visitaaponce.com

Kejutan Terhenti di Semifinal

Kejutan Terhenti di Semifinal
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(Seno)

CESAR Luis Menotti dikenal sebagai filsuf sepak bola yang mengantarkan Argentina ke panggung dunia dengan memenangi Piala Dunia 1978. Ia mengelompokkan negara peserta kejuaraan ke empat kategori, yakni favorit juara, penantang, kejutan, dan pelengkap.

Di mana posisi kesebelasan Indonesia U-23 di ajang Piala Asia 2024? Kita harus mengatakan sebagai tim kejutan. Tanpa diduga, Rizky Ridho dan kawan-kawan mampu mengempaskan Australia, Yordania, dan Korea Selatan untuk menembus semifinal.

Seperti umumnya tim kejutan, perjalanan mereka terhenti di empat besar. Meski telah melakukan perjuangan yang luar biasa, tim asuhan Shin Tae-yong tidak berhasil melewati rintangan Uzbekistan dan Irak.

Baca juga : Jelang Indonesia vs Guinea, Garuda Muda Fokus Pulihkan Stamina

Nasib tim Indonesia U-23 mirip dengan perjalanan Korsel di ajang Piala Dunia 2002 dan Maroko di Piala Dunia 2022. Korsel yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002 dengan gemilang mampu menyingkirkan Italia dan Spanyol untuk menembus empat besar. Namun, perjalanan mereka sebagai tim Asia pertama yang melaju hingga semifinal terhenti di kaki Jerman.

Pada Piala Dunia 2022 di Qatar lalu, dunia bergembira ketika Maroko menjadi negara Afrika pertama yang bisa masuk kelompok elite dunia. Namun, kegagahan 'Singa Afrika Utara' yang bisa menyingkirkan Spanyol dan Portugal terhenti oleh Prancis di semifinal.

Perjalanan ke tangga juara memang selalu lebih terjal. Kesebelasan yang bisa menembus puncak juara tidak hanya membutuhkan kemampuan teknik yang tinggi, tetapi juga stamina kuat dan mental baja. Bahkan ada satu yang juga harus dimiliki, yaitu dewi fortuna atau keberuntungan.

Baca juga : Kalah dari Irak, Tim U-23 Indonesia vs Guinea untuk Tiket Olimpiade Paris

 

Pelajaran berharga

Keberhasilan 'Garuda Muda' menembus jajaran elite Asia menjadi pembelajaran yang sangat berharga. Kesuksesan menembus semifinal diharapkan membangunkan kepercayaan diri bahwa kita memiliki kemampuan untuk bisa meraih prestasi besar.

Baca juga : Info Lokasi Nobar Timnas Indonesia vs Irak U-23 di Bogor, Rebutan Tiket Olimpiade Paris 2024

Akan tetapi, seperti selalu disampaikan Pep Guardiola kepada pemain asuhannya di Manchester City, semua pemain harus selalu menginjak bumi. Jangan pernah merasa puas dan besar kepala karena kompetisi akan selalu menggulir dan semua tim punya mimpi sama, menjadi yang terbaik.

Setelah Piala Asia ini Indonesia tidak akan lagi dilihat sebagai tim kejutan dan dianggap enteng. Semua kesebelasan yang akan tampil untuk berhadapan dengan Indonesia pasti akan mempersiapkan diri sebaik mungkin dan sejak awal berkonsentrasi untuk bisa mengalahkan.

Semua pemain harus terpacu untuk meningkatkan kualitas permainan. Practice make perfect, itulah yang harus menjadi sikap. Tidak pernah boleh berhenti untuk berlatih dan berlatih.

Baca juga : Daftar Negara yang Ikut Olimpiade Paris 2024, Masih Ada Harapan untuk Timnas Indonesia

Perbaikan teknik sepak bola harus ditingkatkan. Ingat, bermain sepak bola harus fokus kepada bola, permainan, dan menang. Jangan tergoyahkan konsentrasi bermain, apalagi menjadi niat untuk mencederai pemain lawan.

Kapten kesebelasan Rizky Ridho bisa memetik banyak pelajaran berharga tampil di ajang Piala Asia. Dua kali tindakan yang tidak perlu akhirnya berakibat fatal kepada tim. Pertama saat menghadapi tuan rumah Qatar, siku tangan Rizky terlihat dari video assistant referee (VAR) berniat untuk mengincar wajah penyerang Qatar sehingga harus diganjar tendangan penalti.

Kedua, saat menghadapi Uzbekistan di semifinal. 'Adu banteng' pada perebutan bola tanggung memang harus dihadapi. Namun, gerakan kaki Rizky tertangkap oleh kamera berubah dari tujuan menendang bola menjadi tendangan ke selangkangan lawan. Kesalahan itu harus diganjar mahal dengan kartu merah dan akibatnya, Rizky tidak bisa bermain melawan Irak.

VAR membuat semua tindakan yang berlawanan dengan aturan permainan sepak bola tanpa ampun akan diganjar hukuman. Kiper Qatar tertangkap oleh VAR melakukan gerakan menendang perut pemain Jepang meski ia berdalih hendak menyundul bola tanggung di depan kotak penaltinya. Tanpa ampun wasit mengganjar juga dengan kartu merah.

Melihat perjalanan sejak 2021 banyak kemajuan yang diraih tim. Pelatih Shin Tae-yong berhasil membentuk pemain dan membangun permainan tim. Gaya permainan yang dipertunjukkan selama tampil di ajang Piala Asia U-23 sangat membanggakan. Dua kali dari enam pertandingan yang dimainkan bisa tampil konsisten selama 120 menit.

Tugas selanjutnya ialah bagaimana menjaga perjalanan mereka untuk mencapai puncak kejayaan pada usia matang lima-enam tahun yang akan datang. Selama ini perjalanan pemain Indonesia justru tertahan pada periode krusial tersebut. Seperti ada mental-block yang membuat perkembangan diri pemain kalah dari pemain-pemain Asia Timur dan Timur Tengah. Apalagi jika dibandingkan dengan pemain Eropa dan Amerika Latin.

 

Kesempatan terakhir 

Kegagalan di semifinal Piala Asia U-23 belum membuat habis peluang Indonesia untuk bisa tampil di Olimpiade Paris. Sebagai peringkat keempat Asia, 'Garuda Muda' masih memiliki satu kesempatan memperebutkan satu tiket tersisa melawan peringkat keempat Afrika, Guinea.

Pertandingan play-off akan dimainkan pekan depan di Stadion Pierre Pibarot, Ales, sekitar 710 km selatan Paris. Kalau 'Garuda Muda' ingin melanjutkan untuk membuat sejarah, konsentrasi sepenuhnya harus ditujukan kepada pertandingan 9 Mei mendatang.

Aklimatisasi perlu dilakukan sejak dini karena suhu udara di Ales sangat berbeda dengan di Doha. Meski tidak jauh dari Marseille ataupun Montpelier, suhunya relatif dingin. Pada 9 Mei yang akan datang, suhu di kota itu diperkirakan berkisar 12 hingga 22 derajat celsius.

Shin perlu mempersiapkan tim terbaik karena Justin Hubner tidak bisa tampil karena akumulasi dua kartu kuning. Padahal, peranan Hubner sangat penting tidak hanya dalam umpan-umpan jarak jauhnya, tetapi juga saat menghadapi Irak ia bermain bagus untuk menggantikan posisi Rizky Ridho sebagai kapten kesebelasan dan mengawal jantung pertahanan.

Kehadiran trio Hubner bersama Ivan Jenner dan Nathan Tjoe-A-On membuat lapangan tengah Indonesia menjadi solid dan sulit digoyahkan para pemain Irak. Itulah yang harus dicarikan jawabannya oleh Shin saat pertandingan krusial melawan Guinea.

Marselino Ferdinan harus lebih sabar dan mau bekerja sama. Pengalaman bermain di Deinze, Belgia, membuat Marselino semakin matang. Kalau ia lebih sering bekerja sama melakukan wallpass bersama Rafael Struick, hasilnya akan menjadi modal besar menembus pertahanan tim asal Afrika Barat itu.

Guinea perlu mendapat perhatian karena mereka memiliki bakat sepak bola Afrika yang besar dan fisik yang kuat. Sebagai negara bekas jajahan Prancis, banyak pemain yang ingin bisa bermain dan beremigrasi ke Prancis. Itulah yang akan menambah motivasi mereka bisa lolos ke Olimpiade Paris.

Dua penyerang sayap Guinea, Momo Cisse di kiri dan Solifou Somah di kanan, perlu menjadi perhatian Pratama Arhan dan Rio Fahmi. Ujung tombak Ousmane Camara ataupun Algasimme Bah bisa menjadi ancaman kiper Ernando Ari. Terutama Ernando jangan membuat blunder cepat keluar dari kotak penalti seperti dua kesalahan saat menghadapi Irak, yang bisa membuyarkan mimpi untuk lolos ke Olimpiade Paris.

Posisi sebagai underdog harus bisa menjadi kekuatan bagi 'Garuda Muda'. Tidak perlu keharusan lolos ke Olimpiade Paris dijadikan beban. Semua pemain harus bermain lepas dan yakin kepada kemampuan diri. Apalagi para pemain Guinea juga masih dalam proses menuju kematangan sehingga kualitas permainan tidak juga berbeda jauh dari para pemain 'Garuda Muda'. Ayo berani untuk mencetak sejarah besar!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat