visitaaponce.com

Megawati Ingin Amendemen UUD 45, Pengamat Mengembalikan Pemerintahan Orde Baru

Megawati Ingin Amendemen UUD 45, Pengamat: Mengembalikan Pemerintahan Orde Baru
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri(MI/ Adam Dwi)

KETUA Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum lama ini bercerita mengenai ayahnya Soekarno yang pernah diangkat menjadi Presiden seumur hidup melalui MPRS. Bung Karno akhirnya digantikan Soeharto melalui TAP MPR Nomor XXXIII/MPRS/1967.

Belakangan, wacana amendemen UUD 1945 untuk mengembalikan MPR sebagai lembaga tinggi negara juga mencuat ke publik.

Baca juga: Mahasiswa Desak KPK Tangkap Harun Masiku, Jangan Takut Parpol

Mengenai hal itu, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin belum bisa memastikan apakah PDIP memang menginginkan agar Presiden kembali dipilih MPR melalui cara amandemen. Namun, menurutnya mengembalikan MPR sebagai lembaga tertinggi negara sama halnya dengan orde baru.

Baca juga: Jokowi Dukung Rencana Amendemen UUD 1945, Setelah Pemilu 2024

"Saya tidak tahu cara berpikir PDIP ya atau Megawati apakah ingin kembali ke Pemilihan presiden MPR atau tidak, harus jelas dulu apa yang disampaikan oleh Megawati itu. Karena sejatinya jalan ingin mengembalikan pemilihan presiden ke MPR supaya menjadi lembaga tertinggi lagi itu sama saja mengembalikan pemerintahan ke pemerintahan orde baru," ujarnya, Rabu (30/8).

Baca juga: Jokowi Disebut Sedang Bermanuver Imbangi Megawati

Menurutnya, PDIP tak ada bedanya dengan orde baru bila ingin mengembalikan MPR menjadi lembaga tertinggi negara. Padahal, kata Ujang, perjuangan PDIP adalah melawan otoritarianisme orde baru.

"Pemilihan presiden di MPR itu kan cara berpikir lama cara berpikir yang ingin mengembalikan bangsa ini kepada orde baru yang mestinya bernegara itu garus konsisten saja, jangan seenaknya merubah ubah konstitusi," ucapnya.

Baca juga: Ada Penunggang Gelap Ubah Konstitusi

Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri Megawati bercerita tentang zaman Orde Baru yang dinilai ada penyimpangan sejarah. Hal itu disampaikannya saat hadir pada acara peresmian Patung Bung Karno di Omah Petroek, Sleman, DIY, Rabu (23/8).

"Sejarah dari sini sampai sekarang kalau saya lihat ini permasalahan politik dan geopolitik. Mengapa, ketika zaman Pak Harto, saya dengan segala hormat saya, atau zaman orde baru mengapa kita melihat itu bahwa penyimpangan sejarah sebenarnya," kata Megawati.

Megawati menerangkan, beberapa tahun sebelum Soekarno lengser, ayahnya itu telah diangkat sebagai presiden seumur hidup oleh MPRS. Namun, Bung Karno kemudian dituduh bermitra dengan PKI yang dinyatakan terlarang dan dibubarkan tahun 1966.

"Pada waktu itu Bung Karno sudah diangkat oleh MPR sebagai presiden seumur hidup. Ketika Pak Harto menggantikan keluar lah sebuah tap, ini di Lemhannas, MPR, yang katanya sumbernya dari yang namanya Supersemar yang mengatakan bahwa Bung Karno diturunkan karena melakukan, ada indikasi itu istilahnya bekerja sama sama sebuah sebuah partai PKI yang terlarang," katanya.

Ia merasa janggal karena ayahnya itu dituding memiliki hubungan dengan kelompok yang dicap terlarang, sementara ia telah dinobatkan sebagai presiden seumur hidup. Bung Karno akhirnya digantikan Soeharto melalui TAP MPR Nomor XXXIII/MPRS/1967.

"Coba mikir tenang-tenang, mikir, saya sampai mikir begini, sampai saya bilang kok bapak saya tidak bisa mikir, kalau benar. Ngapain dia mesti Bung Karno kerja sama sama sesuatu yang terlarang karena itu ada perintah Supersemar. Padahal dia sudah seumur hidup. Tolong pikirkan artinya dia ngapain sudah enak dia presiden seumur hidup," jelasnya.

Sebelumnya, Ketua MPR  Bambang Soesatyo mengatakan, idealnya MPR dikembalikan menjadi lembaga tertinggi negara. Hal ini disampaikan pria yang akrab disapa Bamsoet dalam Sidang Tahunan MPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (16/8)

Menurut dia, usulan ini pernah disampaikan oleh Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri. "Idealnya memang, MPR RI dikembalikan menjadi lembaga tertinggi negara sebagaimana disampaikan Presiden ke-5 Republik Indonesia, Ibu Megawati Soekarnoputri saat Hari Jadi ke-58 Lemhannas tanggal 23 Mei 2023 yang lalu," katanya. (H-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat