visitaaponce.com

Berkolaborasi untuk Kebangkitan Semangat Petani Krisan Cianjur

Berkolaborasi untuk Kebangkitan Semangat Petani Krisan Cianjur
Umur Krisan dari tanam hingga menghasilkan bunga siap panen lebih kurang 90 hari.(Dok Human Initiative)

BUNGA Krisan yang disebut Krisan Hargem (Chrysanthemum), si cantik nan anggun dari Asia Timur, tak hanya dikenal dengan pesona memikat, tapi juga sarat makna.

Di Indonesia, bunga ini lebih akrab disapa bunga Seruni, melambangkan kekaguman, pujian, kebangsawanan, keceriaan, hingga kedukaan.
Krisan hadir dalam beragam warna dan ribuan jenis, hasil perpaduan bunga Krisan dari negara lain. Keindahannya bisa dilihat di taman, ruangan rumah, hotel, hingga sebagai buket istimewa.

Budidaya Krisan banyak dijumpai di dataran tinggi, dikelola kelompok tani dan individu. Salah satu penghasil terbaik yakni Desa Nyalindung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Baca juga : Senyum Petani Bunga Potong di Cianjur Merekah Kembali

Di sini, Krisan tak cuma jadi sumber keindahan tapi juga sebagai mata pencaharian banyak orang, karena dari generasi ke generasi melakukan budidaya Krisan Hargem.

Namun, duka menyelimuti Nyalindung pada 21 November 2022. Gempa bumi dangkal 5,6 magnitudo melanda, menghancurkan banyak lahan Krisan. Para petani terpuruk, merasakan penurunan pendapatan akibat bencana. Di tengah keterpurukan, secercah asa hadir lewat program pemberdayaan petani Krisan, hasil dari kolaborasi Sahabat Inisiator, para relawan dan pemerintah setempat.

Bantuan ini tak hanya memulihkan semangat petani, tapi juga membuka jalan baru untuk bangkit dari keterpurukan. Program ini tak hanya berfokus pada pemulihan fisik lahan, tapi juga pelatihan dan pendampingan usaha petani. Mereka diajarkan teknik budidaya modern dan efisien, serta strategi pemasaran lebih efektif.

Baca juga : Pacu Ekonomi Kota Tomohon, Stefanus Liow Buka Ekspor Bunga ke Jepang dan Singapura

Berkat program ini, para petani Krisan di Nyalindung mulai bangkit. Lahan mereka kembali hijau, hasil panen membaik, dan pendapatan pulih.
Pendamping petani Krisan Hargem, Urwah Azizurahman, 26, menuturkan, ada 15 petani penggarap lahan sewa.

"Luas lahan yang digarap 15 petani binaan Human Initiative (HI) tahap pertama ini baru 400 m2 x 400 m2, dikelola modern, dibuat greenhouse mesti kerangkanya baru dari bambu, tapi sudah lumayan baik," ujar Urwah.

Metode budidaya green house, baik untuk perkembangan pohon, produksi dan melindungi Krisan dari hama. Cuaca ekstrem yang tidak pasti juga membuat budidaya bunga ini kerap tidak mendapatkan hasil sesuai harapan.

Baca juga : Kebutuhan Florikultura di Pasar Domestik Tumbuh 21,8% Setahun

Modal awal yang lumayan besar tak bisa dihindari. Akan tetapi, dengan greenhouse hasilnya lebih optimal. "Umur Krisan dari tanam hingga menghasilkan bunga siap panen lebih kurang 90 hari," kata Urwah. 

Ia berharap intervensi HI kepada petani Krisan tidak berhenti di sini. Masih banyak dari mereka ingin mendapatkan bantuan serupa agar hasil budidaya terus meningkat sehingga kehidupan keluarganya lebih baik. Urwah berharap HI bersama pecinta Krisan di Indonesia terus membantu kampanye terkait kebaikan dan eksistensi Krisan agar masyarakat makin mengenal dan menggunakannya.

Pelatihan tentang strategi pemasaran Krisan harus terus dilakukan. Sebab, sampai kini, petani masih menjual hasil panen ke tengkulak atau pengepul, sehingga mereka tak bisa menikmati harga secara optimal.

"Pengepul yang mendapat untung besar. Sebab, dari tangan petani hingga pengguna di kota-kota besar seperti, Jakarta, Bandung, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, memerlukan biaya tidak sedikit," ucap Urwah. (H-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat