visitaaponce.com

Teror Kutu Busuk

Teror Kutu Busuk
Adiyanto Wartawan Media Indonesia(MI/Ebet)

BELUM lama ini kantor berita Prancis AFP dan sejumlah media arus utama dunia lainnya mewartakan merebaknya kutu busuk di Prancis.  Saking banyaknya serangga tersebut, sejumlah sekolah di negeri itu pun harus ditutup. Sejumlah warga bahkan ada yang membuang kasur mereka lantaran dipenuhi serangga tersebut. Begitu juga pada transportasi umum, penumpang banyak yang ogah duduk lantaran takut bokong atau lengan mereka jadi sasaran gigitan hewan-hewan kecil tersebut.

Wabah kutu busuk itu mengingatkan pada kehidupan masa kecil saya di Jakarta pada era 80-an. Serangga tersebut umumnya memang banyak ditemui di rumah-rumah. Tempat favoritnya di kasur atau kursi, terutama yang terbuat dari kayu atau rotan. Makanya, pada era itu, warga suka menjemur kasur di halaman atau tepi jalan. Selain untuk menghilangkan bau ompol atau iler pemiliknya, tujuannya agar kutu-kutu tersebut juga mati atau minimal kabur karena terpanggang sinar matahari.

Tidak hanya di dalam rumah, hewan yang dalam bahasa anak  Jakarta disebut ‘bangsat’ itu (dalam bahasa sunda disebut Tumila) juga sering dijumpai di bioskop-bioskop, terutama kelas bawah. Tidak heran jika begitu film kelar, lengan dan paha penonton bentol-bentol digigit serangga tersebut. Bisa dibayangkan jika serangga-serangga itu juga bersemayam di bioskop atau kafe-kafe di Paris, kota yang katanya terkenal paling romantis itu? He..he..he..

Persoalan kutu busuk di Prancis telah menjadi isu nasional dan bahkan dibahas dalam rapat kabinet pada Jumat pekan lalu. Apalagi Paris bakal menjadi tuan rumah Olimpiade pada tahun depan. Menteri Perhubungan, Clement Beaune, seperti dikutip The Guardian, mengatakan dia akan bertemu dengan operator angkutan umum untuk membahas tentang tindakan pencegahan dan bagaimana berbuat lebih banyak untuk melindungi para pelancong.

Wakil Wali Kota Paris, Emmanuel Grégoire, kepada TV Prancis mengatakan pihak berwenang Paris telah menerima peningkatan permintaan bantuan dan perusahaan swasta menerima permintaan penyemprotan dalam jumlah yang luar biasa tinggi dalam beberapa pekan terakhir. Menurutnya, pemerintah harus mengoordinasikan tindakan di setiap wilayah secepat dan seefisien mungkin.

Bukan hanya Prancis, kabarnya wabah itu juga membuat ketar-ketir negeri tetangga mereka, Inggris. Seperti dikutip Daily Mail, pihak pengelola layanan kereta cepat Eurostar mengatakan kereta api antara London dan Paris bahkan harus disemprot disinfektan karena khawatir akan adanya serangan kutu busuk tersebut. Pemerintah Inggris memang patut khawatir, apalagi mereka pernah dilanda wabah kutu busuk pada era Victoria dulu. Peningkatan populasi hewan itu pun kini cukup tinggi. Menurut Asosiasi Pengendalian Hama Inggris, saat ini terdapat sekitar 12 ribu laporan terkait kutu busuk setiap tahunnya. Jika tidak ditangani dengan baik, para ahli khawatir wabah serupa yang terjadi pada masa lalu bakal terulang.

Sejauh ini belum diketahui mengapa populasi kutu busuk yang juga sempat mewabah di Eropa pada abad 19 itu meningkat. Dalam artikel di majalah Time yang diunggah 11 September lalu, diulas tentang sejarah hubungan manusia dengan serangga tersebut. “Serangga-serangga menyukai tempat tertutup dan sangat pemalu,” kata Gail Ridge, ilmuwan asosiasi di The Connecticut Agricultural Experiment Station, dalam artikel tersebut. “Mereka bergantung pada manusia untuk hidup sehingga mereka menjalani kehidupan yang penuh konflik teror karena kita adalah predator utama di planet ini. Mereka hanya bisa bertahan hidup dengan memiliki serangkaian mekanisme untuk menghindari upaya kita untuk membunuh mereka.”

Hmm... kini saya jadi semakin paham mengapa sebagian para orangtua kita dulu sering menjemur kasur di halaman rumah atau pinggir jalan. Barangkali ‘kearifan lokal’ itu tidak ada salahnya tetap dilanjutkan. Apalagi ini mumpung akhir pekan dan matahari sedang kinclong-kinclongnya bersinar. Kan, repot juga kalau sampai serangga itu menyerbu dan menginvasi kursi-kursi di gedung parlemen. Wasalam.


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat