visitaaponce.com

Mengenal Cabang Olahraga Lempar Lembing

Mengenal Cabang Olahraga Lempar Lembing 
Seorang atlet lempar lembing melakukan aksinya.(AFP/Valentine CHAPUIS)

DALAM ranah dunia olahraga yang mencakup beragam cabang, salah satu yang menarik perhatian adalah cabang olahraga lempar lembing. Cabang yang menggabungkan kekuatan, kecepatan, dan teknik presisi ini telah berhasil memukau atlet dan penonton selama bertahun-tahun. 

Di balik gemuruh sorakan tribun dan cemerlangnya medali, terdapat esensi yang perlu kita pahami mengenai tujuan utama, kompleksitas lapangan, dan landasan teknik dasar yang menjadi pondasi dalam membangun sebuah lemparan sempurna. 

Tujuan lempar lembing adalah untuk memperoleh jarak lemparan sejauh-jauhnya. Lembing yang digunakan dalam hal ini mirip seperti tombak berujung runcing. 

Baca juga: Mengenal Macam Start Dalam Olahraga Lari

Seorang atlet lempar lembing mengandalkan kekuatan otot tangan, kaki hingga pinggul. Atlet lempar lembing juga membutuhkan kecepatan, gaya khusus dan teknik yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 

Lempar lembing, bagian dari cabang olahraga atletik, merupakan disiplin yang sangat mengesankan. Mekanisme pelaksanaannya menyerupai jenis lemparan lainnya. Sasarannya adalah untuk mencapai jarak terjauh yang memungkinkan. 

Seorang atlet yang terlibat dalam lempar lembing mengandalkan kekuatan otot dari tangan, kaki, dan pinggul. Untuk mencapai hasil maksimal, dibutuhkan kecepatan, teknik khusus, dan gaya yang tepat.

Baca juga: Ketua Federasi Atletik Somalia Dipecat Karena Kirim Pelari Palsu

Lempar lembing adalah salah satu cabang olahraga yang masuk dalam kompetisi Olimpiade. Di Indonesia, olahraga ini juga cukup populer, terutama di kalangan atletik. Di tingkat nasional, Indonesia juga menggelar kompetisi lempar lembing, contohnya dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON).

Menurut informasi yang terdapat di World Athletics, cabang olahraga lempar lembing telah mengalami transformasi yang menarik. Awalnya digunakan sebagai alat dalam aktivitas berburu dan peperangan, lempar lembing kini telah menjadi salah satu cabang olahraga prestisius di bawah payung Olimpiade.

Sejarah lempar lembing

Asal mula lempar lembing dapat ditelusuri hingga ke Yunani pada Olimpiade Kuno pada 708 SM. Pada waktu itu, lempar lembing merupakan bagian dari sebuah kompetisi kuno yang disebut pentathlon, yang melibatkan berbagai disiplin seperti lari, lempar cakram, lompat jauh, dan gulat. 

Lempar lembing pada masa itu menggunakan lembing yang terbuat dari kayu zaitun.

Sayangnya, kompleks Olympia, tempat Olimpiade Kuno diadakan, mengalami kerusakan akibat pertempuran dan bencana alam yang terjadi selama berabad-abad. Hal ini menyebabkan resmi berakhirnya Olimpiade sekitar 394 Masehi, ketika Kaisar Romawi Theodosius I melarang perhelatan perlombaan yang memiliki latar belakang paganisme, mengingat bahwa Olimpiade Kuno memiliki unsur penyembahan kepada dewa-dewa.

Setelah masa kegelapan tersebut, lempar lembing kembali bersinar dalam Olimpiade modern, pertama kali untuk kategori putra pada 1908, dan kemudian diperkenalkan untuk kategori putri pada 1932. 

Ketika pertama kali diperkenalkan, cabang olahraga ini masih memiliki sedikit peraturan dan standar mengenai desain alat lempar. Namun, setelah didirikannya International Association of Athletics Federations (IAAF), standar yang ketat terkait desain lembing diberlakukan.

Dalam dekade-dekade berikutnya, catatan rekor dunia dan prestasi dalam Olimpiade terus mengalami peningkatan. Salah satu momen puncak adalah pada 1984, ketika Uwe Hohn mencatat rekor lemparan dengan jarak 104,8 meter. 

Meskipun mengesankan, jarak ini juga menimbulkan kekhawatiran akan keamanan, mengingat kemungkinan lembing mendarat di area keramaian. Sebagai respons, IAAF melakukan perubahan desain pada lembing pria, dan peraturan baru ini mulai berlaku sejak 1 April 1986.

Dalam olahraga lempar lembing, perhatian terhadap sejumlah faktor menjadi krusial. Fokus utama dimulai dari alat yang digunakan, yaitu lembing itu sendiri. Struktur lembing yang terdiri dari tiga komponen - kepala logam, poros logam atau kayu, dan pegangan yang ditempatkan seimbang dengan pusat gravitasi - menjadi faktor yang menentukan. 

Panjang lembing berbeda antara kategori pria, dengan panjang berkisar 2,6 hingga 2,7 meter, dan kategori wanita, dengan panjang 2,2 hingga 2,3 meter.

Sementara itu, persyaratan lapangan untuk lempar lembing mengacu pada ukuran tertentu. Panjang landasan pacu memiliki batas maksimal 36,50 meter, dengan panjang minimum 30 meter. Tanda-tanda penting yang membagi landasan menjadi segmen yang tepat perlu diperhatikan. 

Pada landasan inilah atlet membangun momentum sebelum lemparan dilakukan.

Tidak kalah pentingnya, area pendaratan lembing menjadi faktor krusial dalam menjalankan olahraga ini. 

Area pendaratan memiliki batasan berupa dua garis, yang membentuk busur seiring garis lintasan awalan (runaway). Komposisi area pendaratan melibatkan tata letak rumput dan dimensi busur yang diperhitungkan dengan seksama.

Teknik dasar lempar lembing

Menurut informasi dari laman BBC, melempar lembing melibatkan lima tahapan yang memerlukan ketepatan dan koordinasi yang baik. Pertama, langkah awal adalah memegang lembing dengan tangan. 

Tangan perlu meletakkan tali lembing di sekitar bagian belakang, dengan ibu jari membentuk sudut tertentu.

Tahap berikutnya adalah mencari momentum melalui langkah berlari. Para atlet harus memastikan sisa langkah lari yang tersisa, yakni 13 hingga 19 langkah, dari garis lempar. Penanda tambahan juga diletakkan sebagai panduan. Selama berlari, lembing dipegang setinggi kepala, dengan lengan ditekuk dan siku mengarah ke depan.

Tahap tiga melibatkan pergerakan tubuh yang lebih kompleks. Setelah mencapai penanda kedua, kaki kanan diletakkan di tanah dan lengan lembing diayunkan dari depan ke belakang, menjulurkan lengan hingga sejajar dengan bahu. Selanjutnya, lembing diarahkan menuju area lemparan.

Pada tahap berikutnya, bagian belakang lembing perlahan diturunkan sambil menjaga jarak tetap dekat dengan kepala dan posisinya sejajar dengan alis. 

Sementara itu, kaki kiri didorong ke bawah, sambil langkahnya lebih panjang dan seimbang dibandingkan kaki kanan.

Kunci sukses dalam melempar lembing juga terletak pada gaya pegangan. 

Lembing harus dipegang dengan cara tertentu untuk mencapai hasil lemparan maksimal. 

Tiga gaya utama adalah "American Grip," yang melibatkan jari tengah, jari manis, dan jari kelingking di lekukan lembing; "The Finnish Grip," yang mengandalkan ibu jari dan jari telunjuk di bagian samping lembing; serta "The 'V' Grip," di mana lembing diletakkan di antara telunjuk dan jari tengah. 

Setiap gaya memiliki keunikan dan fungsi masing-masing dalam memberikan performa terbaik dalam olahraga lempar lembing. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat