visitaaponce.com

Milenial Jangan Cuma Asal Mengakses Media Sosial

Milenial Jangan Cuma Asal Mengakses Media Sosial
Rahmat Hidayat(Dok pribadi)

SAAT ini siapa yang tidak tahu dengan ragam media sosial (medsos) seperti Instagram, YouTube, atau Tiktok? Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna medsos yang sangat besar. 

Menurut laporan We Are Sosial, dari 2018-2022 jumlah pengguna aktif medsos di Indonesia selalu mengalami kenaikan. Barulah pada 2023 jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 12,57%. 

Jumlah pengguna aktif medsos di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada Januari 2023, dengan 153 juta orang berusia di atas 18 tahun. Kemudian 14 juta pengguna berusia 18 tahun ke bawah yang kita sebut sebagai generasi milenial.

Konten yang terdapat di medsos saat ini sangat beragam. Mulai dari berita, komedi, gaya hidup, pendidikan, bahkan jual beli. Untuk mengakses konten yang ada di medsos juga sangat mudah. Untuk membuat akun hanya perlu mengisi identitas di antaranya mengisi tanggal lahir, yang tentunya sangat mungkin diisi sembarangan. Hal inilah yang patut diduga menjadi penyebab mudahnya anak-anak dan remaja membuat akun dan mengakses medsos.

Beragam dampak

Medsos memang memberikan dampak positif khususnya bagi generasi milenial untuk berekspresi, berkomunikasi, dan membangun jejaring sosial. Namun ada juga dampak negatif yang perlu diperhatikan seperti timbulnya rasa minder dan kurang bersyukur disebabkan karena banyaknya orang pamer, dan merasa dirinya rendah dibanding dengan orang lain. 

Dalam medsos kebanyakan orang hanya mengunggah hal yang mungkin terbilang baik-baik saja, seperti pamer mobil baru, telepon pintar baru, dan pencapaian prestasi. Hampir tidak ada orang yang mengunggah hal jelek tentang dirinya. 

Dampak negatif selanjutnya medsos akan menyebabkan FOMO (fear of missing out), suatu keadaan merasa takut ketinggalan hal-hal yang sedang viral atau populer. Kondisi ini akan menyebabkan orang akan selalu mengakses medsos setiap saat demi tidak ketinggalan informasi dan dianggap kudet (kurang update).

Dampak negatif ketiga dari bermedsos adalah rawan pornografi. Hal ini karena saat ini di medsos sangat mudah untuk melihat foto ataupun video yang tidak pantas dilihat oleh anak-anak dan remaja. Efek negatif lainnya adalah dapat menyebabkan sifat impulsif. 

Sebuah riset menyebutkan bahwa terlalu sering mengakses medsos dapat menyebabkan perilaku impulsif seperti mudah marah, dan tidak dapat mengendalikan emosi. Ini disebabkan karena pada saat seseorang melihat medsos akan memicu tubuh menghasilkan hormon endorfin, yaitu senyawa kimia dalam tubuh yang menyebabkan rasa bahagia. Oleh karena itu, seseorang akan dengan mudahnya ketagihan menggunakan medsos.
 
Menurut penulis ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk medsos bagi milenial, yaitu perketat regulasi. Pembuatan akun medsos saat ini sangat mudah, bahkan untuk anak kecil sekalipun. Sebaiknya pemerintah menggandeng medsos agar hanya orang dewasa di atas usia 18 tahun yang dapat membuat akun medsos. Misal dengan adanya keharusan unggah KTP dan fitur face recognition dalam registrasi. 

Pengawasan berkesinambungan

Kemudian adanya pengawasan dari orang tua juga merupakan hal penting yang harus dilakukan. Pengawasan pertama terhadap anak-anak dan remaja ada di dalam rumah. Orang tua hendaknya bijak dalam memberikan gawai. Selain itu, orang tua harus memberikan pemahaman bagaimana menggunakan medsos dengan baik sekaligus perlu adanya pengawasan secara berkesinambungan. 

Jangan dilupakan hal yang paling penting adalah harus bijak dalam bermedsos. Hal ini yang perlu ditekankan kepada para remaja bahwa boleh saja menggunakan medsos asal untuk hal yang positif seperti belajar, pengembangan diri, ataupun untuk membuat konten yang bermanfaat. Hindari konten-konten yang mengandung kebencian, gosip, hoaks, dan pornografi.

Remaja merupakan penerus bangsa, oleh karena itu sudah sepantasnya kita jaga. Salah satunya adalah dengan menjauhkan dampak buruk dari penggunaan medsos, dan memaksimalkan sebagai tempat belajar dan berkespresi agar tercipta para pemuda yang unggul dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

Penulis merupakan peserta pelatihan penulisan artikel populer hasil kerja sama Politeknik Keuangan Negara STAN dengan Media Indonesia Institute
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat