visitaaponce.com

Upaya Mencapai Keselarasan Berbagi Ruang antara Gajah dan Manusia

 Upaya Mencapai Keselarasan Berbagi Ruang antara Gajah dan Manusia
Yudha Arif Nugroho(Dok pribadi)

PADA momen perayaan Hari Gajah Sedunia pada 12 Agustus, kita diingatkan akan urgensi masa depan gajah sebagai salah satu hewan darat terbesar dan terancam di dunia. Dengan hanya 3 jenis gajah tersisa di bumi, termasuk gajah Asia yang memiliki kedekatan dengan mamut, perhatian terhadap keberlangsungan dan keberlanjutan populasi gajah semakin krusial. 

Di Indonesia, gajah Sumatera sebagai subspesies gajah Asia, menghadapi permasalahan serius akibat penyusutan habitat alaminya. Sebab ini mereka mencari tempat makan dan berlindung yang baru. Pada fase ini mereka acap kali keluar masuk ke perkebunan dan permukiman manusia, hingga menyebabkan potensi interaksi negatif yang berujung pada kerugian kedua belah pihak. Lalu bagaimana jalan tengahnya? Apakah manusia bisa hidup harmonis dalam satu ruang yang sama? 

Berdasarkan data dari Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI), sekitar 85% populasi gajah hidup di luar kawasan konservasi. Ini berarti potensi untuk bersinggungan dengan manusia akan lebih sering terjadi. Persinggungan-persinggungan tersebutlah yang menyulut potensi gangguan dalam interaksi mereka. Maka diperlukan solusi yang adil untuk menghindari kerugian dan korban bagi kedua belah pihak. 

Gajah memerlukan jaminan ruang hidup yang layak termasuk menjaga habitat yang sehat, ketersediaan pakan yang cukup, dan perlindungan dari ancaman perburuan. Di sisi lain, masyarakat di sekitar hutan juga perlu mendapatkan manfaat, seperti pilihan ekonomi alternatif yang lebih baik, rasa aman dari kemungkinan serbuan gajah, dan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana hidup berdampingan dengan makhluk raksasa ini.  

Mentransformasikan interaksi negatif (baca: konflik) menjadi hidup harmoni memerlukan strategi yang dinamis dan perlu melibatkan para pihak. Kolaborasi dari berbagai sektor dengan beragam strategi menjadi sangat penting. Mulai dari pemerintah pusat hingga daerah, dari perusahaan, lembaga donor hingga LSM, semua harus ikut berkontribusi secara aktif. 

Namun yang tidak boleh diabaikan adalah peran masyarakat sebagai subjek utama dalam upaya ini. Mulai dari terlibat dalam upaya perlindungan hingga mendorong ekonomi yang berkelanjutan. Melalui Langkah-langkah ini, kita tidak hanya melestarikan gajah, tetapi juga memperkuat harmoni saling menguntungkan antara manusia dan alam. 

Mengatasi tantangan 

Upaya untuk mencapai keselarasan dalam berbagi ruang antara manusia dan gajah selalu dihadapkan pada tantangan yang kompleks. Strategi yang diterapkan haruslah berkelanjutan dan terus diperbarui. Menurut Joshua Plotnik, seorang peneliti perilaku gajah dari Hunter College, untuk mewujudkan kehidupan berdampingan yang baik, perlu mempertimbangkan cara berpikir manusia dan gajah. Hidup berdampingan dengan hewan cerdas seperti gajah memang memerlukan pemahaman yang mendalam dan strategi yang dinamis.

Sejumlah pembelajaran berharga dapat diambil dari upaya yang telah dilakukan untuk menciptakan harmoni dalam berbagi ruang antara manusia dan gajah. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

Pada upaya mitigasi, Konsorsium Conservation Response Unit (CRU) Aceh bersama pemerintah daerah mengimplementasikan pemasangan pembatas listrik bertegangan rendah yang dikombinasikan dengan pembatas alami. Teknologi ini menghasilkan efek kejut bagi gajah saat melintasi area kebun masyarakat. Hasilnya, intensitas interaksi negatif antara gajah dan manusia berhasil ditekan di beberapa wilayah. 

Selain itu, langkah ini juga berhasil mengurangi penggunaan pembatas listrik ilegal yang dipasang oleh petani. Barrier illegal tersebut, selain berisiko bagi gajah, juga membahayakan manusia karena tegangan listrik yang tinggi.

Tak hanya dengan pembatas listrik, konsep ini dapat diperluas dengan penanaman tanaman yang tidak disukai oleh gajah Sumatra. Referensi sejarah menunjukkan bahwa penggunaan tanaman yang tidak disukai oleh gajah pernah diterapkan di Aceh pada zaman Sultan Iskandar Muda. Dalam sejarahnya, lada dan pala menjadi pilihan. 

Selain memberikan perlindungan dari gangguan gajah, tanaman ini juga memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. Pala dan lada bahkan pernah mendominasi pasokan global. Terlebih lagi, tanaman lain seperti cengkeh, kemiri, nilam, serai wangi, dan lemon juga terbukti kurang diminati oleh gajah.

Upaya tersebut tak hanya berdampak untuk penangkal gajah, tetapi juga membuka peluang ekonomi alternatif bagi masyarakat. Pemangku kepentingan utama dalam mewujudkan harmoni antara manusia dan gajah, masyarakat, perlu mendapatkan manfaat ekonomi secara langsung. 

Salah satu penyebab interaksi negatif antara manusia dan gajah adalah dampak ekonomi yang ditimbulkan. Masyarakat harus diberikan peluang ekonomi tambahan sehingga tidak tergantung pada hasil komoditas yang dapat diganggu oleh gajah sewaktu-waktu.

Ekonomi alternatif juga bisa dikembangkan melalui hasil hutan non-kayu seperti budidaya madu. Di daerah Semaka, Kabupaten Tanggamus, mitra Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Satgas Sahabat Satwa yang dibina oleh Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah membudidayakan madu secara berkelompok. Sebagian hasil dari usaha madu ini digunakan untuk mendanai patroli mitigasi konflik oleh masyarakat.

Selain menyediakan pengembangan ekonomi, mereka juga diberikan pelatihan dan pemahaman tentang mitigasi konflik gajah dan manusia (KGM). Bagi mereka yang tinggal berdekatan dengan gajah, pemahaman tentang mitigasi konflik menjadi sangat penting. 

Mengatasi konflik ini, seperti patroli dan pengusiran gajah, memerlukan keterampilan dan pengalaman khusus. Mengingat sifat satwa liar yang dilibatkan, tindakan yang kurang tepat dapat menyebabkan korban, baik bagi satwa maupun manusia.

Mengoptimalkan deteksi dini 

Interaksi negatif antara gajah dan manusia, meskipun penuh tantangan, dapat diatasi melalui strategi mitigasi yang efektif. Pemahaman dan langkah-langkah yang tepat dapat membantu menjaga harmoni antara kedua belah pihak.

Kesiapsiagaan dalam mitigasi konflik dapat ditingkatkan melalui sistem deteksi dini. Sistem ini memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan gajah di sekitar pemukiman atau ladang mereka. Penggunaan global positioning system (GPS) Collar adalah salah satu cara dalam pemetaan pergerakan gajah. Pemerintah, seperti BKSDA atau taman nasional, dapat secara berkala memantau kelompok gajah yang telah dipasangi perangkat GPS ini dan menginformasikan status keberadaan gajah pada masyarakat.

Setelah diketahui keberadaan gajah yang mendekat ke permukiman atau ladang masyarakat, pemerintah dan masyarakat dapat merancang strategi penanganan yang sesuai. Apakah dibutuhkan penjagaan, penghalauan, penggiringan, atau bahkan translokasi, semuanya tergantung pada kondisi lapangan. 

Beberapa lokasi yang telah memiliki unit respons konflik di bawah kendali BKSDA atau taman nasional, seperti Conservation Response Unit di Aceh atau Elephant Response Unit di Taman Nasional Way Kambas. Unit ini dilengkapi dengan sumber daya manusia dan gajah jinak yang dapat membantu masyarakat dalam menangani konflik.

Selain itu, masyarakat juga dapat mengambil inisiatif dalam mitigasi konflik. Pengusiran gajah dari ladang sering dilakukan dengan menggunakan bunyi-bunyian seperti petasan atau mercon. Bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan, biaya untuk metode ini cukup besar. 

Oleh karena itu, alokasi dana desa sebagai upaya mitigasi konflik dengan satwa liar menjadi penting. Dana tersebut dapat digunakan untuk pengadaan peralatan pengusiran gajah, pemeliharaan pembatas listrik tegangan rendah, serta biaya patroli mitigasi yang melibatkan masyarakat.

Dalam perjalanan menuju harmoni antara manusia dan gajah, kerja sama lintas sektor dan pemahaman akan kesatuan manusia dan alam akan memainkan peran sentral. Strategi ini tidak hanya melibatkan aspek teknis, tetapi juga memperhitungkan dampak ekonomi dan sosial yang lebih luas. Dengan kerja sama yang kokoh, kita dapat menjaga harmoni antara manusia dan alam serta mendukung keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat