visitaaponce.com

Pengamat Soroti Gibran tak Hadir Dialog Terbuka UMS

Pengamat Soroti Gibran tak Hadir Dialog Terbuka UMS
Gibran Rakabuming Raka tidak hadir dalam undangan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS).(AFP)

PENGAMAT politik dari Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi Kusman menyoroti ketidakhadiran Gibran Rakabuming Raka dalam undangan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS).

Seharusnya, Gibran pada Jumat (24/11) hadir di UMS dalam acara Dialog Terbuka Muhammadiyah Bersama Calon Pemimpin Bangsa yang dihadiri capres Prabowo Subianto.

"Ketidakhadiran putra Presiden Jokowi sekaligus kandidat wapres dari Prabowo Subianto, Gibran Rakabuming Raka memperlihatkan keterbatasan strategi politik," ujar Airlangga kepada wartawan, Jumat.

Baca juga: Anies Pastikan Istrinya tidak Cawe-Cawe Urusan Politik bila Jadi Presiden

Airlangga menilai selama ini pasangan Prabowo-Gibran hanya memakai strategi joget gemoy yang memang viral di kalangan anak muda.

"Seperti kita ketahui bahwa pasangan itu menggunakan strategi kampanye politik gimik seperti joget gemoy yang disebarkan dalam berbagai platform media sosial untuk memikat pemilih," ujar Airlangga.

Baca juga: Tim Prabowo-Gibran tidak Hadir pada Dialog Mengenai HAM

Dia menyebut strategi kampanye itu sebetulnya memiliki fungsi manipulatif untuk mengalihkan warga terkait berbagai persoalan-persoalan yang dihadapi pasangan tersebut.

"Seperti dugaan pelanggaran HAM, pelanggaran etik berskala berat dalam kandidasi Gibran sebagai cawapres salam proses di Mahkamah Konstitusi kemarin, maupun kekhawatiran mobilisasi aparatus negara seperti perangkat desa demi pemenangan," beber dia.

Lanjut Airlangga menyebut ketidakhadiran Gibran ini membuktikan kekalahan gagasan, dan ketidaksiapan pasangan tersebut dalam mempertanggungjawabkan gagasan seperti apa yang akan dibawa dalam momen Pilpres 2024.

"Berkaitan dengan hal tersebut, hal yang dapat kita ambil pelajaran adalah bahwa kontestasi Pilpres 2024 membutuhkan politik adu gagasan untuk memastikan jalan masa depan Indonesia tetap berada pada rel pemajuan bangsa dan negara ke depan," ujar dia.

Airlangga mengatakan tingginya dosis politik gimik hanya akan memperdaya publik dan mengelabui kesadaran publik.

"Bahwa pasangan yang menggunakan politik gimik sebetulnya mereka tidak siap mengelola negara dengan gagasan dan praktik bernegara, di mana mereka telah mengalami kekalahan awal politik yaitu kekalahan politik gagasan," ujar dia. (RO/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat