Mengusung Kembali Kejayaan Rempah Tanpa Pertumpahan Darah
![Mengusung Kembali Kejayaan Rempah Tanpa Pertumpahan Darah](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/11/ffd390ea8972aa68485c0297835e8a0d.jpg)
PESONA rempah-rempah Indonesia sudah mengglobal jauh sebelum abad masehi, melalui aktivitas perdagangan komoditas tersebut di Jalur Sutera hingga jalur Dupa Romawi. Bahkan juga sampai ke Afrika Timur, yakni pada sekitar abad 5 SM hingga abad 11 Masehi.
Daya tarik dari tanaman herbal dan bumbu dapur atau rempah-rempah yang banyak terdapat di Nusantara juga mengundang bangsa Eropa untuk datang pada ratusan tahun yang lalu. Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara tidak terlepas dari kebijakan Dinasti Turki Utsmani yang menutup jalur darat perniagaan rempah-rempah ke Eropa pada 1453 Masehi. Dinasti tersebut sangat dominan dalam konstelasi politik global pada saat itu.
Dampak dari kebijakan tersebut membuat bangsa-bangsa Eropa melakukan ekspedisi melalui jalur maritim yang juga dikenal sebagai Ekspedisi Timur Jauh untuk mencari sumber rempah-rempah hingga ke wilayah Nusantara. Rempah-rempah yang dibutuhkan bangsa Eropa seperti cengkih, lada, dan pala sebagian besar ada di Indonesia. Nilai dari rempah-rempah tersebut pada waktu itu melebihi logam mulia.
Bangsa Eropa yang pertama kali menjejakkan kaki di bumi Nusantara adalah Portugal. Niat awal hanya ingin berniaga rempah-rempah, berganti menjadi hasrat untuk menguasai dan memonopoli perdagangan, kemudian diikuti oleh Belanda melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang juga datang untuk mengeksploitasi kekayaan alam tersebut dan menjadi cikal bakal penjajahan di Indonesia.
Upaya membangkitkan kembali
Ratusan tahun bangsa Eropa menjejakkan kaki dan kuasanya di Indonesia hingga akhirnya negara ini mendapatkan kemerdekaannya setelah proklamasi pada 17 Agustus 1945. Kini, setelah merdeka seyogyanya rempah-rempah dapat semakin ditonjolkan sebagai primadona komoditas ekspor perdagangan Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, rempah-rempah belum menjadi 10 produk utama ekspor Indonesia. Ada 10 produk utama ekspor Indonesia saat ini antara lain udang, kopi, minyak kelapa sawit, kakao, karet dan produk karet, TPT, alas kaki, elektronika, komponen kendaraan bermotor, dan furnitur.
Namun, bukan berarti rempah-rempah Indonesia tak lagi berdaya di pasar global. Rempah-rempah masuk daftar 10 produk ekspor potensial Indonesia dengan negara tujuan Singapura, Thailand, UEA, Maroko, Aljazair, Tunisia, AS, Belanda, Brasil, Jerman, Tiongkok, Belgia, dan beberapa negara lainnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah pada 2021 mencapai US$765,6 juta dengan total berat bersih 295 ribu ton. Thailand menjadi negara penyerap produk tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah asal Indonesia pada 2021 dengan nilai US$199,2 juta dan bila dilihat berdasarkan berat bersih impor yang dilakukan Thailand dari Indonesia untuk komoditas ini mencapai 117 ribu ton.
Sebagai langkah untuk kembali menggeliatkan daya tarik rempah-rempah Indonesia di mancanegara, pemerintah telah memiliki kampanye program bernama Indonesia Spice Up the World dengan harapan dapat meningkatkan perdagangan rempah-rempah dan bumbu Indonesia. Kampanye tersebut menargetkan dapat mengatrol nilai ekspor rempah-rempah Indonesia pada 2024 menjadi US$2 miliar serta dapat menambah jumlah restoran Indonesia di mancanegara hingga 4.000 restoran baru.
Negara yang menjadi tujuan utama Indonesia untuk bisa meningkatkan penetrasi ekspor rempah-rempah antara lain AS, Tiongkok, India, Vietnam, dan Belanda. Produk rempah-rempah yang menjadi ujung tombak ekspor di antaranya pala, cengkih, lada putih, kayu manis, dan kapulaga.
Melalui program bersama lintas kementerian/Lembaga ini diharapkan dapat kembali menciptakan citra Indonesia sebagai negara utama penghasil rempah-rempah yang pada masa lalu menjadi penyebab dari banyaknya pertumpahan darah akibat penjajahan. Kini, pesona dan daya tarik rempah-rempah dapat kembali diusung tanpa perlu ada setetes darah pun yang tumpah, serta dapat menjadi salah satu katalis utama peningkatan kinerja ekspor Indonesia.
Terkini Lainnya
Pemerintah Melaka Lakukan Kajian Penguatan Hubungan Malaysia-Indonesia
Muhibah Budaya Jalur Rempah akan Singgah di Melaka
Kemendikbud Ristek Lepas Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024
Kemendikbud-Ristek Lepas Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024
Rempah Penghubung Budaya Antarbangsa di Asia Tenggara
Ragam Upaya Pemerintah Mencapai Dekarbonisasi pada 2060
Mendag Sebut Pengawasan di SPPBE Cimahi Dilakukan Ketat
Rilis Trade Expo 2024, Kemendag Targetkan Transaksi Rp243 Miliar
Kemendag dan Pertamina Patra Niaga Tingkatkan Pengawasan Pengisian Elpiji
Dugaan Pengurangan Volume Elpiji, Pemerintah Ajak Masyarakat Ikut Mengawasi
Kemendag Ancam Tindak Pidana SPBE yang Kurangi Volume Gas Elpiji 3 Kg
Mendag Minta Pemda Ikut Awasi Pelaku Usaha Elpiji Nakal
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap