualitas telurnya yang nggak bagus," jelasnya.

Ira pun memastikan sejauh ini respon masyarakat setempat menerima dengan baik, hanya saja pemberitaan yang simpang siur kerap menuai kritik dari masyarakat. Sejak penyebaran pada akhir bulan Oktober lalu, tidak ada komplain dari masyarakat setempat. 

Pemilihan Kecamatan Ujungberung sebagai titik pertama disebabkan karena kecamatan ini menjadi salah satu 
dari 10 kecamatan dengan angka kasus DBD tertinggi di Kota Bandung. Maka dari itu, pelepasan telur nyamuk bertahap dilakukan pertama di Ujungberung selama enam bulan ke depan.

"Munculnya protes dari warga itu baru ada setelah kemarin berita di berbagai media sosial, jadi awalnya penerimaan sudah baik tapi ada yang mempertanyakan lagi. Jadi harus teman-teman Puskesmas yang menjelaskan, karena data dan fakta sudah ada, ketika kita bicara tinggal dikasih buktinya," ungkapnya.

Tapi yang jelas kata Ira,  ini juga jadi evaluasi, kalau ada yang keberatan, biasanya karena belum paham seperti apa nyamuk wolbachia itu. Ternyata sosialisasi itu malah lebih cepat dari WhatsApp Grup. Jadi nanti pendekatannya bakal masif ke sosial media dan WA Grup, sambil program ini berjalan.

"Saya berpesan agar warga masyarakat tidak perlu khawatir. Jika nyamuk yang terlalu banyak dirasa mengganggu, ia mengatakan nyamuk tersebut tetap boleh dibasmi. Warga juga tetap harus menghindari adanya tempat-tempat genangan nyamuk, kecuali ember Wolbachia dari pemerintah," tambahnya. (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat