visitaaponce.com

Publik Kritik Pemanfaatan Dana Reses untuk Kampanye

Publik Kritik Pemanfaatan Dana Reses untuk Kampanye
Suasana rapat Paripurna DPR Ke-8 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2022-2023(Antara)

PUBLIK mengkritik pemanfaatan dana reses anggota dewan sebagai dana kampanye. Masa reses harus diisi dengan kegiatan bertemu para konstituen untuk menyerap, menyosialisasikan aspirasi dan kebijakan yang dibuat oleh DPR

"Eggak ada kegiatan reses yang fokus pada bagi-bagi amplop, apalagi kalau bagi-baginya pada saat orang beribadah, menggunakan logo parpol dan wajah sang anggota DPR," kata peneliti senior Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus kepada Media Indonesia, Kamis (30/3).

Pernyataan Lucius merespon dugaan penggunaan dana reses oleh anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Said Abdullah yang membagikan uang dalam bentuk amplop berlogo partainya di Masjid Abdullah Syechan Baghraf, Sumenep, Jawa Timur.

Baca juga : Kegiatan Reses bukan Bagi-Bagi Amplop

Lucius mempertanyakan kepentingan Said membagikan amplop berisi uang tunai ke masyarakat yang notabene sedang beribadah. Terlebih, pembagian itu dilakukan dengan tedeng aling-aling.

Baca juga : Dana Reses bukan Untuk Kepentingan Kampanye

"Yang akan terbaca oleh konstituen, ya, amplop itu dari anggota DPR yang ingin dipilih lagi dalam pemilu mendatang," ujar Lucius.

Meski menolak penggunaan dana reses untuk kepentingan kampanye politik, Lucius berpendapat masa reses dapat dimanfaatkan anggota parlemen sebagai ajak kampanye personal, walaupun tetap harus dalam koridor seorang anggota DPR.

Hal senada juga disampaikan peneliti senior Pusat Riset Politik (PRP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor. Ia menyayangkan pola pikir anggota DPR yang masih menghabiskan dana reses dengan cara dibagikan langsung secara tunai ke masyarakat.

"Dana reses itu sumbernya dari uang rakyat. Sebagai seorang wakil rakyat, dia harus kembalikan itu ke masyarakat dalam bentuk yang lain, tidak untuk hal seperti itu (dibagikan secara tunai)," terang Firman.

Padahal, dana reses seharusnya ditujukan untuk melakukan pendidikan politik sebagai upaya penguatan komitmen terhadap demokrasi. Pembagian dana reses secara tunai disebut Firman mencederai semangat politik rakyat.

"Ini pembodohan masyarakat. Kayak bagiin ke pengemis, enggak ada statement atau pernyataan apa-apa yang membuat masyaraka berpikir dan melihat politik lebih dari sekadar amplop," tandasnya. (Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat